Bayi baru lahir pada umumnya akan melewati fase menangis kencang terus menerus tanpa sebab jelas. Fakta tersebut diungkapkan lewat buku parenting terlaris Amerika berjudul What To Expect The First Year. Selain itu, 80-90 persen bayi ternyata mengalaminya sehari-hari selama 15 menit sampai 1 jam, lho. Wajar, situasi ini seringkali membingungkan orang tua baru dan berusaha mencari cara untuk menyamankannya.
Bahkan, sebagian bayi ada lho yang pernah punya pengalaman menangis sedikitnya tiga jam dan tidak diketahui penyebabnya. Istilah medisnya adalah kolik (unexplained crying). Berdasarkan survey, kondisi ini sering kali terjadi saat sore atau malam hari.
Sebagaimana definisinya, penyebab pasti kolik masih menjadi misteri. Meski begitu, para ahli memastikan kondisi tersebut tidak dipengaruhi oleh genetik, hal-hal yang terjadi saat kehamilan (kecuali merokok), atau kelahiran bayi maupun kemampuan mengasuh anak.
Namun, ada beberapa teori yang menjelaskan hal-hal yang mungkin memicu kolik pada bayi.
Bayi menerima terlalu banyak stimulasi
Fakta pertama, bayi baru lahir memiliki kemampuan untuk tak terpengaruh pemandangan dan suara di sekitarnya. Karena itulah, bayi baru lahir dapat tidur maupun menyusu tanpa merasa terganggu dengan lingkungannya. Namun, menjelang akhir bulan pertama kehidupan bayi, mekanisme tersebut menghilang sehingga ia menjadi lebih peka terhadap rangsangan sekeliling.
Banyaknya sensasi yang menghampiri dapat membuat sebagian bayi menjadi kewalahan di penghujung hari. Bayi pun melepaskan tekanan tersebut dengan menangis terus-menerus.
Tapi, jangan khawatir. Seiring bayi belajar menyaring rangsangan dari lingkungannya secara selektif, kolik berangsur menghilang. Saat ini terjadi, jangan paparkan terlalu banyak rangsangan pada Si Kecil.
Bila kamu merasa bayi kolik karena terlalu banyak stimulasi, hindari menenangkan bayi dengan mengayun, menggoyang-goyangkan, atau menyanyikan bayi karena mungkin dapat memperparah tangisannya. Perhatikan pula cara bayi merespon rangsangan tertentu. Misal, bila tangisannya mengeras ketika kamu mengusap-usap punggungnya, kurangi sentuhan tersebut ketika bayi kolik.
Pencernaan yang belum matang
Sistem pencernaan bayi masih berkembang. Akibatnya, asupan yang masuk ke tubuh bayi terlalu cepat melalui saluran cerna dan tidak terurai sepenuhnya. Rasa nyeri pun muncul ketika gas melewati pencernaan. Cobalah posisi menggendong “colic hold” untuk mengurangi tekanan pada perut bayi yang diduga sedang bergas.
Gas dalam perut dapat disebabkan beberapa hal mulai dari susu formula yang sulit dicerna sampai konsumsi susu sapi, kafein, kubis, atau brokoli dalam diet ibu menyusui.
Ketika gas menjadi penyebab kolik, dokter mungkin akan meresepkan obat tertentu untuk mengatasinya. Ibu juga dapat mengonsultasikan alternatif susu formula yang dapat ditoleransi oleh pencernaan Si Kecil. Bila masih menyusui, kamu juga dapat mencoba mengeliminasi bahan makanan tertentu yang dapat mencetus gas.
Refluks
Kondisi asam dari perut yang mengalir kembali ke saluran makanan (esofagus) disebut refluks. Penelitian menemukan bahwa refluks dapat mengiritasi esofagus sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat bayi menangis.
Beberapa tindakan yang dapat menyamankan bayi kolik yang diduga karena refluks:
- Susui Si Kecil dalam porsi lebih sedikit, namun lebih sering. Hindari menyusui bayi dalam jumlah banyak, tapi lebih jarang.
- Pertimbangkan penggantian susu formula dan diskusikanlah hal tersebut dengan dokter.
- Sendawakan bayi sesering mungkin usai menyusui.
- Sangga Si Kecil dalam posisi tegak lurus selama menyusui dan 1-2 jam setelah menyusui. Jika bayi tertidur setelah menyusui, pastikan posisi kepala lebih tinggi dari badannya ketika dibaringkan.
- Hindari mengayun bayi usai menyusui.
Paparan asap rokok
Sejumlah studi menunjukkan, ibu yang merokok selama kehamilan rentan melahirkan bayi yang kolik. Selain itu, asap rokok tangan kedua atau secondhand smoke dapat menjadi penyebabnya. Meski saling berhubungan, para peneliti belum mengetahui pasti cara asap rokok menyebabkan kolik.
Dampak kolik
Gas pada perut bayi tak hanya bisa menjadi penyebab, tapi juga akibat dari kolik. Sebuah penelitian yang dilansir Grup Sehat menyebutkan, gas yang berlebihan dapat terkumpul dengan terus masuknya udara saat bayi menangis.
Perlu kita ingat, bayi yang mengalami kolik adalah bayi yang sehat serta dapat tumbuh dan berkembang layaknya bayi-bayi yang sedikit menangis. Kabar baiknya, berdasarkan buku What To Expect The First Year, bayi yang kolik cenderung lebih waspada terhadap rangsangan lingkungan dan cenderung memecahkan masalah dengan baik ketika berusia balita.
(Febi/Dok. Shutterstock)