Saat hamil, saya berencana buat melahirkan Si Kembar secara normal. Ternyata menjelang kelahiran, rencana itu berubah. Dokter menyarankan persalinan lewat operasi caesar. Posisi bayi kembar saya dinilai tidak aman untuk melahirkan secara normal. Salah satu bayi sudah siap dengan posisi kepala di bawah, sementara posisi saudaranya melintang.
Selain itu, air ketuban sudah berkurang dan plasenta mulai mengalami pengapuran, sementara saya belum mengalami kontraksi sama sekali meski sudah memasuki 40 minggu. Akhirnya, demi keselamatan bayi dan saya sendiri, operasi caesar pun jadi pilihan.
Operasi caesar demi tanggal cantik?
Operasi yang saya alami dulu termasuk yang terencana mengingat kondisi kehamilan saya tersebut. Tapi ada juga calon ayah dan ibu yang sengaja memilih persalinan caesar di tanggal tertentu, agar anaknya memiliki tanggal lahir yang cantik.
Kebetulan waktu itu tanggal 11 bulan 11 tahun 2016. Jadi berbarengan dengan saya, ada sederet orang tua lain yang dijadwalkan buat operasi. Bahkan ada yang mau operasinya dilakukan jam 11 pagi. Walaupun tidak ada larangan khusus, tapi alasan ‘mendapat tanggal lahir cantik’ bukan termasuk kondisi yang mengharuskan dilakukannya prosedur operasi caesar.
Alasan operasi caesar
Operasi caesar (c-section) termasuk operasi besar yang dilakukan dengan membuka dinding perut dan rahim untuk mengeluarkan bayi. Prosesnya bisa dilakukan secara dadakan ataupun terjadwal, tergantung kondisi Ibu dan bayi. Berikut indikasi medis untuk prosedur c-section yang dirangkum dari buku 9 Bulan yang Menakjubkan oleh Boni, dkk. dan situs BabyCenter:
- Jalan lahir bayi tertutup karena Ibu mengalami plasenta previa.
- Ibu mengalami komplikasi seperti preeklampsia.
- Bentuk panggul dan janin tidak proporsional. Misalnya, ibu berpanggul kecil sementara bayi berukuran besar.
- Bayi terlalu kecil dan badannya lemah sehingga tidak sanggup melewati persalinan normal.
- Bayi kekurangan oksigen.
- Jelang persalinan bayi dalam posisi sungsang dan ini kehamilan pertama.
- Bayi dalam posisi melintang atau letaknya terus berubah-ubah.
- Ibu mengalami infeksi seperti herpes atau HIV yang beresiko tertular pada bayi jika melalui persalinan per vaginal.
- Ibu berencana melahirkan secara normal tapi proses pembukaan berjalan sangat lama atau stuck di bukaan tertentu.
Persiapan operasi caesar
Jika sudah berencana menjalani c-section, kamu bisa melakukan langkah persiapan seperti yang dilansir dari BabyCenter berikut ini:
Pertama, konsultasi
Kebanyakan dokter mendukung persalinan secara alami atau per vaginal. Tapi jika mereka menilai ada indikasi yang mengharuskan c-section, tim medis bakal menjelaskan hal ini ke kamu dan pasangan. Kalian bisa mencari tahu alasan operasi serta kemungkinan resiko yang bakal dihadapi.
Kedua, merencanakan operasi
Setelah fix menjalani c-section, kamu dan pasangan bisa menentukan tanggal operasi yang tentunya sama dengan tanggal lahir Si Kecil. Di waktu yang sama, kamu dapat booking ruang perawatan di rumah sakit.
Ketiga, siapkan birth plan
Isinya antara lain, siapa yang akan menemani persalinan, apakah pembiusan dilakukan total atau hanya bius lokal. Di beberapa rumah sakit, kamu dapat meminta musik tertentu untuk diputar selama operasi caesar dan meminta izin buat mendokumentasikan proses persalinan.
Keempat, proses operasi caesar
Ada beberapa persiapan sebelum operasi caesar, seperti puasa, pemasangan kateter dan lain-lain. Sedangkan prosesnya sendiri hanya berlangsung selama 20-30 menit.
Meski terkesan singkat, persalinan secara caesar tetap beresiko tinggi. Pastikan operasi ini dilakukan setelah melalui diagnosis tim medis. Sebaiknya kamu juga memilih tempat bersalin yang kompeten agar siap menangani kondisi darurat.
(Dyah/ Dok: Shutterstock)