Alergi makanan rentan terjadi pada bayi dan anak. Reaksi tersebut timbul sebagai respon dari sistem imun terhadap suatu zat pencetus alergi (alergen) yang dianggap berbahaya bagi tubuh. Alergi bisa berdampak pada beberapa bagian tubuh, seperti kulit, saluran cerna, saluran napas dan sistemik (seluruh tubuh) sehingga perlu diketahui penyebab dan penanganannya yang tepat.
Makanan pemicu alergi
Pada dasarnya, alergi dapat dipicu oleh berbagai makanan. Tapi ada delapan makanan yang sering jadi pemicu alergi. Yaitu susu sapi, kacang-kacangan, ikan, telur, kedelai, tree nut (almond, walnut), gandum dan udang atau kerang.
Susu sapi jadi penyebab alergi yang paling banyak terjadi pada anak di bawah usia tiga tahun. Tapi Ayah dan Ibu bisa tenang. Karena dalam American College of Allergic, Asthma and Immunology (ACAAI) disebutkan kalau alergi telur dan susu umumnya akan menghilang seiring bertambahnya usia anak-anak. Tapi untuk alergi kacang dan ikan, biasanya tetap ada meskipun sudah dewasa.
Apa alergi makanan bisa dihindari?
“Alergi tidak bisa dihindari karena merupakan turunan dan berkaitan dengan gen. Kalau sudah jelas anaknya mengalami alergi, yang bisa dilakukan orang tua adalah menghindari zat pencetus atau alergennya,” kata dokter Yusri dalam penjelasan di kelas online seputar alergi.
Meski diturunkan, tingkat alergi pada orang tua dan anak belum tentu sama. Di sisi lain,alergi juga bisa muncul jika tidak ada riwayat di keluarganya, karena tetap tergantung pada sistem kekebalan tubuh tiap orang.
Ayah dan Ibu bisa mengetahui alergi pada anak-anak sejak mereka mulai mengonsumsi mpasi. Misalnya dengan mencoba memberikan makanan yang biasanya jadi pencetus alergi seperti ikan, susu sapi dan kacang-kacangan.
Reaksi alergi biasanya terlihat dalam waktu dua jam setelah anak mengonsumsi suatu bahan makanan. Tapi ada juga yang tubuhnya menanggapi dalam hitungan menit, atau empat sampai enam jam setelah makan.
Penanganan alergi makanan
Alergi tidak dapat disembuhkan lewat obat. Biasanya pemberian obat hanya dilakukan untuk menurunkan respon hipersensitif, seperti rasa gatal di kulit, atau gangguan kesehatan lain yang muncul akibat alergi.
Penanganan utamanya adalah dengan menghindari pemberian makanan pemicu alergi, termasuk produk turunan yang mengandung bahan tersebut. Tapi jika penyebabnya belum diketahui, anak dapat mengikuti tes alergi agar tahu faktor pencetusnya. Di sisi lain, orang tua bisa membiasakan anak dengan makanan yang menjadi pemicu alerginya.
“Tidak ada salahnya dicoba berikan ke anak agar sistem tubuhnya makin terbiasa dengan makanan ini,” jelas dokter Yusri. “Tapi dilihat juga respon di tubuhnya. Kalau reaksinya berat dan menganggu kesehatan tubuh anak, sebaiknya jangan dikasih dulu. Pelan-pelan saja dibiasakan.”
Di situs ACAAI juga dijelaskan kalau beberapa alergi makanan yang terjadi pada anak-anak, seperti alergi telur dan susu, dapat berkurang bahkan menghilang ketika dia dewasa. Hal ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuhnya yang terus berkembang sehingga tidak lagi menganggap makanan itu sebagai zat berbahaya.
Jadi, jika ada riwayat alergi pada Ayah dan Ibu, bisa mulai diwaspadai apakah hal itu juga terjadi pada anak. Tapi orang tua juga dapat memberi kebebasan eksplorasi makanan pada si kecil agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Tentunya sambil tetap perhatikan reaksi di tubuhnya ya.
(Dyah/ Dok: Pixabay)