Belakangan, banyak Millennial Parents yang memercayakan doula untuk mendampingi persalinan mereka. Salah satu doula yang terkenal di kalangan figur publik adalah Jamilatus Sa’diyah alias Mila. Sejak 2014, ia telah membantu ratusan ibu hamil mempersiapkan persalinan indah mereka.
Selain pendampingan saat persalinan, Mila juga memberikan kelas prenatal gentle yoga serta edukasi dan kelas persiapan persalinan Hypnobirthing Class bersama sang guru, Lanny Kuswandi di ProV Clinic.
Perempuan yang baru menikah 21 Januari 2018 ini juga pernah membantu saya mempersiapkan persalinan. Saya mengenalnya sebagai pribadi yang lembut, ramah, dan rendah hati. Tak heran banyak calon orang tua yang memercayakannya untuk menjadi pendamping sedari hamil hingga melahirkan.
Yuk, kita ngobrol dengan Mila seputar profesinya sebagai doula. Ternyata, ia mendapatkan banyak pelajaran berharga menjadi doula.
Apa saja sih, suka dan duka menjadi doula?
Sukanya banyak banget dan membuat aku punya banyak keluarga. Banyak sekali klien doula yang sudah seperti keluarga buat kami (Mila dan gurunya, Lanny Kuswandi). Kami suka kangen banget dan terharu melihat bayi-bayi dan para ibu yang luar biasa,
Dukanya, mungkin karena proses persalinan per vaginam tidak terjadwal, aku harus siap kapanpun meski sedang liburan. Juga, stand by 24 jam kapanpun ibu mau bersalin. Dengan kegiatan nge-doula yang lumayan padat dan berhari hari, terkadang tubuh sangat lelah. Tapi, kita harus tetap punya energi yang baik dan fit agar pendampingan persalinan optimal.
Pernah ada teman fotograferku berkata, “Aku enggak kebayang kalau menjadi doula. Ternyata harus stand by terus-menerus, ya. Bahkan untuk makan pun, kalau ibu mau kita masih di sampingnya, kita harus tetap tinggal.”
Apa pelajaran berharga yang dipetik dengan menjadi doula?
Saat menjadi doula, aku sangat belajar tentang kesabaran, empati, dan cinta. Kepuasaan hati yang enggak akan terbayar saat melihat wajah bayi-bayi yang dilahirkan dengan nyaman. Bayi yang dibina sejak dalam kandungan dengan penuh cinta biasanya memiliki sorot mata tajam dan damai. Juga, biasanya mereka mempunyai kecerdasaan spiritual.
Di kelas persalinan, kita memberikan kesadaran bahwa rahim adalah sekolahnya janin, sementara orang tua merupakan gurunya dalam kehidupan. Jika kesadaran ini hadir, generasi di masa depan akan menjadi lebih baik. “If you want to change the world, start from pregnant moms.”
Bagaimana profesi doula mengubah cara pandang hidupmu?
Profesi doula mengubah paradigmaku untuk menghargai janin. Makhluk suci yang doanya sangat dekat dengan sang pencipta. Aku banyak belajar bahwa janin sering membantu mama dan papanya. Ada seorang ibu yang ketuban pecah dini, tidak ada kontraksi, dan akan di induksi. Meski begitu, ia masih sempat memberi waktu pada kita untuk relaksasi. Ternyata setelah relaksasi, kontraksi langsung ada dan enggak perlu diinduksi.
Hampir 250 lebih ibu hamil yang aku dampingi, 90% prosesnya sangat nyaman dan tenang. Itu mempengaruhi jiwa sadarku bahwa ketika kita mau memberdayakan diri, proses persalinan bisa seindah alunan lagu.
Sebelum menikah, aku juga menjadi lebih siap untuk melahirkan, bahkan sudah mempunyai birth plan di proses persalinanku. Aku belajar banyak kesabaran sampai mempengaruhi kehidupanku saat ini.
Betul-betul tugas yang mulia, ya! Ternyata, banyak juga lho, para ibu yang terinspirasi menjadi doula karena menikmati proses persalinan yang indah. Kamu tertarik juga menjadi doula?
(Febi/ Dok. Bukaan Moment)