Dulu, kecerdasan sering kali dikaitkan dengan kapasitas individu dalam hal akademik, misal ‘langganan’ juara kelas di sekolah atau memenangkan berbagai kompetisi sains maupun matematika. Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang mahir membawakan tarian atau gesit dalam permainan sepak bola? Apakah mereka didorong untuk terus mengembangkan kemampuan tersebut atau justru sebaliknya, minat dan bakat tadi dianggap membuang-buang waktu?
Pada 1980-an, Ahli Psikologi Pendidikan Howard Gardner mengungkapkan cara pandang yang berbeda tentang kecerdasan manusia. Menurutnya, kecerdasan tidaklah bersifat tunggal dan menyeluruh, seperti ditentukan oleh hasil tes yang memprediksi performa akademik anak di sekolah. Gardner justru melihat kecerdasan muncul dalam berbagai bentuk berbeda. Pendapatnya ini dikenal dengan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence. Gardner berpendapat, ada sembilan jenis kecerdasan majemuk yang perlu diekspos semaksimal mungkin pada anak.
Orang tua memberikan kesempatan eksplorasi
Psikolog Anak dan Keluarga Monica Sulistiawati mengungkapkan, Gardner percaya bahwa setiap individu unik.
“Mereka belajar, memahami, mengingat, dan melakukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Inilah yang mendasari teori Multiple Intelligence,” jelas Monica kepada Parentalk.
Hingga saat ini, ada sembilan jenis kecerdasan berdasarkan teori kecerdasan majemuk. Kecerdasan tersebut bersifat nature dan nurture, yakni merupakan bawaan, namun perlu diasah terus-menerus agar lebih berkembang.
Orang tua pun sangat disarankan untuk memberikan kesempatan eksplorasi seluas-luasnya pada anak di bawah delapan tahun. Eksplorasi tersebut sebaiknya mencakup kesembilan jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner.
Berikut contoh kegiatan sederhana yang dapat orang tua sediakan untuk mengasah empat dari sembilan jenis kecerdasan majemuk pada balita. Psikolog Monica merangkumnya buat #MilennialParents. Yuk, kenalkan 4 jenis kecerdasan majemuk ini pada anak!
Musical-rhythmic intelligence (kecerdasan musikal)
Kecerdasan yang meliputi kepekaan dalam mendengarkan bunyi-bunyian, nada, musik, juga kemampuan memainkan alat musik, bernyanyi, ataupun menciptakan lagu.
Contoh kegiatan:
- membuat alat musik sederhana dari barang-barang yang tidak terpakai, misal beras dimasukkan ke dalam botol bekas,
- bernyanyi dan bersenandung bersama,
- mengetuk-ngetukkan barang yang satu dengan barang yang lain agar tercipta irama, dan
- mendengarkan musik.
Visual-spatial
Kecerdasan yang meliputi kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, memiliki kemampuan visual serta daya imajinasi yang baik, juga melakukan penilaian ruang dengan baik.
Contoh kegiatan:
- bermain tebak warna,
- mengecat dengan tangan alias finger painting,
- menggambar dan mewarnai,
- menggunting dan menempel, juga
- bermain puzzle atau lego.
Verbal-linguistic (kecerdasan bahasa)
Kecerdasan yang meliputi kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis.
Contoh kegiatan:
- bermain finger puppet,
- mendongeng,
- mengobrol dengan anak, dan
- membacakan buku cerita.
Logical-mathematical (kecerdasan logika matematika)
Kecerdasan yang meliputi kemampuan untuk mengolah angka dan bilangan dengan baik, mampu berpikir logis juga ilmiah, serta memiliki konsistensi dalam pemikiran.
Contoh kegiatan:
- menghitung jumlah wortel di kulkas,
- memasukkan sejumlah kelereng ke dalam suatu wadah, serta
- menyembunyikan sejumlah telur-teluran di halaman dan meminta anak menemukannya.
Untuk memahami multiple intelligence secara menyeluruh, pahami juga lima jenis kecerdasan lainnya, yuk! Apakah Si Kecil Punya 5 Jenis Kecerdasan Ini?
(Febi/Dok. Pixabay)