Siapa Ibu-ibu di sini yang masih mengandalkan menu sayur dan buah saja saat Si Kecil mulai belajar makan? Kebetulan, saya menerapkannya kepada kedua buah hati dan kini saya menyesal. Semestinya, saya sudah mengenalkan sumber zat gizi yang lengkap sejak anak memulai fase MPASI. Tak terkecuali protein hewani, lho.
Alhasil, kenaikan berat badan anak-anak saya, terutama si bungsu, justru sangat irit. Saya pun ditegur oleh dr.Purnamawati S.Pujiarto, SpAK, MMPed saat berkonsultasi dengan Beliau karena terlambat memberikan protein hewani. Dulu, saya baru berani memberikan daging dan ikan saat anak berusia tujuh bulan. Sebegitu besarnyakah peran protein hewani terhadap tumbuh kembang anak? Berikut alasan daging perlu diberikan sedini mungkin pada Si Kecil.
Pentingnya protein hewani bagi kesehatan anak
Menurut UNICEF, anak-anak usia 6-23 bulan sebaiknya mengonsumsi penganan hewani seperti daging merah, hati, ikan, telur, atau daging ayam setiap hari karena:
- membantu anak tumbuh kuat dan lincah,
- untuk memastikan Si Kecil mendapatkan cukup besi dan zat gizi lainnya, juga
- menyediakan protein berkualitas tinggi, zat besi heme, zinc, dan berbagai vitamin.
Selain itu, berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anemia defisiensi besi (ADB) adalah masalah defisiensi nutrien tersering pada anak- anak Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita dan bisa menyerang semua bayi apapun latar belakang ekonominya.
Kekurangan zat besi pada bayi sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Kondisi itu dapat mengganggu kecerdasan, tingkah laku, dan ketahanan fisik Si Kecil. Terlebih, ADB tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas dan hanya dapat terdeteksi lewat cek darah.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 juga menunjukkan, prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.
Nah, sumber zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah protein hewani. Karena itulah, dalam pemberian MPASI metode Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi diperkenalkan dengan penganan hewani sejak berusia enam bulan.
Tak hanya ADB, kurangnya asupan protein hewani juga meningkatkan risiko stunting atau tubuh pendek pada anak. Padahal, protein untuk bayi di bawah satu tahun menyumbang 60-75% terhadap proses pertumbuhan. Apalagi, angka kejadian balita stunting di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan data UNICEF dan Kementerian Kesehatan, sekitar 35,6% bayi/balita Indonesia mengalami stunting, lho!
Jadi, kecukupan asupan protein hewani selama fase MPASI akan sangat menentukan pertumbuhan anak di kemudian hari ya, Bu.
Cara mengolah daging untuk bayi yang belajar makan
Ibu mungkin berandai-andai mengenai cara memberikan daging pada Si Kecil yang baru belajar makan. Menurut Akademi Pediatri Amerika (AAP), Ibu bisa memberikannya dalam bentuk puree. Semakin halus, semakin mudah zat besi terserap oleh tubuh bayi.
Untungnya, salah satu anggota Komunitas Homemade Healthy Baby Food Mayang Piastiari punya beberapa tips agar Si Kecil yang baru belajar makan dapat mengonsumsi daging, nih.
Ikan
Untuk menghaluskan ikan, Ibu dapat mengambil bagian perut dan mengolahnya menjadi filet. Tentu duri-duri ikannya dibersihkan dulu, ya. Filet ikan beku kemudian diparut dan hasilnya dikukus atau direbus kurang lebih 15 menit bersama bumbu aromatik seperti daun salam dan bawang putih geprek.
Haluskan lagi parutan ikan yang telah dimasak dengan saringan kawat. Jangan lupa untuk mengerok juga hasil saringan yang tertinggal di bagian bawahnya. Terakhir, berikan lemak tambahan juga air matang/ASIP untuk mencapai tekstur semi kental. Cara ini bisa diterapkan untuk ikan air tawar, ikan laut, cumi, dan udang.
Daging merah atau ayam
Untuk daging sapi, kambing, atau ayam utuh, Ibu dapat menggilingnya langsung atau membeli dalam bentuk daging giling. Pisah daging giling per porsi ke dalam wadah berbeda-beda lalu bekukan. Daging giling beku kemudian diparut menggunakan parutan keju. Hasil parutan lalu dikukus atau direbus kurang lebih 15 menit bersama bumbu aromatik seperti daun salam, daun jeruk, dan bawang putih geprek. Tahapan selanjutnya sama persis dengan cara menghaluskan ikan di atas.
Jadi, tak ada alasan untuk menunda pemberian proten hewani pada Si Kecil yang lagi belajar makan ya, Bu.
Referensi:
- Artikel “Starting Solid Foods” pada Healthy Children
- “When can my baby eat meat?” pada Baby Center
- “Makanan Pendamping ASI (MPASI)” pada IDAI
(Febi/Dok. Shutterstock)