Sebelum menikah ada baiknya kita dan pasangan membicarakan banyak tentang masa depan termasuk soal kehamilan. Bagi yang ingin segera memiliki momongan, perbanyaklah pemahaman mengenai proses kehamilan dan pola asuh.
Dalam perjalanannya mengandung dan mengasuh anak bukanlah proses yang mudah. Diperlukan kerjasama pasangan dalam menghadapi proses dan tantangan itu, tujuannya agar kita bisa membesarkan anak yang sehat secara fisik dan mental.
Apapun yang terjadi dan dialami pada masa kecilnya berpengaruh besar terhadap sikapnya di saat anak tumbuh dewasa kelak. Mempersiapkan diri menjalani perjalanan yang tiada habisnya dan tanggung jawab yang cukup besar. Berikut Ini alasan kehamilan harus direncanakan.
Tubuh perempuan harus siap dengan cadangan gizi selama hamil
Dikutip dalam studi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, kebutuhan gizi ibu hamil naik sebesar 15 persen karena dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan rahim.
Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40 persen, sedangkan untuk kebutuhan ibu sebesar 60 persen. Maka penting sekali bagi perempuan untuk menjaga gizi seimbang terutama saat menginginkan kehamilan.
Seandainya ibu hamil gak mengalami kecukupan gizi, terlalu kurus, dan menderita anemia ini bisa menyebabkan janin gak mendapat zat gizi yang dibutuhkan sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayinya.
Persiapkan mental selama kehamilan dan pasca melahirkan
Gak semua perempuan mengalami masa kehamilan yang cukup menyenangkan, sebagian merasakan morning sickness yang cukup berat. Belum lagi adanya perubahan kondisi fisik yang membuat tubuh bertambah berat, sesak napas, punggung pegal, susah tidur, sehingga membuat emosi naik turun.
Sebuah studi bertajuk “Psychosocial Stress During Pregnancy” menemukan fakta bahwa 78 persen perempuan perkotaan mengalami stres psikososial ringan saat kehamilan. Sedangkan yang mengalami stres tingkat tinggi saat hamil proporsinya mencapai 6 persen.
Itu baru masa kehamilan, begitu masuk ke fase pasca melahirkan akan banyak tantangan yang dihadapi maka ini dibutuhkan kekompakan dengan pasangan. Ibu akan bergulat dengan kelelahan mengurus bayi karena begadang dan menyusui setiap beberapa jam, ditambah munculnya gejolak emosi yang naik turun akibat efek hormonal.
Dikutip Tirto, depresi pasca-persalinan (PPD) menimpa 10-20 persen perempuan dan lebih dari setengahnya gak terdiagnosis. Ini dikarenakan ibu terlalu fokus persiapan kelahiran dan ilmu parenting yang masih seadanya.
Mempersiapkan bekal ilmu parenting dalam membesarkan anak
Ada istilah menjadi orang tua gak akan ada selesai belajarnya. Ungkapan itu benar adanya kita harus membekali diri sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Misalnya saja, anak bayi baru dibolehkan makan saat usia 6 bulan, dari situ kita pahami apa saja aturan makan pada anak, bahan makanan apa yang diutamakan, dsb.
Stimulasi apa saja yang diberikan agar anak bisa berkembang sesuai usianya. Belum lagi, respons kita sebagai orang tua dalam menghadapi perilaku anak yang terkadang cukup menantang emosi.
Semakin kita tahu dan membekali diri tentang mengasuh anak, maka kita akan lebih menyadari diri dan situasi sehingga itu membuat kita lebih sabar. Contohnya, “Anak ku terus mengoceh seharian dan cukup mengganggu, ini wajar terjadi karena usia 2 tahun anak mengalami ledakan bahasa dari hanya satu, dua kata sekarang jadi banyak.” Kondisi inilah yang membuat kita dapat ‘waras’dalam menghadapi perkembangan kemampuan anak.
Apakah sudah siap menjadi orang tua setelah memahami alasan kehamilan perlu direncanakan? Keadaan sebenarnya memang melelahkan dan seperti tiada hentinya, namun kasih sayang kita yang besar terhadap si Kecil membuat diri ini penuh dan ingin terus merawatnya sepenuh hati dan jiwa.