Pernah enggak sih, Parents melarang Si Kecil berlarian di luar atau saat ia ingin naik-turun tangga?
“Takut jatuh,” mungkin begitu alasan Ayah atau Ibu.
Contoh lain, ketika saya masih duduk di bangku SD, orang tua pernah beberapa kali membantu saya menyelesaikan pekerjaan rumah. Tak sekadar mengarahkan, tapi juga sampai terlibat dalam sebagian besar pengerjaannya.
Begitu juga saat baju olahraga ketinggalan di rumah, sementara saya sudah sampai di sekolah. Mama lantas mengantarkan baju tersebut meski omelan menjadi pengantarnya.
Kasus orang tua terlalu protektif seperti di atas mengindikasikan gaya pengasuhan lawnmower parent atau helicopter parent, lho. Lantas, apa perbedaannya? Ini penjelasannya menurut Psikolog Anak Monica Sulistiawati dan berbagai sumber lainnya.
Lawnmower parent
Dalam bahasa Inggris, lawnmower berarti mesin pemotong rumput. Orang tua tipe ini memastikan segala hal yang dihadapi anak berjalan dengan benar dan keterlibatannya sangat berlebihan dalam kehidupan buah hati. Ia berusaha mencegah si anak menghadapi ketidaknyamanan, pergumulan, atau kegagalan.
Ketimbang mempersiapkan anaknya dalam menghadapi tantangan, lawnmower parent justru menghilangkan segala hambatan sehingga ia tidak akan mengalaminya sejak awal. Mereka tak hanya membantu sang buah hati, tapi mungkin juga melakukan banyak pekerjaan untuknya. Ketika anak sudah lebih besar, orang tuanya bahkan rela pergi sejauh apapun yang diperlukan untuk meniadakan masalah yang dihadapi.
Istilah ini pertama kali viral di media sosial karena tulisan seorang anggota We Are Teachers, sebuah forum guru online. Penulis yang enggan disebutkan namanya itu mengisahkan, ia dipanggil ke kantor guru karena ada orang tua murid yang hendak menitipkan botol minum anaknya. Ternyata, si murid yang berusia remaja itu berkali-kali mengirimkan pesan ke ayahnya untuk mengantarkan botol minum tersebut ke sekolah. Sang penulis pun menyayangkan peristiwa tadi. Terlebih, air keran siap minum tersedia di berbagai sudut sekolah.
Menurut Monica, lawnmower parenting dapat memberikan dampak positif dan negatif.
Dampak positif:
- anak tidak mengalami kesulitan;
- anak selalu merasa nyaman;
- tugas-tugas anak di sekolah selesai dengan cepat dan nilainya terjamin karena dikerjakan atau dibantu orang tua.
Dampak negatif:
- inisiatif, tanggung jawab, dan kemampuan memecahkan masalah anak tidak berkembang atau rendah;
- dapat mempengaruhi rasa percaya diri anak karena anak lain mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, sementara ia belum tentu bisa;
- sangat bergantung pada orang lain dan kemandiriannya tidak berkembang;
- cepat putus asa saat menghadapi masalah;
- ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Helicopter parent
Istilah ini menganalogikan orang tua yang cenderung ‘terbang rendah’ untuk selalu terlibat dan menilai segala risiko yang dihadapi anak. Mereka akan segera ‘menukik’ untuk langsung menyelamatkan anak ketika ia menunjukkan tanda awal masalah. Alhasil, kecenderungan tersebut mencegah buah hati mengembangkan keterampilan dirinya.
Menurut Monica, helicopter parent secara berlebihan berusaha melindungi karena takut kehilangan atau ada hal yang dapat menyakiti anak. Orang tua pun berusaha untuk terus berada di sekitar anak dan menjadi agresif pada orang lain yang disangka akan mengganggu atau menyakitinya.
Contohnya, saat anak mendapatkan hukuman di sekolah karena abai mengerjakan PR, orang tua dapat menyalahkan guru dengan alasan terlalu banyak tugas yang diberikan.
Dr. Haim Ginott’s 1969 menggunakan istilah helicopter parent dalam bukunya, Parents & Teenagers, pada 1969. Sementara, Ann Dunnewold, Ph. D., psikolog sekaligus penulis Even June Cleaver Would Forget the Juice Box, menyebut gaya pengasuhan ini overparenting. Yakni, orang tua terlalu terlibat dalam kehidupan anak dengan menjadi terlalu mengontrol, overprotektif, dan selalu menginginkan kesempurnaan.
“Di masa kecil, orang tua ini mungkin terus-menerus membayangi anak, selalu bermain dengannya dan mengarahkan perilaku, tidak memberikan waktu sendiri sama sekali kepada Si Kecil,” jelas Dr. Dunnewold.
Berikut beberapa dampak positif dan negatif helicopter parenting menurut Psikolog Monica.
Dampak positif:
- anak cenderung mendapatkan kenyamanan;
- apabila anak melakukan kesalahan, ada orang tua yang selalu membela dirinya;
- kesulitan yang dihadapi anak cenderung rendah.
Dampak negatif:
- kemampuan memecahkan masalah dan tanggung jawab anak rendah;
- tidak mandiri;
- ragu-ragu dalam mengambil keputusan;
- saat mengalami kesulitan, anak cepat frustasi;
- empati sulit berkembang karena menilai hal yang utama adalah kepentingan diri sendiri (masa bodoh dengan orang lain).
Helicopter parent mirip dengan lawmower parent. Perbedaannya, helicopter parent bisa langsung menyelamatkan anak ketika berada di dekat buah hati secara fisik. Sementara, lawmower parent bergegas mengirimkan bantuan pada anak ketika ia menghadapi ketidaknyamanan, kesulitan, atau masalah meski keduanya sedang terpisah oleh jarak.
Referensi:
- Artikel “The Rise of the Lawnmower Parent” pada Pittsburgh Moms
- “What Is Helicopter Parenting?” pada Parents
- “What type of parent are you? Lawnmower? Helicopter? Attachment? Tiger? Free-range?” pada USA Today
(Febi/Dok. Shutterstock)