Banyak sekali skenario yang bisa diketahui sebagai penyebab anak tantrum. Tapi, percaya atau tidak – ternyata, salah satu penyebab anak gampang tantrum adalah penggunaan gawai atau gadget, apakah betul seperti itu?
Halo, Parents! Apa kabar hari ini? Semoga hari ini selalu sehat dan dilancar semuanya, ya.
Topik tantrumnya anak memang sedang sering dibahas nih, Parents. Hal ini mungkin terkait dengan keterkaitan yang mendasar sekali untuk para orang tua, apalagi orang tua baru yang anak pertamanya, masih usia 0-3 tahun.
Secara umum ya, Parents – kita sudah sama-sama mengetahui bahwa tantrum adalah ekspresi anak yang disebabkan oleh sesuatu. Misalnya, ketidaknyamanannya dia di sebuah tempat, belum terbiasanya bertemu dengan banyak orang, atau bahkan yang paling umum lagi adalah tantrum karena tidak tercapai keinginannya.
Seperti anak yang ingin jajan, beli mainan, atau apapun yang terkait – biasanya, kalau belum dapat – ia akan berusaha sampai mendapatkan sesuatu yang diinginkan, salah satunya tantrum.
Tapi, ada hal menarik yang bisa kita ketahui bersama-sama, bahwasanya ada salah satu penyebab tantrum yang ada di sekitar kita, yaitu penggunaan gawai atau gadget.
Kita paham kalau anak kecil – sebisa mungkin tidak dulu menggunakan gadget terlalu lama atau terlalu intens. Tapi, terkadang – pada praktiknya, sulit juga untuk menolak anak yang meminta gawai atau gadget kita untuk digunakan mereka.
Ironinya, terkadang – hal ini terjadi agar mereka tenang.
Padahal, hal ini juga kurang tepat ya, Parents. Namun, dengan salah satu fakta yang terkuak oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, di mana sejumlah penyebab anak tantrum di Indonesia adalah penggunaan gawai atau gadget – mungkin sekarang dan seterusnya, kita bisa jadi lebih hati-hati, ya.
Dokter Spesialis Anak, DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) menyebutkan sekitar 65,1% anak yang bermain gadget lebih dari 20 menit setiap harinya, mengalami tantrum. Fakta ini juga berkaitan dengan hasil penelitian yang digelar di Bengkulu, dengan judul Duration of Playing Gadgets with Temper Tantrum of Emotional in Toddlers yang diterbitkan oleh Jurnal Eduhealth (Volume 14).
Penelitian atau riset ini mendapati 166 balita, di mana 33,7% bermain dengan gadget kurang dari 20 menit, dan 66,3% bermain dengan gadget lebih dari 20 menit setiap harinya. Menariknya, 34,9% dari total balita tidak mengalami temper tantrum dan 65,1% malah mengalami tantrum.
Dari temuan tersebut, ada insight yang signifikan. Terdapat potensi sebesar 0,375 kali lipat pada balita yang pemakaian gawainya cukup intensif. Trisna menjelaskan, balita yang menggunakan gawai terlalu lama menyebabkan beberapa risiko negatif, termasuk perilaku negatifnya.
Selain penggunaan gawai,
Tantrum adalah salah satu hal yang normal dan wajar untuk terjadi. Tetapi, akan menjadi abnormal ketika tantrum ini berlanjut ke dewasa, Parents. Tapi, penggunaan gawai atau gadget yang berlebihan, adalah salah satu hal memicu tantrum untuk anak.
Selain penggunaan gawai, ada beberapa kondisi lain yang bisa kita ketahui bersama:
Kondisi Fisiologis,
Secara fisiologis, yang mudah menyebabkan anak tantrum adalah rasa lapar, rasa bosan, sampai rasa frustasi.
Masalah Kesehatan
Beberapa masalah kesehatan seperti gangguan tidur, otitis, dan ISPA juga memengaruhi potensi dan risiko tantrum pada anak.
Menginginkan atau Menolak Sesuatu
Namun, kadang ya Parents – pada penyebab ini, kerap kali ditemukan anak yang memang sedang mencari perhatian orang tuanya.
Perubahan Suasana yang Mendadak
Perubahan suasana yang mendadak misalnya seperti saat anak sedang main atau sedang melakukan aktivitasnya, lalu dipaksa untuk berhenti atau beralih ke aktivitas lainnya. Nah, keadaan atau suasana seperti juga berpotensi untuk membuat anak tantrum.
Lingkungan
Faktor lingkungan juga menjadi salah satu penyebab anak mudah tantrum. Misalnya, anak melihat orang tuanya yang berselisih tetapi perselisihan itu sudah sampai ditahap yang parah, sehingga anak mendapat trauma tersendiri. Hal ini juga bisa membuat anak mudah untuk tantrum.
Yang Berkebutuhan Khusus
Well, hal ini juga menjadi salah satu katalis membesarnya risiko anak tantrum. Misalnya, mereka yang Autism Spectrum Disorder atau (ASD) dan Attention Deficit Hyperactive Disorder atau ADHD dan beberapa hal lainnya – tetapi, tantrumnya anak-anak ini bisa terjadi karena mereka belum mampu menyampaikan apa yang jadi keinginannya dengan baik.
Nah, Parents dengan kita mengetahui berbagai data menarik di atas – semoga kita jadi semakin paham dengan apa yang harusnya dilakukan saat anak tantrum, dan tahu apa yang menyebabkan tantrum tersebut terjadi.
Well, walau pada praktiknya berat, tetapi – satu hal yang jelas mesti Parents ingat dan jadi salah satu fundamental adalah Parents mesti percaya pada diri sendiri dan pada anak, bahwasanya semua ini adalah proses menuju ke hal yang lebih baik lagi.