Anak balita yang bertumbuh pendek sekilas terkesan mungil dan imut. Namun, ternyata kondisi tersebut tidak boleh disepelekan. Tubuh yang kerdil (stunted) memiliki dampak jangka pendek maupun panjang yang menyangkut kecerdasan dan kesehatan anak. Maka dari itu, jangan abaikan tubuh balita pendek.
Apa itu stunting?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek dari tinggi potensial untuk usianya. Kementerian Kesehatan menetapkan, apabila nilai z-score pada kurva pertumbuhan kurang dari -2SD (standar deviasi), anak tergolong pendek. Kategori sangat pendek berlaku jika z-score kurang dari -3SD. Jadi, segera cek kurva pertumbuhan si kecil ya, Bu.
Anak Indonesia rentan bertubuh kerdil
Riset Kesehatan Dasar 2013 mengungkapkan, hampir sembilan juta anak balita di Indonesia mengalami stunting. Sementara di dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalansi stunting kelima terbesar.
Fakta menariknya, anak kerdil di Indonesia sebenarnya tidak hanya terdapat di keluarga miskin dan kurang mampu. Berdasarkan laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), stunting juga dialami oleh keluarga tidak miskin atau berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan dan ekonomi.
Stunting bahkan telah masuk dalam daftar 14 proyek prioritas Nasional di bidang kesehatan. Karena itulah, orang tua perlu mengupayakan asupan gizi yang optimal, terutama di dua tahun pertama kehidupan si kecil.
Dampak stunting
Stunting memberikan dampak jangka panjang maupun pendek yang menyangkut kecerdasan juga kesehatan anak.
Jangka pendek
Tingkat kecerdasan anak tidak optimal
Bayi di bawah usia dua tahun (baduta) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal. Ini karena saat berusia lima tahun, otak seharusnya sudah berkembang 90% dari ukuran dewasa normal. Menurut situs kesehatan Yayasan Orang Tua Peduli, Grup Sehat, nutrisi di antaranya berguna untuk perkembangan otak. Jika gangguan nutrisi terjadi pada usia di bawah lima tahun (balita), maka pertumbuhan otak tidak optimal.
Pertumbuhan massa dan komposisi tubuh tidak optimal
Menurut situs Grup Sehat, hal ini ditandai dengan bayi berat lahir rendah, yaitu kurang dari 2.500 gram dan panjang badan kurang dari 48 centimeter. Bila anak Ayah atau Ibu sesuai dengan kriteria tersebut, perhatikan lagi asupan nutrisinya, ya!
Gangguan metabolisme
Seperti gangguan metabolisme glukosa (zat gula), lipid (zat lemak yang tidak larut dalam air), hormon protein, reseptor hormon, atau gen.
Jangka panjang
- Kecerdasan dan prestasi belajar rendah
- Kekebalan tubuh rendah sehingga anak menjadi rentan terhadap penyakit
- Tingkat produktivitas anak berisiko menurun di masa depan karena stamina dan kondisi tubuh yang buruk
- Munculnya penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas lanjut usia.
Bahkan untuk skala yang lebih luas lagi, pengalaman dan bukti internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, menurunkan produktivitas pasar kerja, juga menyebabkan kemiskinan antargenerasi.
Sangat mengkhawatirkan ya, Bu! Lalu, apa saja penyebab stunting dan bagaimana cara mencegahnya? Selengkapnya dalam artikel Cara Mencegah Stunting.
Referensi:
- Ringkasan: 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) oleh TNP2K
- Artikel “Waspadai Ancaman Stunting pada Balita” oleh Grup Sehat(Febi/Dok. Pixabay)
(Febi/Dok.Pixabay)
1 comment