Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit yang menjadi momok orang tua. Pasalnya, penyakit ini rentan menyerang bayi dan anak balita juga tak memiliki gejala khas. Penderita pun harus menjalani pemeriksaan urine untuk mengetahui adanya infeksi. Lebih jauh, ISK rentan terjadi pada anak perempuan, lho.
Karena itulah, orang tua perlu mengenali seluk-beluknya. Supaya enggak bingung, simak hasil wawancara Parentalk dengan Dokter Spesialis Anak Arifianto alias dr. Apin berikut ini, yuk!
Infeksi bakteri menyebabkan ISK
Penyebab ISK adalah infeksi atau masuknya kuman ke dalam saluran kemih. Infeksi tersebut bisa terjadi pada saluran kemih atas atau saluran kemih bawah. Saluran kemih atas mencakup ginjal dan ureter. Sementara, saluran kemih bawah mulai dari kandung kemih sampai uretra.
“Jadi, pada infeksi saluran kemih, bukti keberadaan bakteri di saluran tersebut ditemukan,” jelas dr. Apin.
Itu artinya, anak yang terdiagnosis ISK harus menjalani terapi antibiotik.
ISK bisa disertai demam atau tanpa demam
Gejala ISK tersering adalah demam yang tidak disertai tanda infeksi di saluran lainnya atau tanpa penyebab jelas. Misalnya, demam tanpa adanya infeksi saluran napas.
“Kalau infeksi di saluran kemih atas, demamnya bisa tinggi. Kalau di saluran kemih bawah, demamnya belum tentu tinggi. (Namun) kadang-kadang adanya demam tidak terdeteksi,” terang dr, Apin.
Jika anak mengalami demam lebih dari tiga hari tanpa gejala infeksi di saluran lainnya, maka orang tua boleh mencurigai kemungkinan ISK dan anak dapat menjalani pemeriksaan kultur urine. Sampel dari air seni bisa mendiagnosis adanya infeksi saluran kemih atas atau saluran kemih bawah.
ISK bawah
Contoh infeksi saluran kemih bawah adalah sistitis (peradangan kandung kemih). Yakni, kondisi ketika kandung kemih dan bagian atas uretra meradang (merah dan bengkak). Gejalanya, antara lain sebagai berikut.
- Rasa sakit dan terbakar ketika kencing.
- Nyeri dan tekanan di perut bagian bawah.
- Urine berbau amis atau berwarna keruh.
- Kencing berdarah.
- Sering buang air kecil.
- Demam ringan.
ISK atas
Sementara, infeksi bakteri di saluran kemih atas, misalnya pielonefritis (infeksi ginjal). Pielonefritis biasanya merupakan komplikasi dari ISK. Infeksi ini terjadi karena berpindahnya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri, bahkan menyebabkan komplikasi ginjal.
Pada anak-anak, umumnya infeksi ginjal disertai gejala seperti di bawah ini.
- Demam tinggi.
- Susah makan dan/atau muntah.
- Badan yang lemas atau kurang berenergi.
- Nyeri perut.
- Pertumbuhan tidak normal.
- Adanya darah dalam urine.
- Bau urine yang tidak seperti biasanya.
- Jaundice atau sakit kuning.
Namun, dr. Apin menegaskan, gejala infeksi ISK melalui urine tidak bisa diketahui secara kasat mata. Sebaiknya anak menjalani pemeriksaan kultur urine untuk memastikannya.
“Jadi, misalnya ada tanda infeksi saluran kemih, (yaitu) terdapat kuman pada air seni disertai dengan tanda-tanda pielonefritis (infeksi ginjal) seperti demam tinggi dan muntah, maka ia dicurigai mengalami ISK atas. Tapi sebenarnya sih, untuk orang tua, enggak penting untuk membedakan ISK atas dan bawah. Hal yang penting, kalau ada demam dan ditemukan adanya keberadaan bakteri, maka dinyatakan sebagai ISK,” jelas dr. Apin.
Waspadai ISK tanpa gejala
ISK tidak bergejala inilah yang sering kali membuat para ibu was-was. Meski begitu, kita dapat mencurigai kemungkinan ISK bila anak terdiagnosis gagal tumbuh. Kondisi gagal tumbuh merupakan salah satu gejala penyakit ISK. Yakni, ketika kurva berat badan anak mendatar atau menurun hingga memotong lebih dari dua kurva persentil, Namun, dr. Apin menegaskan bahwa banyak faktor yang mengindikasikan seorang anak mengalami gagal tumbuh. Karena itulah, orang tua perlu mengonsultasikannya lebih jauh ke dokter anak.
“Anak yang terdiagnosis gagal tumbuh bisa diperiksakan urinenya. Kalau sudah menyingkirkan semua kemungkinan lain yang membuat anak gagal tumbuh dan dibuktikan lewat pemeriksaan kultur urine, maka boleh dianggap sebagai infeksi saluran kemih,” kata dr. Apin.
Pencegahan ISK
Menurut dr. Apin, anak perempuan lebih rentan terkena ISK. Pasalnya, jarak kandung kemih dan uretra (tempat pipis) perempuan lebih pendek ketimbang laki-laki. Begitu juga, jarak anus dengan uretra yang sangat dekat pada perempuan. Kondisi ini pun mempermudah bakteri menyebar ke uretra.
Karena itulah, upaya mengurangi paparan kuman pada saluran kemih anak sangatlah penting. Kebiasaan berikut ini pun perlu diterapkan sehari-hari.
- Si Kecil tidak menggunakan popok sekali pakai.
- Anak memakai celana dalam atau popok kain saja.
- Kemaluan anak dibersihkan satu arah saja, yakni dari depan ke belakang. Hindari membersihkan kemaluan secara bolak-balik. Kebiasaan ini penting khususnya bagi anak perempuan.
- Sirkumsisi atau sunat pada anak laki-laki dapat mengurangi risiko ISK.
Referensi:
- Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita oleh Soedjatmiko pada Jurnal Sari Pediatri Vol. 3
- Artikel “Infeksi Ginjal” pada Alodokter
- “Apa itu infeksi kandung kemih (cystitis)?” pada Hello Sehat
(Febi/Dok. Shutterstock)