Anak yang mulai remaja tentu menunjukan beberapa perubahan. Seperti jadi lebih modis, menginginkan waktu lebih bersama teman-teman, dan menyukai lawan jenis. Nah, yang terakhir ini nih yang jadi pikiran kita bersama.
Menyukai lawan jenis dengan segala perasaan dan kondisi di dalamnya, terkadang sulit untuk diungkapkan. Mungkin ada rasa malu, ada rasa takut, ada rasa segan ataupun rasa lainnya. Sehingga, mungkin juga hal ini yang membuat anak remaja kita sulit untuk terbuka.
Parents, kita perlu ingat-ingat pada saat kita berada di momen seperti ini. Terasa rumit dan butuh banyak penyesuaian. Tetapi, hal inilah yang membuat kita berkembang, dan bisa jadi ini yang akan juga membuat anak bertumbuh.
Mungkin, hal yang bisa kita berikan kepada anak yang tengah menyukai lawan jenis adalah pendampingan. Pendampingan menjadi hal yang mungkin membedakan kita dengan anak sekarang. Kita mungkin dulu tidak mendapat pendampingan ini, sehingga cari tahu sendiri.
Parents, ada beberapa cara untuk menyikapi anak remaja kita yang mulai tertarik dengan lawan jenis, beberapa di antaranya adalah:
Berikan Perhatian Positif
Justifikasi yang cenderung negatif sepertinya sudah menjadi makan sehari-hari saat kita kecil. Well, we were raised by typical Asian parents, so… berusaha sendiri adalah langkah yang akhirnya kita jalani.
Maka, pendampingan yang bisa kita lakukan dimulai dari memberikan perhatian yang positif. Artinya, justifikasi tidak mudah keluar begitu saja. Menemani anak saat butuh atau tidak butuh cerita akan menjadi fundamental bagi pikirannya.
Harapannya, anak bisa tahu kalau kita hadir untuk mereka.
Justifikasi yang positif adalah justifikasi yang tidak menghardik mereka dari segala ceritanya, even cerita tersebut adalah hal yang salah. Nah, meluruskannya dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengeri, tidak bersifat perintah melainkan penjelasan yang komprehensif.
Parents, menyukai lawan jenis adalah naluri alami manusia. Tetapi, dengan norma serta adab dan aturan yang berlaku, tentu hal ini akan membawa risiko tersendiri. Risiko inilah yang mesti diberitahukan kepada anak.
Ada Batas yang Harus Jelas
Menyambung sub-topik di poin pertama yaitu risiko, maka scope memberitahukan risiko mesti sampai ada batas yang jelas.
Parents, batas atau boundaries terkait menyukai lawan jenis bisa kita beritahukan kepada anak. Tentu terkait dengan risiko yang ada. Misalnya:
- Kita tetap memperbolehkan anak menghabiskan waktu dengan lawan jenisnya – dengan catatan ada batas waktu dan tetap ada pengawasan.
- Lalu, tidak memberikan seluruh privasi, apalagi ketika teman lawan jenisnya main ke rumah.
- Memberitahu orang tua kedua belah pihak saat akan pergi main ke luar. Semua pihak mesti mengetahuinya.
- Tetap menjunjung tinggi adab, sopan santun, serta norma yang berlaku.
Parents, beberapa batas yang sudah diberitahukan mesti juga diberitahukan risikonya. Jika melanggar atau melampaui batas yang ada, maka risiko akan diterima, cepat atau lambat.
Karakter, Bangun Karakter
Terkadang, kita sebagai orang tua terlalu fokus untuk hubungannya, sehingga lupa akan membangun karakter.
Parents, fundamentalnya – karakter adalah pondasi, di mana adab, sopan santun, norma, sampai penerapannya akan sesuai jika karakter anak kita terbangun baik. Tapi, ini jadi catatan kita bersama, bahwa membangun karakter tidak cukup satu malam selesai.
Artinya, membangun karakter ini sudah harus dari awal. Tidak hanya saat anak dalam konteks menyukai lawan jenis, tetapi kita baru memberitahu soal karakter.
Maka, membangun karakter dari usia dini begitu penting.
Sosial Media Dua Sisi
Jangankan untuk anak ya Parents, untuk kita yang dewasa, jika kita tidak teliti, maka sisi negatif sosial media pun bisa kita rasakan.
Apalagi untuk anak-anak yang notabennya tengah mencari jati diri. Terlalu banyak informasi dan ketidakmampuan untuk melakukan filtrasi adalah awal mula dari hal-hal buruk yang banyak terjadi.
Untuk itu, kita sebagai orang tua perlu memberitahu anak soal filtrasi, dan membantunya untuk memilah dan memilih informasi yang diperlukan atau dibutuhkan.
Lagi, dan Lagi – Jadi Contoh
Parents, terlepas dari berbagai langkah yang sudah dijelaskan di atas, sebenarnya – salah satu hal yang paling fundamental adalah menjadi contoh untuk anak-anak.
Bagaimana kita sebagai orang tua, dan sebagai pasangan suami-istri, bisa memberikan contoh hubungan yang sehat. Sehingga harapannya, anak akan mengetahui standar yang bisa mereka ikuti.
Tapi, bagaimana jika anak tidak ingin mengikuti standar itu?
As long as beberapa cara di atas diikuti, maka harapannya standar anak pun tidak akan keluar dari aturan-aturan atau norma yang ada. Artinya, anak-anak tidak apa saling suka dengan lawan jenis, tetapi masih berada di right track.