“Anak si A udah bisa berjalan, kok anakku masih merangkak? Padahal seumuran…”
“Anakku cuma bicara beberapa patah kata saja, sementara teman-teman sebayanya sudah pada bawel…”
“Si adik masih malu-malu kalau ketemu orang baru nih, beda banget sama kakaknya. Jangan-jangan pas gede jadi anak pemalu…”
Upaya membandingkan milestones atau tonggak perkembangan Si Kecil dengan anak seusianya memang tak terelakkan. Apalagi, milestones anak kerap menjadi topik pembicaraan antaribu. Tak jarang, sebagian ibu malah menjadi terbawa perasaan alias baper karena merasa kemampuan sang buah hati ‘tertinggal’ dari anak-anak lainnya.
Alih-alih sedih, sebaiknya Ibu berhenti membandingkan milestones buah hati. Pahami juga berbagai fakta di balik prinsip tonggak perkembangan anak.
Tiap anak tumbuh dengan kecepatannya masing-masing
Menurut situs kesehatan WebMD, tonggak perkembangan anak terbagi ke dalam lima area utama: pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan emosional, perkembangan bahasa, juga perkembangan indrawi dan motorik.
Anak-anak berkembang sesuai rangkaian yang dapat diprediksi dan bersifat alamiah dari satu tonggak perkembangan ke tahapan berikutnya. Karena itulah, Ibu bisa mengevaluasinya berdasarkan panduan perkembangan milestones anak seperti Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Namun, setiap anak tumbuh dan memperoleh ragam kemampuan dengan kecepatannya masing-masing. Sebagian anak mungkin lebih terdepan dalam satu area sepeti bahasa, namun terlambat untuk kemampuan lainnya seperti perkembangan motorik juga indrawi.
Pastikan anak berada di rentang normal
Sebagai Ibu, memang sih, kita didorong untuk mengamati keterlambatan perkembangan anak. Tujuannya agar masalah perkembangan tersebut dapat ditangani segera. Namun, berbagai penelitian menunjukkan, selama Si Kecil berada pada tonggak perkembangan dalam rentang yang normal, secepat apapun ia memenuhinya tidak berhubungan dengan kemampuan lain di masa mendatang.
Pendapat pakar: milestones sangat sedikit berpengaruh terhadap potensi anak di masa depan
Menurut Darkshak Sanghavi, dokter anak yang juga profesor Sekolah Kedokteran Universitas Massachusetts, tonggak perkembangan sangat sedikit berpengaruh terhadap potensi anak di masa depan. Ia menyarankan orang tua untuk tidak khawatir bila perkembangan anak-anak mereka terlambat atau berada di luar batas normal.
“Tentu sangat sulit menepis anggapan bahwa hal yang dilakukan seorang anak saat masih kecil dapat mengendalikan nasibnya kelak. Namun, pengalaman sehari-hari tidak akan mempengaruhinya. Kita tidak bisa menentukan nasib anak berdasarkan bulan ke berapa ia mulai berjalan,” jelas Sanghavi seperti dikutip situs Baby Center.
Hal senada juga disampaikan Pendiri IndonesiaMontessori.com (IMC) Elvina Lim Kusumo yang juga sarjana pendidikan bidang Montessori Early Childhood Education and Teaching dari North American Montessori.
“Suka ada mommies yang nanya di Instagram, ‘Kok Caleb (anak Elvina) sudah bisa begitu?’ Kebetulan ada area yang dia lebih cepat dan ada area yang dia belum menguasai. Itu semua wajar karena setiap anak cenderung seperti itu. Mungkin Caleb membaca lebih cepat, tapi ada area lain yang mungkin dia belum berkembang. Enggak masalah. Yah, tugas saya enggak habis-habis (untuk menstimulasi),” cerita Elvina saat menggelar acara Meet and Ask “Montessori di Rumah” pada 6 Januari 2018.
Anak mencapai milestones tertentu saat benar-benar siap
Tak hanya kemampuan, prinsip penerimaan juga berlaku pada kepribadian anak. Tentu dengan catatan, Ayah atau Ibu tetap memberlakukan disiplin atau perbaikan secara lemah lembut ketika Si Kecil melakukan hal yang berbahaya atau merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Dengan memahami fakta di balik milestones perkembangan anak, Ibu dapat menikmati ragam kemampuan yang dimiliki Si Kecil saat ini sekaligus menepis keresahan tentang masa depannya. Ragam polahnya di masa kini tentu akan menjadi momen yang tak terlupakan, bukan?
Orang tua memang perlu memfasilitasi maupun menstimulasi anak-anak terhadap hal baru, namun kita tidak bisa memaksakan mereka mencapai milestones sebelum mereka benar-benar siap. Sebaliknya, ketika orang tua terlalu memaksakan anak untuk menguasai kemampuan tertentu, hasilnya justru dapat menjadi bumerang.
Jika ingin memberikan salah satu hadiah terbaik untuk anak, jadilah orang tua yang dapat memahami dan menghargai keunikan yang dimilikinya.
Referensi: artikel “Milestones for an 18-Month-Old Child – Topic Overview” pada WebMD
(Febi/ Dok. Shutterstock)