Setelah anak pertama lahir, saya belajar cara merawat bayi dari seorang terapis pijat berusia paruh baya. Tak hanya memandikan bayi, saya juga belajar cara membedong bayi. Saya yang waktu itu belum tahu ilmu seputar bedong bayi pasrah saja dengan caranya membedong Si Kecil. Kedua kaki anak saya diluruskan seperti berdiri tegap lalu dibedong ketat. Menurutnya, hal itu bertujuan agar kaki Si Kecil dapat ‘lurus’ di kemudian hari. Seperti hal yang kita tahu, bayi memiliki kaki bengkok yang sebenarnya akan semakin lurus seiring bertambahnya usia.
Jadi, bedong ketat agar kaki bayi lurus itu cuma mitos. Hal itu ditegaskan oleh Dokter Spesialis Anak Arifianto. Dokter yang akrab disapa Apin itu berpendapat, kita boleh membedong bayi, tapi tekniknya harus benar.
“Bayi boleh dibedong, tapi hanya bagian atasnya. Bagian bawahnya, yaitu panggul, tidak boleh dibedung (ketat),” jelas dr. Apin kepada Parentalk.
Bedung ketat meningkatkan risiko displasia panggul
Menurut Akademi Ahli Bedah Ortopedi Amerika (AAOS), bedong yang ketat berisiko merenggangkan sendi dan merusak tulang rawan pada rongga panggul Si Kecil. Risiko tersebut pun dapat menyebabkan displasia atau dislokasi panggul.
Pada panggul yang normal, bagian kepala tulang paha melekat secara kokoh pada rongga panggul. Namun, pada bayi dan anak-anak yang mengalami displasia, sendi panggul tidak terbentuk normal. Bagian kepala tulang paha cenderung longgar di rongga panggul sehingga dapat mengalami dislokasi dengan mudah.
Displasia atau dislokasi panggul sering kali dialami bayi sejak lahir. Utamanya, kondisi ini dialami:
- bayi perempuan,
- anak dengan riwayat keluarga yang mengalami dislokasi panggul,
- anak pertama, bayi yang terlahir dengan posisi sungsang, dan
- bayi yang lahir dari ibu dengan kadar cairan ketuban yang rendah.
Meski begitu, kondisi tersebut dapat juga berkembang selama tahun pertama kehidupan anak. Penelitian terkini menunjukkan, bayi-bayi dengan kaki yang dibedong kuat dengan panggul dan kaki yang juga diluruskan berisiko tinggi terhadap dislokasi panggul setelah lahir.
Dampak displasia panggul
Dislokasi panggul biasanya mempengaruhi panggul sebelah kiri. Jika displasia panggul terdiagnosa sejak dini dengan penanganan yang tepat, anak akan memiliki sendi panggul yang berfungsi normal. Namun, bila dislokasi panggul baru ditangani di atas usia dua tahun, kelainan bentuk panggul dan osteoarthritis atau pengapuran sendi mungkin berkembang di kemudian hari.
Apalagi, jika displasia panggul tidak ditangani sama sekali, anak berisiko mengalami rasa nyeri dan osteoarthritis pada awal masa dewasa. Dampak lainnya, antara lain perbedaan panjang kaki atau menurunnya ketangkasan.
Bayi-bayi yang terlahir dengan dislokasi panggul tidak menunjukkan gejala lahir apapun. Namun jika kamu mendapati kondisi sebagai berikut, segera konsultasikan pada dokter anak.
- Perbedaan panjang kaki
- Lipatan kulit pada paha tidak seimbang
- Gerakan berkurang atau fleksibilitas hanya pada satu sisi
- Pincang, berjalan jinjit, atau terhuyung-huyung
Karena itulah, orang tua perlu mempelajari cara membedung bayi dengan aman.
Manfaat bedung
“Khawatir dengan risiko displasia. Jadi, tetap bedong anak atau enggak, nih?”
Seperti hal yang ditegaskan dr. Apin sebelumnya, kita boleh, kok, membedung bayi. Bahkan menurutnya, bedung dapat membuat bayi lebih nyaman karena dapat menahan tubuhnya dari refleks moro atau refleks kejut.
“Bayi memiliki refleks Moro yang masih tinggi. Ketika refleks Moronya bergerak, bayi terbangun (karena) kaget dan menangis. Dengan dibedong, dia menjadi lebih tenang sehingga refleks Moronya tidak mengganggu. Mungkin juga, dia merasa lebih nyaman aja (dengan dibedong) kayak di dalam rahim,” jelas dr. Apin.
Intinya, jika kamu hendak membedung Si Kecil, pastikan ia memiliki ruang gerak yang cukup pada bagian bawah tubuhnya. Dengan begitu, ia dapat menekuk kakinya ke atas maupun keluar.
Selain itu, tak ada patokan mengenai batas usia bayi dibedung. Ikuti saja kenyaman Si Kecil. Ketika anak sudah semakin besar dan tak nyaman dibungkus kain, berarti sudah saatnya ia lepas dari bedungan.
Referensi:
- Atikel “Swaddling your baby” pada Baby Center
- “Kondisi Kaki Bengkok pada Bayi, Normal atau Abnormal?” pada Alodokter
(Febi/Dok. Pixabay)