PakDe Min mau tanya dulu sama pembaca dan semua Parents di sini – setuju gak kalau anak yang sudah masuk fase pre-teen itu jadi susah diatur?
Fase pre-teen atau pra-remaja adalah fase peralihan dari anak kita yang masih gemoy ke anak yang masih gemoy juga tapi lebih besar dan mempunyai emosi dan perasaan yang lebih kompleks. Apakah karena hal ini mereka jadi sulit diatur?
Hai hai Parents, apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam kesehatan dan segala urusan diperlancar ya.
Parenting untuk pre-teen atau pra-remaja ternyata membawa tantangan yang tidak kalah seru seperti saat anak masih kecil. Kemampuan menyerapnya bertambah besar. Tidak heran jika mereka akan semakin banyak tanya, keingintahuannya semakin luas.
Sepertinya, salah satu tantangannya terletak di bagian tersebut. Kita sebagai orang tua, tentu ingin yang terbaik untuk anak, dan salah satu hal terbaik yang bisa kita berikan adalah kehadiran. Kehadiran kita pada keingintahuannya yang begitu luas.
Sehingga, kita akan menjawab berbagai pertanyaan. Dari A sampai Z. Tapi, tidak masalah. Mungkin kita perlu sama-sama setuju terlebih dahulu kalau menjadi orang tua memang tidak pernah berhenti belajar. Kalimat tersebut merupakan potongan skrip dari film Ngeri-Ngeri Sedap, lho.
PakDe Min punya prediksi untuk kita semua sebagai orang tua, yang tengah resah anak sudah masuk ke fase pra-remaja. Parents, yang kita perlukan adalah tips dan trik untuk menghadapi berbagai situasi, yang mungkin saja terjadi kepada anak pra-remaja kita.
Penasaran tipsnya apa saja? Sila simak ulasan kali ini ya!
Mengobrol, Sederhana kan? Tapi Ini Fundamental
Percaya atau tidak ya Parents, kalau mengobrol adalah salah satu hal penting yang perlu dilakukan tiap hari kepada anak pra-remaja. Mungkin tidak perlu terlalu lama, cukup 15-30 menit – atau jika Parents mempunyai pakem waktu tersendiri, itu tidak masalah.
Obrolan awal yang sederhana cukup membuat anak pra-remaja kita bercerita dari A sampai Z dan mungkin dari Z ke A. Kita bisa bertanya:
- “gimana hari kamu? Baik-baik saja, kah? Atau ada yang mau kamu ceritakan” –
atau, Parents bisa kaitkan hal menarik di hari sebelumnya ke saat mengobrol dengan anak, dengan pertanyaan:
- “gimana pertandingan basket kamu? Ulangan matematika kemarin gimana, lancar kamu mengerjakannya?”
Satu hal yang jelas terlihat dari pertanyaan tersebut adalah perhatian kita terhadap hal-hal yang anak sedang hadapi. Harapannya, jika memang ada masalah, anak tidak merasa sendiri. Walau memang pada waktunya mereka akan menyelesaikan masalahnya sendiri – setidaknya kita sebagai orang tua bisa menyiapkan “panduan” untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dengarkan, Jangan Abis Tanya Terus Cuek, Ya.
Jika anak sudah terbiasa untuk bercerita tentang apapun yang mereka rasakan, hadapi, atau yang akan mereka nanti atasi, pastikan kita bisa mendengarkan mereka. Parents, salah satu respon terbaik yang bisa kita berikan adalah mendengarkan.
Nah, setelah mendengarkan – terkait dengan tips di atas, akan terjadi obrolan yang menarik dan panjang. Dengan harapan, hal ini akan menjadi pupuk yang kuat untuk hubungan orang tua dan anak yang semakin erat.
Ada Batasan dan Ada Aturan
Walau anak pra-remaja atau pre-teen sedang menggebu-gebu untuk mendapatkan kebebasan, tetapi aturan dan batasan tetap perlu ditegakan.
Parents, tidak semata-mata atau mengataskan nama pengertian anak jadi bebas begitu saja tanpa mengindahkan aturan atau norma-norma yang ada ya. Beritahu perlahan kalau batasan atau aturan serta norma, memang dibuat untuk segalanya lebih teratur dan lebih tertata.
Serta beritahu juga secara perlahan apa yang akan mereka dapat sebagai konsekuensi jika tidak mentaati aturan. Bukan bermaksud untuk otoriter, tetapi aturan dan norma tetap menjadi panduan hidup yang bisa kita ikuti dengan baik.
Nah Parents, untuk melihat berbagai perspektif lain dari topik pre-teen ini, yuk kita nonton video di bawah ini, ya!