‘Aturan wajib’ merawat bayi baru lahir yang berkembang di masyarakat kita salah satunya membungkus Si Kecil rapat-rapat dengan bedong dan berlapis-lapis pakaian. Mulai dari gurita, singlet, sarung tangan, sampai kaos kaki. Saat anak pertama, jujur, saya menerapkan ini karena ketidaktahuan. Padahal, menurut para dokter anak, berbagai pakaian tersebut sebenarnya tidak perlu dan justru dapat menghambat kesehatan maupun stimulasi Si Kecil.
“Bayi hanya perlu memakai pakaian atasan, popok/celana, selimut, dan topi (jika dingin),” jelas Dokter Spesialis Anak Fransisca Handy dalam bukunya, A-Z Perawatan Bayi.
Gurita bayi
Menurut dr. Fransisca, penggunaan gurita mengganggu gerakan napas bayi yang masih dominan menggunakan otot perut. Penggunaan gurita juga mengganggu kenyamanan bayi karena menghalangi kulitnya bersentuhan dengan kulit sang ibu. Selain itu, gurita menutup tali pusat sehingga membuatnya lebih lama kering maupun lepas atau puput.
“Bila khawatir bayi kedinginan, hangatkan bayi dengan sentuhan kulit ibu atau dengan diselimuti dan diberi topi,” tulis dr. Fransisca dalam bukunya, A-Z Perawatan Bayi.
Sarung tangan dan kaos kaki
Dokter Spesialis Anak IGAN Partiwi mengungkapkan, semakin tertutup kulit bayi, semakin sedikit pula kesempatannya memperoleh stimulasi melalui sentuhan. Maka dari itu, ia menyarankan orang tua untuk tidak memakaikan sarung tangan dan kaos kaki pada bayi terlalu lama. Apalagi, jika bayi tinggal di daerah tropis.
“Suhu tubuh bayi itu awalnya kan sama atau tidak terlalu drastis dibandingkan di dalam kandungan,” jelas perempuan yang akrab disapa dr. Tiwi ini kepada Parentalk.
Sementara menurut dr. Fransisca, telapak tangan dan kaki adalah media belajar bagi sang bayi. Di situlah terdapat begitu banyak ujung-ujung saraf tempat Si Kecil mengenal aneka tekstur lembut dan kasar.
“Membiarkan tangan dan kakinya terbuka sama dengan memberi kesempatan belajar bagi bayi,” tulis dr. Fransisca lewat bukunya.
Bedong bayi
Tak hanya berguna bagi bayi prematur, bedong juga dapat membantu bayi tidur lebih nyenyak. Namun, sebaiknya bayi tidak setiap saat dipakaikan bedong karena justru dapat menghilangkan refleks-refleks bayi.
“Bedong mungkin berguna supaya bayi enggak kaget karena adanya moro reflex (refleks kejut akibat suara keras atau sensasi seperti terjatuh). Tapi, bayi kan perlu refleks. Dengan kaget-kaget, dia jadi terbangun,” jelas dr. Tiwi.
Sementara, dr. Fransisca berpedapat bahwa bayi tidak perlu dibedong terus-menerus karena akan menghambat gerakan bayi dan stimulasi indra peraba. Padahal, bergerak dan meraba merupakan sarana belajar sekaligus perkembangan yang amat penting bagi bayi.
Bagaimana dengan anggapan bedong dapat mencegah kaki bengkok maupun kelainan bentuk lainnya? Menurut dr. Fransisca hal tersebut adalah mitos belaka. Hal ini diamini pula oleh penulis buku What To Expect The First Year, Heidi Murkoff dan Sharon Mazel, yang mengungkapkan bahwa hampir semua anak memiliki kaki bengkok (masing-masing lutut tidak bersinggungan ketika kaki dirapatkan) pada dua tahun pertama kehidupan mereka.
Baju setipis mungkin lebih baik untuk bayi
Kulit merupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh manusia. Stimulasi kulit berupa sentuhan pun berperan penting terhadap tumbuh kembang anak.
“Misalnya anak tidak terstimulasi, ‘tumpul’ aja jadinya. Kemampuan anak yang lebih atas itu sebenarnya karena kemampuan di bawahnya atau stimulasi dasarnya terpenuhi. Kulit itu kan paling banyak saraf-saraf perasanya,” terang dr. Tiwi.
Semakin kulit diberikan kesempatan untuk terpapar dengan berbagai macam permukaan maupun sentuhan, semakin baik pula input yang diberikan kepada otak. Jadi, jika kamu tinggal di daerah tropis, baju setipis mungkin lebih baik untuk Si Kecil, lho.
Referensi:
- A-Z Perawatan Bayi oleh dr. Fransisca Handy, SpA
- What To Expect The First Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
(Febi/ Dok. Shutterstock)