Kamu #TimTidurBarengAnak atau mulai membiasakannya tidur di kamar sendiri sejak kecil? Buat sebagian orang, hal ini bisa jadi dilema. Di satu sisi pengennya sih bisa tetap dekat sama anak dengan tidur bareng. Di sisi lain, pengen juga anak belajar mandiri dengan membiarkannya di kamar sendiri.
Pilihan untuk membiasakan anak tidur sendiri atau bareng sama orangtua, tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buat Ayah Ibu yang lagi galau, penjelasan berikut bisa jadi pertimbangan.
Usia
Sebelumnya American Association of Pediactrics (AAP) merekomendasikan anak usia satu tahun untuk mulai tidur terpisah dari orangtuanya. Tapi penelitian di jurnal Pediatrics justru menunjukkan, bayi berusia 4-9 bulan yang sudah mulai tidur terpisah, mempunyai kualitas tidur lebih baik.
Hal ini terlihat dari waktu tidur yang lebih panjang daripada mereka yang tidur sekamar dengan orangtuanya. Sementara kalau kebiasaan tidur sendiri baru dimulai di usia satu tahun, justru lebih berisiko karena anak sedang dalam masa separation anxiety.
Tapi psikolog anak Monica Sulistyawati punya pendapat lain. “Anak usia 2-3 tahun sudah dapat didorong kemandiriannya, termasuk untuk tidur sendiri. Tapi usia yang disarankan dan diperkirakan anak sudah benar-benar siap adalah 6-7 tahun. Karena biasanya anak sudah punya dorongan buat menghasilkan sesuatu yang membuat mereka merasa berharga, seperti bisa tidur sendiri ,” jelas Monica pada Parentalk.
Kebutuhan bonding
Di usia 0-2 tahun, biasanya anak masih nempel banget sama orangtua. Ayah dan ibu adalah sumber keamanan dan kenyamanan yang utama buat mereka. Jadi, kalau tidurnya terpisah, ada kemungkinan rasa aman dan nyaman ini enggak diperoleh anak secara optimal.
Monica menambahkan kalau di usia yang masih dini, anak-anak memang sedang dalam fase butuh dekat sama orangtuanya, termasuk buat urusan tidur. Tidur bersama-sama atau co-sleeping, dapat menambah bonding orangtua dan anaknya. Kebiasaan ini juga membuat anak tumbuh jadi pribadi yang positif secara emosional dan psikologis.
Kebutuhan anak
Semakin besar, anak akan merasa butuh ruang privasi untuk dirinya. Bagi anak yang sudah siap, mereka bisa menyampaikan keingian untuk memiliki atau menghasilkan sesuatu punya mereka sendiri. Salah satu dengan menempati kamar dan tidur sendiri, tanpa dikelonin orangtuanya lagi.
Tapi kondisinya tentu berbeda buat bayi yang masih sering menyusui. Atau harus ditemani dulu biar bisa tidur pulas. Kalau kondisinya begini, tentu akan lebih repot buat ayah dan ibu karena mesti bolak-balik ke kamar bayi untuk bisa menenangkan si kecil.
Ruang privasi suami-istri
Meski sudah ada si kecil, Ayah dan Ibu tentu butuh waktu buat berdua saja. Dengan membiarkan anak tidur terpisah, orangtua dapat memiliki ruang privasi sebagai pasangan, misalnya untuk melakukan aktivitas intim.
Sementara kalau tidurnya masih barengan, ayah dan ibu tentu mesti siap terbangun setiap si kecil gelisah. Orangtua juga mesti cari celah, untuk melakukan aktivitas suami-istri karena enggak ada ruang khusus berdua.
Selain pertimbangan itu, Ayah dan Ibu bisa menyesuaikan kebutuhan juga kondisi dalam keluarga, buat mulai membiasakan si kecil tidur sendiri. Setiap anak memiliki kesiapan yang berbeda-beda. Orangtua enggak perlu memaksakan karena justru bisa memicu stres dan cemas pada anak.
Tenang, nanti bakal ada waktunya kok, si kecil mulai lepas dari orangtuanya dan belajar untuk mandiri. Jadi nikmatin saja dulu waktu buat memeluk dan menemani dia waktu tidur.
(Dyah/Pixabay)