Saat buah hati menginjak usia dua tahun, sebagian orang tua mungkin mulai terpikir untuk menargetkan toilet training. Yakni, proses anak belajar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet seperti orang dewasa. Ia akan didorong untuk BAK atau BAB di medium khusus anak seperti potty. Namun, ternyata orang tua tidak perlu terburu-buru mendorong buah hati menguasai toilet training. Cermati dulu tanda anak siap toilet training.
Menurut penulis buku seri parenting terlaris di Amerika, Heidi Murkoff, tidak ada waktu yang persis bagi anak untuk menguasai toilet training. Ini karena sebagian besar balita menguasai toilet training antara usia 2 dan 3,5 tahun. Sementara, tanda kesiapan untuk toilet training biasanya terlihat pada rentang 20 sampai 30 bulan.
“Anak-anak siap untuk melalui toilet training saat mereka benar-benar siap. Bahkan, taktik toilet training apapun dapat saja gagal bila waktunya tidak tepat,” jelas Heidi Murkoff dalam bukunya.
Meski begitu, orang tua bisa mengamati tanda-tanda kesiapan toilet training si kecil sebagai berikut.
Popok sekali pakai si kecil sering kali kering
Balita yang dapat tetap ‘kering’ dalam rentang satu sampai dua jam dan terkadang bangun tanpa mengompol mungkin menandakan kesiapan secara fisik untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Si kecil menyadari ia akan atau sedang BAK atau BAB
Sebagian anak akan memberi tahu bahwa mereka akan BAB. Sementara anak lainnya menunjukkannya secara nonverbal seperti jongkok atau duduk di pojok ruangan maupun menyendiri ke ruangan lain.
Ia tidak menyukai popok yang kotor
Apakah si kecil minta untuk digantikan popoknya setelah ia pipis atau pup? Itu bisa jadi tanda lainnya bahwa ia siap untuk melalui toilet training.
Anak sudah mampu mencopot celana sendiri
Potty tidak begitu berguna sebelum si kecil dapat menurunkan celananya dengan sukses dan memakaikannya kembali.
Anak mengenal istilah-istilah seputar kebutuhan ke toilet
Misal, “pup” atau “e-ek” untuk BAB, “pipis” atau “kencing “ untuk BAK, “cebok,” dan “siram.” Anak juga harus mampu menggunakan istilah-istilah yang biasa digunakan keluarga soal fungsi kamar mandi dan bagian tubuh yang terkait. Menurut Murkoff, komunikasi adalah kunci keberhasilan toilet training.
Selain kesiapan, selanjutnya orang tua harus menilai kesanggupan anak. Untuk mengetahuinya, kita bisa menjadikan 10 tahapan proses BAK dan BAB berikut ini sebagai acuan.
- Merasakan urine maupun tinja hendak keluar
- Dapat menahan BAK dan BAB
- Menghampiri potty
- Menurunkan celana
- Duduk di potty
- Mengeluarkan urine atau tinja
- Membersihkan (dengan bantuan)
- Bangkit dari potty
- Memakai celana
- Flush atau menyiram (tahapan ini masih bisa ditoleransi)
Dengan kata lain, meski sudah menunjukkan kesiapan, bukan berarti anak sudah dapat menjalani toilet training secepatnya. Bahkan, bisa saja ia baru dapat melaluinya beberapa bulan setelah menunjukkan sejumlah tanda kesiapan tadi. Menurut Murkoff, setiap anak memiliki kemampuan BAK dan BAB dengan kecepatan langkah masing-masing.
Referensi:
- What To Expect The Second Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
- Alodokter.com
1 comment