Siswa sekolah dasar berinisial F terpaksa harus diamputasi kaki kirinya diduga akibat bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekolah di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Awalnya F diajak jajan ke kantin bersama teman-teman, namun F diselengkat oleh temannya sampai terjatuh.
Dari situ ia mulai mengeluh kakinya kesakitan dan sulit berjalan. Setelah melalui pemeriksaan di klinik dan rumah sakit, ternyata F mengidap kanker tulang stadium 3. Kejadian bullying dengan selengkat itu memicu kondisi tulang F memburuk dan harus amputasi.
Parents, belajar dari kasus tersebut sudah sebaiknya kita sebagai orang tua mengajarkan anak bercanda yang benar dan beretika. Jangan jadikan bercandaan untuk menutupi dan bersembunyi dari perundungan.
Seringkali ada hal yang menyakiti hati dan membahayakan namun ditutupi dengan “cuma bercanda.” Ingat, bercanda itu dapat meningkatkan fisik dan mental, mengurangi stres karena meningkatkan hormon endorfin dan dopamin. Jadi kalau menyakitkan, itu gak termasuk dalam kategori bercanda, ya.
Berikut ini cara orang tua mengenalkan batasan bercandaan pada anak agar gak kelewat batas.
Candaan gak boleh menyakiti
Memukul, mendorong, atau menarik kursi saat teman mau duduk, atau menyelengkat teman saat sedang berjalan, itu gak bisa dikatakan bercanda karena perbuatan itu berisiko mencelakai orang lain. Menyebut teman lain dengan sebutan negatif seperti jelek, bodoh, ceking itu juga dilarang karena bisa menyakiti perasaan. Kita juga menjadi contoh bagi anak, hindari mengolok atau melakukan candaan yang menghina di depan anak.
Peka terhadap perasaan orang lain yang diajak bercanda
Terkadang apa yang menurut kita lucu, bisa jadi sangat menyinggung orang lain. Maka ajarkan anak mengenali perasaan orang lain atas candaan yang diberikan. Kalau orang lain merasa gak suka, anak harus menghentikan candaan. Misalnya saat teman sudah cemberut, diam, mengeluh sakit maka hentikan candaan dan segera meminta maaf.
Gak boleh berbohong
Bercanda dengan kebohongan biasanya akan mengakibatkan rasa sedih, marah, atau kesal. Ingat, tujuan bercanda itu untuk bikin kita merasa senang. Jadi pastikan kita bercanda tanpa membohongi yang menyakitkan, yaa
Berani mengungkapkan perasaan
Saat anak dijadikan objek candaan yang kurang menyenangkan, ajarkan anak untuk bisa mengungkapkan perasaan dan pikiran. Ini bisa kita ajarkan lewat role play dan membiasakan anak mengungkapkan perasaannya. Misal, minta anak mendorong kita, lalu kita berikan respons, “jangan kayak gitu, aku gak suka, ini bahaya tahu.”
Sudah tahu ‘kan cara mengenalkan candaan yang baik? Mari kita berikan si Kecil pemahaman tentang etika bercanda untuk kebaikan dirinya dan orang lain 🙂