Kata siapa mengelola emosi itu gampang? Apalagi kalau udah jadi orang tua. Rasanya dilematis bangett, mau emosi tapi anaknya juga belum ngerti, tapi kalau dipendam juga bikin stres. Serba salah 😂
Berdasarkan pengalam Bumin, mengelola emosi setelah jadi orang tua itu sulit sekali. Pengen banget setiap hari nggak pernah ngomel dan selalu positive vibes, tapi apa dikata realitanya selalu meleset.
Lagi mau meeting anak tantrum, udah capek-capek masak anaknya nggak mau makan, nangis yang entah alasannya apa. Hadehh… rasanya bikin dada penuh alias pengen ‘meledak’.
Parents, supaya diri kita nggak gampang emosi dalam menghadapi rintangan sebagai orang tua, Bumin Nucha mau membagikan tips tentang seni mengelola emosi dengan baik dari Good Enough Parents. Tarik napasss, tahann, buanggg. Yuk, disimak!
Melakukan eye contact
Saat Si Kecil melakukan sesuatu yang membuat kita kesal, pasti rasanya langsung mau marah aja. Sabar, coba kita tahan dulu dengan melakukan eye contact pada anak. Sadarkan diri kita bahwa anak masih dalam proses tumbuh kembang, dia belum paham betul atas apa yang dilakukannya.
Misalnya aja, Si Kecil nggak sengaja memecahkan gelas, pasti kita langsung ingin marah, ya. Tahan dulu, untuk menahan emosi kita bisa awali dengan menatap mata anak untuk mengembalikan koneksi, respek, dan rasa cinta ke anak 🙂
Visualisasi
Lalu bayangkan kondisi yang membuat tenang, kalau nggak bisa ngebayangin karena udah kesel dan capek, coba dengan cara membayangkan diri kita. Nah, misalnya kita mau jadi orang tua yang nggak gampang marah, coba diingat lagi.
Bayangkan kita menjadi sosok yang tenang dan bisa mengelola emosi. Dengan mengingat hal itu, mudah-mudahan kita lebih bisa menahan emosi pada Si Kecil.
Menarik napas
Ada lagi cara yang mudah dan cukup biasa dilakukan oleh banyak orang, yaitu menarik dan membuang napas pelan-pelan. Saat emosi sudah ingin meledak, coba kita tenangkan diri dulu dengan tarik dan hembuskan napas secara berulang sampai tubuh terasa rileks 🙂
Memberikan waktu
Ini yang nggak kalah penting, berikan waktu pada tubuh dan diri kita untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar sudah terpenuhi. Seperti sudah makan yang cukup, melakukan istirahat, atau melakukan hal yang menyenangkan.
Jangan salah, emosi bisa timbul bukan hanya karena orang di sekeliling kita, tapi juga disebabkan oleh diri kita sendiri seperti kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Bayangin, kita nggak pernah sempat buat ngurus diri sendiri, istirahat pun berantakan, pasti jadi gampang emosi 🙁
Ambil waktu untuk istirahat
Sebagai orang tua pasti urusan kita banyak, kadang untuk menjaga satu anak aja bisa membutuhkan banyak energi. Kita boleh banget kok buat ambil waktu istirahat tanpa ada distraksi dari Si Kecil, entah cuma untuk baca buku atau pacaran sama pasangan kita.
Saat kita mau meninggalkan Si Kecil untuk beristirahat, pastikan anak dalam kondisi aman. Misalnya dia lagi nggak rewel atau sakit. Mudah-mudahan setelah istirahat, energi kita bisa terisi lagi dan kembali semangat.
Refleksi diri
Luangkan waktu buat refleksi diri dan dengarkan inner child kita. Tanya lagi ke diri sendiri, kalau waktu kecil kita bersama orang tua yang seperti diri kita ini, apakah senang? Adakah pengalaman masa kecil yang masih mengganggu dan berdampak pada pengasuhan anak?
Coba kita beri waktu ke diri sendiri untuk bisa merefleksikan diri. Kalau seandainya kita nggak mau kejadian buruk di masa kecil terulang, pastikan kita nggak mau itu juga terjadi ke Si Kecil. Jadi, pikirkan lagi, apakah kita senang mendapat orang tua seperti diri kita ini?
Parents, memang itu semua nggak mudah dilakukan untuk mengelola emosi. Namun, kita harus tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk Si Kecil, salah satunya dengan menahan emosi.
Bumin paham kok bahwa ini nggak mudah, tapi dengan belajar dan berlatih mudah-mudahan bisa ditangani. Parents bisa belajar lebih lanjut tentang regulasi emosi di kelas Good Enough Parents bersama psikolog. Berikut tautan kelas pembelajaran ‘Seni Mengelola Emosi Orang Tua’.
Yuk, bisa yuk, Parents! 🙂