Parents, Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak.
Meski media sosial menawarkan berbagai manfaat seperti hiburan dan akses informasi, tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak sangat rentan terhadap paparan konten yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Paparan ini dapat berdampak negatif terhadap tumbuh kembang dan kesehatan mental anak. Lantas, apa saja yang menyebabkan anak-anak begitu mudah terpapar konten di media sosial?
1. Akses Teknologi yang Semakin Mudah
Salah satu alasan utama adalah kemudahan akses terhadap perangkat teknologi seperti ponsel pintar dan tablet.
Parents, anak-anak masa kini umumnya sudah terbiasa menggunakan gadget sejak usia dini, bahkan sebelum mereka bisa membaca dengan lancar.
Perangkat tersebut memberikan akses langsung ke berbagai aplikasi media sosial, baik yang ditujukan untuk anak-anak maupun untuk pengguna dewasa.
Tanpa pengawasan yang ketat, anak-anak dapat dengan mudah masuk ke dunia digital yang begitu luas dan kompleks.
2. Kurangnya Literasi Digital pada Anak
Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan menggunakan perangkat, tetapi juga pemahaman terhadap konten dan etika berinternet.
Banyak anak-anak yang belum memahami bagaimana memilah informasi, mengenali konten berbahaya, atau menyaring konten yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Tanpa bekal literasi digital yang memadai, anak-anak menjadi lebih mudah termakan hoaks, ikut tren yang tidak sehat, atau bahkan terpapar konten kekerasan dan seksual.
3. Algoritma Media Sosial yang Bersifat Personal dan Otomatis
Media sosial menggunakan algoritma yang secara otomatis menyesuaikan konten dengan perilaku pengguna. Jika seorang anak menonton satu video tertentu, sistem akan menyarankan video serupa, tanpa mempertimbangkan apakah konten tersebut sesuai dengan usianya. Hal ini membuat anak-anak dapat terus-menerus terpapar jenis konten tertentu, bahkan jika awalnya mereka hanya melihatnya secara tidak sengaja.
4. Minimnya Pengawasan Orang Tua
Banyak orang tua yang memberikan akses gadget kepada anak sebagai cara agar anak tetap tenang atau terhibur, terutama di tengah kesibukan pekerjaan.
Namun, tanpa pengawasan atau pembatasan yang jelas, anak dapat menjelajahi media sosial dengan bebas.
Tidak semua orang tua memahami fitur pengaturan keamanan, kontrol orang tua, atau pentingnya mendampingi anak saat berselancar di dunia maya. Ketidakhadiran pengawasan ini membuka celah besar bagi anak untuk mengakses konten yang tidak sesuai.
5. Tekanan Sosial dan Ingin Diakui
Anak-anak juga menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mendapatkan pengakuan dan merasa diterima oleh teman sebaya.
Dalam prosesnya, mereka bisa tergoda untuk mengikuti tren atau tantangan daring yang sedang populer, meskipun tren tersebut berisiko atau tidak pantas.
Keinginan untuk “tidak ketinggalan zaman” membuat anak-anak mengakses dan membagikan konten yang tidak selalu aman atau mendidik.
Paparan konten tidak layak pada anak-anak melalui media sosial adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan perhatian bersama dari orang tua, pendidik, serta penyedia platform digital.
Dengan membekali anak-anak dengan literasi digital, meningkatkan pengawasan orang tua, dan mengoptimalkan fitur keamanan di perangkat serta aplikasi, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan sehat bagi generasi muda.
Anak-anak perlu didampingi, dibimbing, dan diberi ruang untuk bertanya dan memahami dunia digital secara bijak.