Siapa sih yang masih tidak setuju kalau menunggu itu adalah hal yang mudah sekali membuat jenuh. Tapi, bagaimana kalau menunggu buah hati lahir? Bukannya jenuh tapi yang pasti deg-deg-an dan bikin panas dingin!
Coba absen dulu di sini buat Bu-Ibu, absen dulu siapa yang pas lagi lahiran suaminya malah yang pingsan tidak karuan? Hehehe.
Bicara soal kelahiran, tentu dekat sekali dengan topik HPL atau Hari Perkiraan Lahir.
Eh…eh sebentar, belum sapa Parents nih ya. Halo Parents! Apa kabar hari ini? Semoga hari ini selalu dalam keadaan kesehatan yang baik dan segala urusan diperlancar dan dipermudah ya.
Parents, HPL atau Hari Perkiraan Lahir memang selalu bikin para suami deg-deg-an. Pasalnya, menyambut buah hati di dunia, tentu memerlukan persiapan yang khusus atau spesial. Buah hati tentu sudah ditunggu-tunggu ya.
Buat para calon Parents, mungkin sekarang sedang bertanya-tanya, sebenarnya apa itu HPL?
Apa Itu HPL – Hari Perkiraan Lahir
Dilansir dari KumparanMom, Hari Perkiraan Lahir adalah hari di mana si buah hati akan lahir ke dunia, well ini secara prediksi, ya. Hari Perkiraan Lahir ditetapkan ketika usia kehamilan mencapai 40 minggu.
HPL sudah diprediksi oleh dokter atau bidan dengan menghitung dari tanggal terakhir mestruasi. Atau saat pemeriksaan ke bidan atau dokter kandungan, bisa diketahui oleh pemeriksaan USG.
Akan tetapi, perlu kita ketahui bersama bahwa HPL tidak selalu menjadi patokan atau pakem yang ketat untuk kelahiran si bayi. Hal ini dikarenakan oleh perhitungan kehamilan bisa meleset 1-2 minggu, jadi bisa sebelum hari prediksi atau bahkan sesudah.
Pada umumnya, kebanyakan bayi lahir antara minggu ke-38 sampai hari ke-42 kehamilan. Jadi, jika misalnya bayi lahir setelah lewat dua minggu dari HPL, kondisi ini masih menjadi kondisi yang wajar.
Nah Parents, yang jadi catatan kita bersama adalah jika bayi belum lahir sampai minggu ke-42 atau bahkan lebih – hal ini dianggap lahir terlambat atau lewat waktu overdue pregnancy.
Sudah Lewat HPL, Tapi Belum Lahir Juga?
Seperti yang sudah diketahui bersama kalau HPL adalah perkiraan saja, di mana sampai sekarang sepertinya belum ada yang bisa memastikan waktu kelahiran bayi. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika bayi belum lahir juga padahal sudah lewat HPL-nya?
Parents, sampai sekarang para ahli pun belum bisa memastikan kenapa ada bayi yang bisa lahir diluar dari prediksi HPL-nya. Tapi, ternyata – ada beberapa penyebab hal ini terjadi. Dilansir dari Mayo Clinic, ada beberapa penyebabnya seperti:
- Ini jadi kehamilan pertama
- Riwayat bayi sebelumnya juga terlambat
- Bayi yang dikandung berjenis kelamin laki-laki
- Memiliki indeks massa tubuh 30 atau lebih tinggi (obesitas)
- HPL memang tidak dihitung dengan tepat
Selain lima faktor atau penyebab HPL bisa meleset adalah faktor genetik. Bisa jadi, dahulu kita pun lahir terlambat juga – atau setidaknya ada riwayat anggota keluarga yang lain dan berdekatan mengalami keterlambatan kelahiran juga.
Tapi, Keterlambatan Kelahiran Ini – Apakah Ada Risikonya?
Parents, poin ini juga tidak kalah penting untuk kita catat bersama, lho. Ternyata ada risiko dibalik keterlambatan HPL, apalagi jika sudah mendekati minggu ke-42 atau postterm. Risiko paling besar dari keterlambatan kelahiran adalah kematian perinatal atau bayi lahir mati dan kematian neonatal dini pada usia kehamilan lewat dari 42 minggu itu bisa naik dua kali lipat.
Nah, selain kematian, ada beberapa risiko lainnya seperti:
Makrosomia
Makrosomia adalah kondisi bayi lahir dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari rata-rata. Hal ini akan membuat dokter memerlukan intervensi dengan penggunaan forcep atau alat vakum untuk mengeluarkan bayi. Atau juga, dokter bisa memutuskan bayi dilahirkan lewat operasi Caesar.
Sindrom Pasca-Maturitas
Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya lemak di bagian bawah kulit bayi, tidak ada lapisan berminyak, berkurangnya rambut halus, sampai muncul masalah pada cairan ketuban, dan tali pusat akibat buang air besar pertama bayi.
Cairan Ketuban Berkurang
Parents, jika terjadi penurunan kadar cairan ketuban, kondisi dapat memengaruhi detak jantung bayi dan menekan tali pusat saat kontraksi, lho.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Agar Bayi Segera Lahir?
Parents, untuk menghindari hal-hal atau berbagai risiko yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, dokter ataupun bidan akan melakukan tindakan untuk memberi rangsangan agar bayi keluar.
Beberapa dokter juga bisa menyarankan untuk menunggu sekitar satu minggu untuk melihat apakah Parents akan menunjukan tanda-tanda persalinan alami. Selama kurun waktu tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan dua kali seminggu untuk memastikan bayi di dalam kandungan tetap baik-baik saja.
Tapi, kita pun akan menjalani beberapa tes untuk memastikan bayi berada di keadaan yang aman-aman saja, seperti:
- Non-stress test untuk mendeteksi detak jantung bayi
- USG untuk mengetahui pertumbuhan dan gerakan bayi
- Pengukuran cairan ketuban
Pemeriksaan serviks untuk melihat apakah telah menipis dan melebar untuk melihat tanda persalinan
Akan tetapi, dokter atau bidan biasanya akan memutuskan untuk melakukan induksi persalinan. Induksi dilakukan untuk merangsang kontraksi lahir untuk mempercepat proses persalinan.