Sedih ya, rasanya ketika anak terbukti melakukan bullying ke temennya. Rasanya langsung pengen marahin dan gak usah sekolah supaya kapok. Eits, sabar dulu, beberapa waktu lalu Bumin ngobrol sama psikolog Najeela Shihab, kalau pelaku bullying perlu diberikan hukuman yang tepat.
Hukuman pelaku bullying itu jangan yang jangka pendek, nggak cuma dikasih uang jajan, atau skors beberapa hari. Jadi kasih hukuman yang berdampak positif dan jangka panjang.
Paling penting adalah kita sebagai orang tua harus bisa tenang dulu dalam menghadapi situasi ini. Jadi nggak gegabah langsung main hukum ini itu tapi nggak tau juga apa yang sebenarnya terjadi.
Sabar, tenang.. Bumin jelasin ya, hukuman untuk anak pelaku bullying yang memberikan dampak positif berdasarkan penjelasan Najeela Shihab yang akrab disapa Ibu Elaa.
Kasih resolusi konflik
Resolusi konflik ini merupakan pendekatan yang tujuannya buat menyelesaikan konflik dengan pemecahan masalah secara sehat. Jadi kita nggak langsung nge-judge si Kecil, karena kan pasti ada alasannya dong anak berani bullying temannya. Makanya jadi pendengar yang baik adalah kunci utama.
Udah si Kecil cerita sama apa yang terjadi kita jangan langsung belain si Kecil. Tapi tunjukin rasa empati ke korban bullying, apapun alasannya perundungan sangat nggak diperbolehkan.
Nah, dari cara kita peduli terhadap korban, si Kecil akan sadar kalau apa yang dilakukannya itu merugikan mental atau fisik orang lain.
Dari situ, anak mulai paham kalau dibully itu nggak enak, jadi pembully juga nggak ngehasilin hal positif. Sehingga si Kecil akan cari alternatif lain, gimana cara nyelesain masalah tanpa harus ngebully, memukul, ataupun berteriak.
Diajak bertukar posisi
Umumnya pelaku bullying itu merasa dirinya lebih hebat dan punya kekuatan, makanya berani merendahkan orang lain dengan membully. Kalau kayak gini, hukuman pelaku bullying yang tepat dengan ajak bertukar posisi, si pelaku bullying menjadi korban.
Gimana rasanya? Apakah nyaman dan menyenangkan? Pastinya nggak enak kan. Jadi si Kecil bisa ngerti rasanya diperlakukan nggak menyenangkan. Jangan lupa, kita kasih lagi rasa empati pada korban.
Menurut Ibu Elaa, salah satu mencegah bullying adalah dengan terus menumbuhkan empati pada anak. Dicatat nih, Parents, biar si Kecil nggak ikut-ikutan ngebully.
Ajarkan keterampilan sosial
Setelah kasih contoh bertukar posisi, mendengarkan perasaan anak, biasanya dari situ kita tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan si Kecil. Bisa jadi ternyata si Kecil pengen dapetin pengakuan dari teman-temannya, namun itu dilakukan di medium yang salah.
Nah, kita bisa nih kasih solusi kalau pengakuan itu bisa datang dari hal-hal positif, lho. Terus bisa kasih dampak yang baik buat dirinya dan lingkungan.
Misalnya si Kecil bilang, “Aku pengen temen-temen tuh ngeliat aku, mandang aku seseorang.”
Kita bisa arahkan nih, kalau mau kelihatan tampil di sekolah, bisa ikut ekskul terus ikut lomba yang menghasilkan prestasi. Kalau si Kecil mulai sering tampil dan menang, pasti banyak teman yang ‘mandang’ dia.
Mungkin si Kecil mau kelihatan jadi pemimpin dalam kelompok, kasih dukungan untuk jadi pemimpin di organisasi. Bisa juga dengan mengenalkan si Kecil pada sosok pemimpin-pemimpin yang arif.
Sudah tercerahkan kan ya, Parents, hukuman pelaku bullying yang tepat seperti apa 🙂
Anggaplah kesalahan yang dibuat si Kecil ini menjadi pelajaran untuk perbaikan dirinya. Kita sebagai orang tua terus mendukung dan membimbing si Kecil ke arah yang lebih baik.
Jadi seandainya si Kecil jadi pelaku bullying, kita udah ada bayangan nih, hukuman yang tepat dan berdampak jangka panjang yang positif untuk si Kecil. Oh iya, tips ini bisa Parents kasih tahu juga ke orang tua yang anaknya jadi pelaku bullying.
Yuk, kita sama-sama ajarkan si Kecil empati agar menjauhi sikap bullying.