Disiplin yang terlalu ketat sering kali menjadi bumerang bagi orang tua. Tuntutan tinggi agar buah hati patuh pada orang tua justru membuat anak yang ‘penurut’ kerap lepas kendali ketika di luar pengawasan keluarga. Sementara, polah asuh orang tua yang permisif (serba membolehkan) dapat menjadikan anak egois, kasar, suka melawan, dan sulit untuk patuh. Anak-anak juga menganggap orang tua permisif cenderung apatis atau tidak peduli. Hal itulah yang diungkap penulis buku seri parenting kenamaan di Amerika, Heidi Murkoff, dalam situs What To Expect.
Lalu disiplin seperti apa yang tepat untuk anak, khususnya balita? Menurut Murkoff, disiplin yang mendorong perkembangan kontrol diri juga memberlakukan batasan-batasan yang adil dan tegas, namun tetap penuh cinta. Berikut adalah hal-hal yang bisa orang tua lakukan dalam menerapkan disiplin untuk balita.
Tetapkan peraturan prioritas
Namanya balita, ia masih punya rasa ingin tahu yang tinggi dan belum paham konsep benar-salah. Alih-alih selalu beraksi pada gerak-gerik si kecil yang seenaknya, sebaiknya kamu tetapkan batasan prioritas untuk disepakati. Misal, tak masalah ia lompat-lompat di tempat tidur, tapi berteriak-teriak di dalam rumah tidak dapat ditoleransi.
Hal-hal yang berkaitan dengan keamanan sudah semestinya termasuk dalam prioritas tersebut (jangan berlarian di jalanan, jangan menyentuh kompor, dan lain-lain). Serangkaian aturan ini bergantung pada prioritas masing-masing orang tua dan tentu saja besaran energi yang dipunya untuk bereaksi.
Aturan lain yang sebaiknya juga diterapkan, seperti sopan santun dan membiasakan berkata “tolong” dan “terima kasih.” Buatlah peraturan prioritas tersebut berlaku tegas, namun batasi jumlahnya secara rasional.
Jelaskan alasannya
Bila orang tua melarang si kecil melakukan atau mendekati sesuatu, sampaikan alasannya. Misal, “Jangan pegang pisau. Pisau tajam, tangan bisa terluka. Aduh-duh.”
Ikuti dengan gestur dan ekspresi kesakitan agar ia lebih mengerti.
Bertindak langsung dan alihkan
Jika belum juga mengindahkan instruksi dari orang tua, angkatlah si kecil dan bicaralah secara tatap muka dengan gestur dan suara yang serius. Ulangi kembali hal yang diinstruksikan seperti: “Jangan lari-larian di jalanan. Berbahaya.”
Lalu, orang tua dapat mengalihkan anak ke tempat atau aktivitas lainnya.
Bersikaplah konsisten
Pastikan orang tua juga memegang teguh disiplin yang berlaku. Sikap yang tidak konsiten dapat melunturkan kredibilitas orang tua di mata anak. Contohnya, cuci tangan dengan sabun sebelum makan merupakan keharusan bagi si kecil, namun suatu ketika ia melewatkannya dan kamu malah membiarkan.
Jika sewaktu-waktu sebuah aturan perlu ditoleransi, jelaskan pada anak alasannya. Misal, ia boleh tidur lebih malam dari biasanya karena ada sepupu yang sedang menginap di rumah.
Selalu bersikap serius soal aturan
Bila si kecil justru bersikap main-main ketika merespon instruksi seperti menyeringai, tunjukkanlah bahwa kamu tetap bersikap serius dan konsekuensinya tidak akan berubah. Jangan berikan ancaman kosong. Misal, kamu memperingatkan akan mengambil truk mainan bila ia menggunakannya untuk menyakiti orang lain. Lakukanlah jika ternyata ia berulah. Dengan begitu, si kecil paham, orang tuanya selalu serius dengan ucapannya.
Bersabarlah
Anak balita memiliki daya ingat yang terbatas, jadi mungkin saja ia akan melanggar aturan berkali-kali. Orang tua pun harus bersiap mengulangi pesan yang sama kepada balita sampai akhirnya ia menaati.
Ciptakan lingkungan ramah anak
Menurut penulis Backtalk: 4 Steps in Ending Rude Behavior in Your Kids, Audrey Ricker, Psy. D., terlalu sering mengucapkan kata “jangan” rentan membuat si kecil semakin tidak sensitif dengan makna sebenarnya. Jadi, simpanlah kata “jangan” untuk hal-hal yang menyangkut keamanan anak. Dengan menjauhkan benda berbahaya ataupun lainnya yang tak patut disentuh dari anak, kesempatan untuk melanggar aturan pun dapat berkurang.
Jadilah teladan untuk si kecil
Anak-anak belajar dengan memperhatikan orang dewasa, khususnya orang tua mereka. Jadi, pastikan perilaku kamu dan pasangan dapat menjadi contoh yang baik. Jangan meminta si kecil merapikan mainannya sendiri, sementara barang-barang kamu sendiri saja tercecer.
Dalam memberlakukan disiplin, sampaikanlah segala pesan dengan intonasi rendah. Jika si kecil membuat kamu marah, tenangkan diri sejenak lalu jelaskan kesalahan yang ia perbuat. Ingatlah tujuan jangka panjang orang tua adalah untuk memperbaiki perilaku anak, bukan justru mencontohkan kebalikannya, seperti dengan berteriak.
Referensi lain: artikel “Disciplining Your Child” pada KidsHealth
(Febi/ Dok. Pixabay)