Kamu dan pasangan sudah memegang aturan-aturan utama dalam mengasuh anak yang harus berlaku dalam situasi apapun, termasuk saat sedang bersama mertua. Namun, seperti hal yang Ayah dan Ibu tahu, cara menghadapi mertua membutuhkan kontrol diri lebih besar. Caranya pun berbeda dengan cara kita menghadapi orang tua sendiri yang memungkinkan untuk menyampaikan sikap secara langsung.
Berikut adalah sikap saat berbeda pendapat dengan mertua yang bisa Ayah dan Ibu terapkan.
Mengandalkan juru bicara atau mediasi oleh tenaga ahli
Kamu dan pasangan pun dapat berdiskusi terlebih dulu karena kalianlah yang mengenali karakter orang tua masing-masing. Komunikasi aturan pun dapat disampaikan dengan dua cara. Pertama, kalian berdua berdiskusi langsung dengan kakek dan nenek Si Kecil secara baik-baik. Namun, bila kamu merasa segan atau khawatir merasa lancang, pasangan dapat menjadi juru bicaranya.
Jika tak kunjung mendapatkan titik temu, kamu dan pasangan dapat mengajak mertua untuk berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan mediasi yang objektif.
“Selain perbedaan budaya, mungkin mereka (kakek dan nenek) enggak bisa membayangkan apa saja yang ada di masa sekarang dan yang dulu enggak ada. Saya juga beberapa kali mediasi dengan orang tuanya (klien) berkaitan dengan batasan-batasan pola asuh yang diterapkan. Ini karena kita sebagai anak tidak bisa mengatur. Padahal, seharusnya kan kita yang punya aturan, orang tua kita yang mengikuti,” jelas Anindya saat berdiskusi dengan peserta Parenting Class yang digelar Leader Lab pada pertengahan Januari 2018.
Menarik diri saat situasi genting
Nah, bagaimana kalau kamu dan pasangan dihadapkan pada sebuah situasi ‘panas’? Misal, kedua anak kalian bertengkar di saat keluarga besar berkumpul, di antaranya ada kakek dan nenek mereka. Ibu atau bapak mertua pun bereaksi terhadap pertengkaran tersebut, namun dengan lantas membela salah satu di antara mereka dan menyalahkan saudara kandungnya. Kamu dan pasangan merasa bahwa cara tersebut keliru dan dapat berdampak pada kesalahpahaman pada anak-anak kalian, yakni ketidakadilan. Lalu, apa yang harus kalian lakukan?
Menurut Anindya, orang tua perlu menunda sementara mediasi bila berhadapan dengan situasi tersebut. Mediasi haruslah melibatkan anak-anak yang bertikai dan orang tuanya saja.
“Pada akhirnya ini pembicaranya ditunda karena kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk mediasi. Ajak ngomong (anak-anak) dulu saja, ‘Yuk, kita ngomong dulu di luar. Tarik keduanya keluar dari keramaian kalau memang memungkinkan,” jelas Anindya.
Sikap tersebut juga menunjukkan, masalah tersebut harus berada di ranah keluarga kalian saja.
Diam adalah sikap
Ada kalanya kamu merasa amat kesal karena perbedaan pendapat dengan mertua, namun tak ingin lancang terhadap beliau. Mungkin cara saya dan suami bisa menjadi alternatif.
Kebetulan kami tinggal di rumah mertua sejak tahun pertama pernikahan. Sejak itulah, saya menghadapi banyak perbedaan dengan mertua terutama semenjak si sulung hadir. Salah satu hal yang membuat saya bertahan hingga sekarang adalah motivasi dan pengertian suami. Ketika saya down atau kesal karena perbedaan yang ada, suami menenangkan saya dengan gaya santainya.
“Cuekin aja.”
“Capek kan, kalau dengerin orang terus.”
“Udah, be strong. Kita udah biasa kok kayak gini.”
“Aku juga diam aja kalau enggak setuju dengan orang tua kamu.”
Diskusi terakhir saya dengan suami menyimpulkan bahwa cuek adalah sikap. Untuk menunjukkan sikap tak sepakat, diam salah satu cara terbaik. Apalagi, dengan diam, kita tidak menyakiti hati orang lain dengan intonasi tinggi maupun pedasnya kata-kata.
Buat Ayah atau Ibu yang masih tinggal dengan mertua karena berbagai pertimbangan, I feel you! Berusahalah mengedepankan keharmonisan keluarga demi kesejahteraan anak.
Sebagaimana hal yang diungkapkan penyunting buku Eye of My Heart: 27 Writers Reveal the Hidden Pleasures and Perils of Being a Grandmother, Barbara Graham: “Selalu pikirkan anak-anak. Jadilah teladan akan nilai-nilai yang ingin kamu tanamkan pada mereka. Apakah kamu ingin mengajarkan mereka mencemooh orang lain dan sikap tak sopan atau rasa saling percaya dan belas kasih?”
Referensi lain: artikel “Mothers-in-Law and Daughters-in-Law: Rules of the Game” pada Grandparents.com
(Dok. Shutterstock)