Gerakan Tutup Mulut memang masih jadi salah satu tantangan berat untuk dihadapi. Bingung, kesal, dan sedih, atau rasa lainnya pasti campur aduk saat menemani anak makan dan melakukan GTM. Duh, gimana ya?
Halo Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu sehat dan lancar-lancar saja ya segala urusannya.
Dari judul dan prolog singkat di atas, sepertinya sudah jelas nih kita akan membahas soal GTM pada anak. Tetapi, lebih spesifik ke dampak yang terjadi jika anak melakukan GTM, terlebih pada anak yang masih berada di usia enam bulan.
Anak usia enam bulan dan lebih tentunya masih bergantung pada ASI dari ibu sebagai nutrisi utamanya. Namun, untuk nutrisi tambahannya, Parents tentu menyiapkan MPASI atau makanan pendamping ASI. Pain point-nya adalah, anak kerap melakukan GTM.
Kita semua tahu kalau GTM pada anak tidak menemukan solusinya, ada salah satu risiko besar menunggu di depan sana, yaitu stunting. Memang, hal ini adalah kemungkinan terburuknya, tetapi, apakah ada risiko lain?
Parents, terkadang yang kita tidak sadari secara langsung ketika anak mulai GTM adalah kemungkinan anak akan mengalami Anemia Defisiensi Besi atau ADB.
Hmm, apalagi itu ya?
Seperti dari istilahnya, ADB atau Anemia Defisiensi Besi adalah kondisi gejala anemia yang terjadi karena tubuh kekurangan zat besi.
Pada anak umur 6 sampai 12 bulan, usia ini adalah usia anak yang rentan mengalami ADB, di mana anak begitu bergantung dengan ASI sebagai asupan utamanya, tetapi tidak mendapatkan asupan tambahan dari MPASI, karena GTM tersebut.
Tapi, jika anak juga sudah mendapatkan asupan dari MPASI tetapi masih mengalami ADB, bagaimana ya?
Hal ini bisa jadi dikarenakan oleh frekuensi pemberian MPASI yang mengandung zat besi tidak banyak. Sehingga, anak tetap cenderung mengalami ADB. Asupan MPASI yang mengandung zat besi, kerap ditemukan pada daging dan hati ayam.
Jika GTM pada anak berlanjut dan akhirnya ADB pada anak pun semakin parah, apa yang bisa kita lakukan, ya?
Konsultasikan ke Dokter
Parents, salah satu dampak yang paling mudah terlihat jika ADB pada anak semakin parah adalah hilangnya nafsu makan. Hilangnya nafsu makan pada anak jelas akan berbuntut panjang nih, Parents. Maka dari itu, harus ada tindakan khusus.
Salah satu tindakan khusus yang direkomendasikan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Dokter akan melakukan skrining ADB jika hasil pemeriksaan cenderung ke arah anemia. Lalu, jika terbukti anak mengalami ADB, biasanya, dokter akan memberikan suplemen zat besi tambahan.
Biasanya, suplemen tambahan yang diberikan akan berbentuk tablet atau sirup. Suplemen ini akan mengembalikan kadar zat besi pada anak sampai di kondisi normal. Nah, tapi ini yang Parents perlu ketahui lagi, suplemen ini terkadang membawa efek samping seperti perubahan warna feses, sampai konstipasi.
Tapi, tidak perlu khawatir Parents, segala efek samping, tentu nanti akan disampaikan oleh dokter spesialis anak terkait.
Langkah yang tidak kalah fundamental adalah untuk tidak melewatkan asupan makanan seperti sereal yang kaya akan zat besi, kacang-kacangan, kuning telur, sayuran berwarna hijau tua seperti bayam dan kangkung, serta daging sapi, ayam ataupun ikan.
Nah, bagaimana nih Parents – setelah mengetahui penjelasan di atas, seharusnya kita sebagai orang tua akan semakin peka ya terhadap beberapa gejala yang terjadi pada anak, karena bisa jadi gejala tersebut adalah ADB yang mempunyai risiko jangka panjang.