Sebagian besar anak pasti suka dengan rasa manis dan asin gurih, ya! Seperti anak-anak saya yang enggak pernah menolak kalau disuguhkan soto bersantan atau biskuit coklat. Bukan tanpa alasan, lho. Menurut dr. Ranti Astria Hannah, SpA, rasa manis dan asin bagaikan sudah ‘terprogram’ pada saraf anak. Karena itulah, selain sehat, MPASI juga harus lezat!
Preferensi rasa manis dan toleransi rasa asin pada anak
Bayi-bayi yang diberikan makanan manis dan asin akan memiliki ambang atau toleransi rasa yang semakin lama semakin tinggi. Ini karena jaras persyarafan mengalami desensitisasi terhadap dua rasa tersebut.
“Jadi, sebelumnya dia hanya makan dengan yang manis aja masih mau, tapi lama-lama dia sulit diberikan makanan yang kurang manis karena sudah diberikan makanan yang lebih manis. Kita tahu, pemberian makanan yang tinggi gula resikonya banyak. Untuk ke depannya, ada risiko penyakit obesitas, diabetes,” terang dr. Ranti.
Ambang rasa tersebut juga berlaku pada makanan dengan kandungan garam tinggi. Jangan lupa akan risiko hipertensi yang dapat ditimbulkan.
Ranti mengakui, boleh atau tidaknya anak mengonsumsi garam merupakan hal yang rancu. Sementara di sisi lain, anak memiliki preferensi terhadap rasa manis dan asin secara alami.
“Sebaiknya bukan tidak boleh, tapi mungkin dibatasi. Tidak hanya pada anak (saat mulai makan), tapi juga sejak dalam kandungan. Mungkin Ibu yang ngidamnya bakso pakai vetsin, hindari dulu kali, ya,” pesan dr. Ranti.
Meningkatkan cita rasa lewat aneka rempah
Menurut dr. Ranti, makanan pendamping ASI (MPASI) yang sehat mengandung sumber protein nabati, sayuran, buah, dan karbohidrat serta minimal kandungan garam, gula, maupun lemak dari minyak.
Meski gula dan garam dibatasi, Pengusaha Katering Sehat Kushandari Arfanidewi yakin, para ibu tetap bisa membuat makanan yang enak.
“Kalau (makanan) yang sehat itu otomatis tanpa 4P. Pengawet, pewarna, penyedap, dan perasa. Jadi, kita sebisa mungkin mempergunakan bahan-bahan alami untuk memberikan cita rasa,” tambah perempuan yang akrab di sapai Ayi ini saat menjadi narasumber di acara yang sama.
Bahan alami yang dimaksud, di antaranya rempah-rempah. Terlebih menurut dr. Ranti, cita rasa tajam rempah pada makanan dapat merangsang kemampuan makan anak.
“Apabila anak diperkenalkan dengan bumbu-bumbu aromatik seperti jahe yang cita rasanya lebih tinggi, itu bisa merangsang anak untuk lebih mengunyah,” jelas dr. Ranti.
Rempah-rempah bermanfaat bagi kesehatan
Ayi yang dikenal luas lewat akun Instagram @kelincitertidur ini juga mengungkapkan, anaknya, Nyala, sangat suka makanan Indonesia. Bahkan, saat Nyala berusia 7 bulan, ia sudah menyantap MPASI bernuansa masakan Padang! Tapi, jangan bayangkan masakan Padang yang kaya lemak dan gurih-asin itu, ya. Ayi hanya mengambil jenis rempah khas masakan Padang yang kandungannya baik.
Makanan berempah selain lezat, juga dapat diandalkan saat anak sakit. Tak hanya karena menggugah selera, tetapi juga memiliki banyak manfaat kesehatan seperti mengandung antioksidan dan dapat mengobati imflamasi.
Ai pun mendorong para ibu untuk menghidangkan MPASI yang sehat sekaligus lezat. Terlebih, bayi-bayi cenderung memiliki preferensi rasa, kemauan, dan selera.
“Harus enak. Kalau anak kecil dikasih kabocha atau butternut squash kukus mungkin enggak semua anak bisa terima (rasanya). Coba kalau Ibu sendiri, mau enggak? Ibunya aja enggak mau, gimana anaknya. Kita harus sekreatif mungkin menciptakan makanan yang enak,” jelas Ayi.
Nah, tak ada salahnya mengadopsi rempah-rempah makanan favorit Ibu untuk MPASI si kecil, ya!
Referensi: artikel “5 Jenis Rempah yang Bermanfaat Bagi Kesehatan” pada Hello Sehat
(Febi/ Dok. Pixabay)