Kurva pertumbuhan anak kedua saya yang berusia 21 bulan berada di garis merah. Dokter pun menilai ia lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya. Kondisi tersebut bagaikan tamparan keras buat saya. Bagaimana tidak, sindrom stunting (perawakan pendek) dapat menghambat perkembangan anak juga menyebabkan penurunan kognitif maupun kekebalan tubuhnya.
Karena itulah, dr. Yoga Devaera, SpA (K) menyarankan saya membuat menu makanan yang tinggi gizi terutama zat besi dan protein untuk menambah tinggi badan Si Kecil. Tak hanya untuk anak saya, saran dari dr. Yoga juga berlaku bagi anak-anak yang sudah mulai menyantap makanan pendamping ASI (MPASI).
Pasalnya, berdasarkan pada Badan Kesehatan Dunia (WHO), bayi usia 6-12 bulan memerlukan zat besi 11 mg perhari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi sebanyak itu, seorang bayi berusia 6 bulan hanya mendapatkan sekitar 0,2 mg/hari dari ASI, sementara sisanya sebesar 10,8 mg diharapkan bisa terpenuhi oleh MPASI.
Penganan yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi
Menurut rekomendasi IDAI, sumber zat besi yang terbaik adalah daging merah. Contohnya, daging sapi cincang, kambing, domba, bebek, dan hati ayam maupun sapi.
“Tapi, kan anak balita belum bisa makan daging utuh…”
Itu juga menjadi pertanyaan saya sebelumnya. Dokter Yoga pun menyarankan saya untuk mengolah aneka daging yang disebutkan tadi dalam bentuk nugget atau bakso. Jika Si Kecil baru belajar makan, Ibu dapat mencampurkan daging yang telah dihaluskan atau diparut (dalam keadaan beku) ke dalam bubur.
Sementara untuk sayuran, Ibu dapat mengambil manfaat zat besi dari bayam rebus. Meski begitu, zat besi dari bayam yang diserap tubuh hanya 3-8%. Pada sumber hewani, zat besi yang diserap dapat mencapai 23%, lho.
Jangan lupa pentingnya protein hewani
Selain dari daging, sumber protein dapat kita peroleh dari telur dan susu sapi. Secara umum, kelebihan susu sapi menurut IDAI, antara lain
- mengandung protein berkualitas tinggi,
- memicu pertumbuhan (jika dietnya tidak mengandung sumber protein hewani yang lain),
- sumber beberapa zat gizi mikro yang penting,
- sumber kalsium yang baik,
- mengandung peptida, CLA (conjugated linolenic acid), dan beberapa substansi penting lainnya yang memiliki potensi efek positif terhadap kesehatan.
Bagaimana jika Si Kecil kurang berselera dengan susu utuh seperti anak saya? Kita bisa mengakalinya dengan mencampurkan susu ke dalam aneka sajian, kok. Misal, dengan membuatkan puding susu atau sup krim.
Meski begitu, perlu kita ingat, Akademi Dokter Anak Amerika (AAP) menyimpulkan, bayi sebaiknya tidak diberikan susu sapi utuh (whole cow’s milk) selama setahun pertama kehidupannya. Bayi di bawah setahun yang diberikan susu sapi utuh (umumnya dalam bentuk susu UHT) justru cenderung kekurangan zat besi, asam linoleat, vitamin E, dan kelebihan natrium, kalium, dan protein. Jadi, secara umum, bayi di bawah 1 tahun direkomendasikan untuk mengonsumsi ASI atau susu formula yang telah difortifikasi zat besi saja, ya.
Referensi:
- Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (Laporan Tahun 2015)
- Artikel “Untuk Balita, Lebih Baik Sufor atau UHT Ya?” pada Food for Kids Indonesia Vol. 14
- “Mencegah Anak Berperawakan Pendek” pada IDAI
(Febi/Dok. Shutterstock)