Terkadang orang tua sendiri gak sadar telah menjadikan anak korban bullying. Bully berupa ancaman, intimidasi bahkan kekerasan yang orang tua lakukan untuk mengontrol anak demi mengikuti kemauannya. Perundungan gak hanya terjadi di sekolah atau lingkungan rumah, tetapi bisa dialami anak dari dalam rumah.
Perlakuan bullying dalam rumah atau lingkungan keluarga bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk kakek, nenek, paman, bibi, adik, kakak, sepupu, maupun mertua. Kebanyakan kasus bullying dalam keluarga terjadi dalam bentuk emosional atau verbal.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa contoh perilaku bullying dalam keluarga;
- Sering membesarkan kelemahan dan kekurangan si Kecil di depan anggota keluarga lain
- Membuat anak menjadi bahan lelucon rendahan
- Melontarkan kritik yang menyakiti hati
- Membuat korban merasa bersalah terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan salahnya
- Menggunakan perasaan serta emosi untuk mengendalikan anak
- Mengabaikan dan meremehkan perasaan, keinginan, pemikiran, dan kebutuhan anak.
- Mendiamkan anak tanpa alasan yang jelas
- Bertindak superior dan memperlakukan anak dengan rendah
Kebanyakan orang gak menyadari bahwa telah terjadi bullying di dalam keluarganya. Ini karena tindakan perundungan di keluarga dilakukan secara manipulatif dan halus. Dampak dari bullying sangat merugikan bahkan bisa membahayakan nyawa anak.
Menurut survei American Osteophatic Association, dampak buruk dari bullying pada anak dapat menimbulkan rasa stres, depresi, gangguan kecemasan, kehilangan kepercayaan diri, bahkan sampai keinginan bunuh diri.
Parents, pastikan apa yang kita lakukan ke anak dalam hal memberikan kritik, menyampaikan pendapat gak sampai menyakiti perasaan anak apalagi sampai merendahkan. Jadilah pendengar yang baik bagi anak, hindari menuntut yang melewati batas kemampuan anak, dan hargai apa pendapat anak. Karena pelaku dan korban bullying bisa diawali di dalam lingkungan keluarga.