Wujud si kecil yang lucu dan menggemaskan membuatmu secara reflek babbling atau berceloteh layaknya bayi. Tapi ternyata, ada cara yang lebih tepat lagi lho, untuk merangsang bayi belajar bicara dengan benar meski membutuhkan waktu.
Penulis buku seri parenting ternama di Amerika Serikat, Heidi Murkoff serta Sharon Mazel, membagi tips dan trik merangsang bayi belajar berbicara dengan benar lewat buku What To Expect the First Year yang kami rangkum dalam artikel ini.
Hindari berbicara babbling ala bayi
Untuk mempercepat bayi belajar bahasa ibu, sebaiknya gunakan frasa sederhana layaknya orang dewasa. “Kamu mau ambil botol susu?” lebih baik ketimbang “kamu mau ambil botol cucu?”
Berkomunikasilah dua kali
Gunakan frasa dengan gaya berbahasa orang dewasa lalu tekankan dengan pengalaman konkret bayi.
“Rasanya sakit ya, pas kamu jatuh. Aduh…aduh…” (sambil menunjuk bagian yang sakit)
“Kamu sudah menghabiskan makanannya. Habis deh!”
Dorong si kecil berkomunikasi
Carilah cara untuk memancing responnya berupa kata-kata maupun gestur. Ajukan pertanyaan seperti, “Kamu mau baju yang gambarnya Elmo atau Thomas?”
Ayah atau Ibu juga bisa bertanya, “Kamu ngantuk, ya?”
Apresiasi apapun responnya, entah itu anggukan, menunjuk, atau bersungut.
Selain itu, buat ia menunjukkan sesuatu. Ajukan pertanyaan seperti, “Bolanya mana, ya?” lalu berikan si kecil waktu untuk menemukan bola tersebut. Bertepuk tanganlah jika ia berhasil menemukannya.
Bahkan kalau si kecil hanya memandang ke arah bola, apresiasi reaksinya, dengan berkata “Betul, bolanya ada di situ!”
Sederhanakan arahan
Sebagian bayi menjelang usia setahun mulai bisa mengikuti arahan satu langkah sederhana. Misal, “Tolong ambilkan sendoknya.”
Setelah si kecil mengambilkannya, kamu bisa melanjutkan arahan seperti, “Sekarang kasih sendoknya ke Ibu, ya.”
Koreksi kosakatanya dengan hati-hati
Jangan berharap si kecil mengucapkan kata-kata barunya dengan sempurna dan dapat dimengerti. Dalam beberapa tahun awal kehidupannya, akan ada pelafalan banyak konsonan yang di luar kemampuan anak. Ia juga akan cenderung menyingkat frasa atau kata-kata. Seperti “mo mimi” yang berarti “mau minum” atau “mam” yang berarti “makan.”
Ketika bayi Ayah atau Ibu salah mengucapkan sebuah kata, gunakan pendekatan halus untuk memperbaikinya. Dengan begitu, selanjutnya ia terus berusaha melafalkan kata tersebut sampai benar.
“Lan, tang.”
“Betul, ada bulan dan bintang.”
Meski celotehan bayi sangat menggemaskan, hindari godaan untuk mengikutinya karena hal itu justru dapat membingungkan. Bayi harusbelajar cara mengucapkan kata-kata dengan pelafalan semestinya.
Biasakan kegiatan membaca
Buku adalah sumber kata-kata baru bagi bayi bila ia sering dibacakan cerita. Meski begitu, rentang perhatiannya masih terlalu pendek untuk duduk lama membaca beberapa buku. Karena itulah, tugasmu adalah membuat sesi membaca lebih interaktif lagi.
“Lihat, deh. Kucingnya pakai topi!”
Ajak si kecil menunjuk objek-objek yang akrab dengannya. Perkenalkan juga dengan berbagai hal yang belum ia lihat sebelumnya atau mungkin telah terlupa. Tapi ingat, kemampuan anak menyebutkan benda-benda, itu urusan belakangan, ya.
Gunakan isyarat
Penggunaan isyarat dan gerakan tangan untuk memperjelas kata-kata dapat mengurangi frustrasi di antara kalian. Cara ini akan memudahkan bayi berkomunikasi sebelum ia dapat melafalkan kata-kata dengan semestinya.
Penggunaan isyarat juga tidak akan mempengaruhi perkembangan berbahasanya. Berbicara sambil menunjukkan isyarat merupakan upaya terbaik mendorong si kecil berbicara.
Tidak perlu menunggu usianya lebih besar untuk merangsang bayi belajar berbicara. Bila Ayah dan Ibu konsisten melakukan berbagai poin di atas dan pada artikel Mengajarkan Anak Berbicara, buah hati cenderung menunjukkan kemajuan yang signifikan.
(Febi/Dok. Pixabay)
1 comment
kapan mulai diajak bicara utk rangsang bayi biar bisa berbicara kata2?