Canggung saat menjadi fasilitator sampai hadirin perlahan mundur saat sesi berlangsung. Itulah sedikit pengalaman yang pernah dialami Relawan Keluarga Kita (Rangkul) Nurjainah dan Eva Juliana. Walau begitu, mereka terus melanjutkan niat baik untuk mengedukasi para orang tua seputar pengasuhan anak dan pendidikan keluarga. Terlebih, ada manfaat besar menjadi relawan parenting.
Kini semua kalangan bisa belajar parenting
Komitmen Nurjainah dan Eva pun membuahkan hasil karena kini sudah banyak orang tua yang merasakan manfaat berarti dari Sesi Berbagi Cerita dan Sesi Nonton Bareng Rangkul.
Bahkan, hadirnya Sesi Nobar Rangkul membuat edukasi parenting dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Pasalnya, peserta tidak dipungut biaya sama sekali untuk mengikuti kegiatan ini.
Salah satu ibu yang merasakan manfaatnya adalah Yulianah. Ibu yang berdomisili di Marunda, Jakarta Utara ini sebelumnya tidak pernah mendapatkan pembekalan seputar pengasuhan anak. Ia pun mengaku banyak belajar cara tepat menyikapi anak-anak maupun suaminya dari Sesi Nobar Rangkul.
“Belum ada kayak bimbingan gitu, paling berjalan aja. Pas dapat (materi) ini dari Rangkul baru belajar. Ternyata masalah itu muncul karena kitanya sendiri. Namanya ibu-ibu kan gampang emosi,” jelas Yulianah kepada Parentalk.
Selama dua sesi yang telah berjalan, ia biasanya mengikuti Sesi Nobar Rangkul saat anak sulungnya yang berusia empat tahun sedang sekolah di PAUD Swadaya RW 03 Marunda. Sementara, si bungsu yang masih bayi dititipkan pada ibunya.
“Minta waktu untuk ikutan Nobar karena berguna banget,” ungkap Yulianah.
Menginspirasi orang lain untuk menjadi relawan
Adanya sesi sharing dari Keluarga Kita bahkan telah menginspirasi orang lain untuk turut menjadi relawan parenting juga, lho. Hal itu pun menjadi kepuasan tersendiri bagi para Rangkul.
“Ketika saya mengisi Sesi Bicara (Berbagi Cerita Rangkul) di RPTRA, pengelolanya tertarik menjadi tim Rangkul. Saat ia minta saya datang ke tempatnya karena mengadakan Sesi Bicara mandiri, itu rasanya kayak, ‘Oke, akan ku tempuh sampai ke Tanah Abang,” kenang Eva yang merupakan Rangkul Tangerang Selatan.
Menjadi Rangkul bagaikan pengingat diri
Sesuai titel kerelawanannya, seorang Rangkul tidak mendapatkan imbalan atas rangkaian program yang ia jalankan. Meski demikian, mereka menjalankan perannya sepenuh hati karena manfaat besar yang didapatkan.
“Hal terpenting adalah perubahan pada diri saya. Sampai sekarang ini, saya masih belajar soal pengelolaan emosi dan kita suka bercanda dengan teman-teman sesama Rangkul, ‘Bulan ini ada kelas di mana aja?’ ‘Ada di sini, di sini, sini.’ ‘Oke saya mau datang ‘berobat jalan’ karena suka khilaf.’ Namanya ibu-ibu ya, hari ini dapat ilmunya, dua hari kemudian lupa karena lapar atau cranky,” jelas Eva.
Sementara, Najelaa Shihab sebagai penggagas gerakan ini berharap Sesi Berbagi dapat mengubah perilaku para orang tua dengan lebih efektif. Pasalnya, kegiatan ini memungkinkan mereka untuk saling belajar dan mengingatkan lewat Sesi Berbagi Cerita maupun Sesi Nobar, terutama bagi para Rangkul.
“Banyak sekali yang sudah dilakukan lewat seminar, pelatihan, dan sebagainya. Tapi, pada kenyataannya cuma menjadi pengetahuan, enggak mengubah perilaku,” ungkap Najelaa.
Dengan menjadi Rangkul, kita otomatis harus terus memperbarui maupun menyegarkan kembali ilmu pengasuhan yang didapatkan sebelum berbagi dengan orang tua lainnya, bukan?
Program Rangkul sudah ada di 64 kabupaten kota, lho. Kalau tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar kegiatan maupun pelatihannya, Ayah atau Ibu bisa cek situs Keluarga Kita atau akun Instagram @KeluargaKitaID, ya!
(Dok. Febi & Keluarga Kita)