Salah satu tonggak perkembangan anak (milestone) yang sering kali membuat para ibu was-was adalah merangkak. Saya sendiri juga cemas memikirkannya ketika kedua buah hati memasuki usia delapan bulan. Fase merangkak pun menjadi momen yang saya nanti saat itu.
Banyak hal yang saya dengar seputar pentingnya merangkak. Bahkan, ibu mertua saya mengungkapkan, mungkin salah satu penyebab anak bungsunya mengalami gangguan perkembangan hingga usia praremaja adalah ia melewatkan fase merangkak saat bayi. Lantas, seberapa signifikan dampak anak melewatkan fase merangkak? Parentalk ingin menyuguhkan dua pandangan yang berbeda seputar keharusan bayi merangkak. Kali ini, kita bahas manfaat bayi merangkak, ya.
Menguatkan otot tangan
Usia rata-rata bayi merangkak adalah delapan bulan. Meski begitu, banyak pula bayi yang baru merangkak setelahnya atau mungkin melewatkan tahapan ini sama sekali.
Menurut Felice Sklamberg, terapis okupasi anak di Sekolah Kedokteran Universitas New York, merangkak membantu bayi menguatkan tangan, pergelangan tangan, siku, dan bahunya. Pasalnya, ia perlu terus mengaktifkan bagian-bagian tubuh tersebut untuk menyokong berat badannya.
“Kami mempertimbangkan hal itu karena anak-anak yang tidak merangkak tidak memiliki kekuatan yang sama. Mereka akan kesulitan seiring tumbuh besar, misalnya ketika harus menarik diri keluar dari kolam renang, memanjat di arena bermain jungle gym, atau bahkan bangun sendiri dari lantai,” jelas Sklamberg sebagaimana dilansir Parenting.
Mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis
Bila melewatkan tahap perkembangan ini, kemampuan anak memegang alat-alat makan atau pensil juga dapat terdampak. Ini karena pengalaman menahan beban saat merangkak membantu anak mengembangkan lengkungan tubuh juga meregangkan ligamen di tangan dan pergelangan tangannya. Hal tersebut diperlukan dalam kemampuan motorik halus Si Kecil.
“Selama periode merangkak, sendi besar di dasar ibu jari berkembang sehingga dapat menciptakan berbagai gerakan. Itu sebabnya, sebagai contoh, anak-anak yang tidak merangkak mungkin memiliki tulisan tangan yang lebih berantakan,” jelas Mary Benbow, terapis okupasi yang juga seorang ahli terkemuka dalam pengembangan tangan anak.
Memudahkan anak dalam hal kemandirian dan olahraga
Kemampuan merangkak juga menyuguhkan pengalaman unik lainnya. Menurut Direktur Divisi Terapi Okupasi Jane Case-Smith dari Universitas Negeri Ohio, merangkak adalah adalah kesempatan bagi anak untuk melatih koordinasi bilateralnya, yakni menggunakan kedua lengan dan kakinya dalam gerakan resiprokal (saling berbalasan).
“Kemampuan ini digunakan dalam kegiatan seperti memakai baju, makan sendiri, dan olahraga. Anak yang menghindari fase merangkak mungkin harus berusaha lebih besar mengejar ketinggalan,” jelas Case-Smith.
Membantu kemampuan spasial visual anak
Sementara pakar lainnya dari Sekolah Kedokteran New York, Karen Hendricks-Muñoz, M.D., berpendapat bahwa bayi yang melewatkan segala jenis gerakan menyeret atau berpindah cepat akan melewatkan manfaat berada di lantai.
“Anak-anak belajar dari interaksi melalui tangannya. Mereka tidak akan mendapatkan manfaat tersebut sama banyaknya bila langsung berjalan karena kemudian tangan mereka digunakan untuk keseimbangan,” jelas Hendricks-Muñoz yang merupakan kepala neonatologi dan profesor pediatri di universitasnya.
“Menjelajah di lantai juga membantu kemampuan spasial visual dan kedalaman persepsi dapat berkembang lebih cepat.”
Kecerdasan spasial visual meliputi kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, memiliki kemampuan visual serta daya imajinasi yang baik, juga melakukan penilaian ruang dengan baik.
Tapi, jangan khawatir dulu bila anakmu melewatkan fase merangkak. Ini karena sejumlah pakar lain menyangsikan keharusannya. Untuk penjelasan lebih lanjut, simak artikel Tidak Apa-apa Bayi Melewatkan Fase Merangkak, Asalkan….
(Febi/Dok. Shutterstock)