Parents, senang ya kalau kita lagi bercanda sama Si Kecil, gemas rasanya melihat anak gembira atau merajuk dengan bercandaan kita. Namun, kita harus perhatikan bercandaan yang dilontarkan ke Si Kecil, jangan sampai malah memberikan dampak buruk terhadap mentalnya.
Terkadang tanpa disadari gurauan yang kita ucapkan justru menyakiti hati anak, sehingga ini memberikan pengaruh terhadap mentalnya. Kalau menurut Bu Puty, ini sama halnya seperti yang dirasakan orang dewasa, nggak menutup kemungkinan kita pernah mendapatkan candaan yang cukup mengganggu, ya 🙂
Rasanya nggak enakkk bangett kalau kita dapet candaan yang bikin hati jadi sedih. Nah, lebih menyakitkan lagi kalau Si Kecil mendapatkan gurauan itu dari orang terdekatnya. Jadiiii, yuk kita pahami jenis bercanda yang perlu dihindari dari Si Kecil.
Menyebutkan kekurangan fisik
“Ih kamu dasar pesek.”
“Nggak mau gendong ah, kakak gendut, sih.”
“Adik kurus banget, mirip tengkorak.”
Parents, memang sih maksudnya bercanda dan bukan sesuatu yang serius, tapi please pikirin kondisi Si Kecil. Kita yang dewasa kalau dapat candaan fisik pasti sedih banget, jadi nggak percaya diri.
Lagian candaan ini termasuk body shamming, jika ini terus-menerus kita lakukan anak akan tumbuh menjadi pemalu, merasa nggak berguna, bahkan sampai depresi. Jadi hindari ya, candaan yang berkaitan dengan kekurangan fisik, ya.
Membuat anak jadi cemburu
“Yahh, abang nanti nggak disayang deh kalau adik lahir.”
“Adik mah susah dibilangin, Ibu/Ayah sayang kakak aja deh.”
Rasanya familiar ya, Parents dengan bercandaan itu. Namun ini menumbuhkan persepsi negatif terhadap saudara kandungnya sendiri. Bercandaan seperti itu, membuat hubungan adik-kakak menjadi nggak harmonis karena adanya rasa cemburu.
Selain itu, anak akan mencari perhatian agar merasa lebih disayang oleh orang tuanya. Buruknya lagi, Si Kecil jadi merasa bahwa Parents pilih kasih terhadapnya, meskipun sebenarnya nggak. Bahaya banget ya dampaknya 🙁
Menjadikan kebohongan sebagai bahan candaan
“Nanti kita jalan-jalan ke disneyland, deh.”
“Iya ntar kalau ke mall Adik boleh ngambil apa aja.”
Tapiii, itu semua adalah bohong. Rasanya pasti kecewa ya kalau apa yang diungkapkan orang tua ternyata nggak benar. Kebiasaan ini bisa menimbulkan trust-issue pada anak, bahkan ia mengambil kesimpulan bahwa bohong itu bukan sesuatu yang nggak masalah.
Jangan sampai kita sering membohongi anak untuk dijadikan bahan bercandaan ya, Parents, Ini akan memberikan dampak buruk pada Si Kecil.
Bercanda yang membandingkan
“Ya ampun, Si Kakak tugas sekolah begitu aja nggak bisa. Beda banget sama Adik yang selalu rajin ngerjain tugas.”
“Liat deh, Kakak makannya banyak. Emangnya Adik kalau makan dikit.”
Duhh.. kita aja yang dewasa rasanya sebal banget ya kalau dibandingin gitu. Apalagi anak kecil yang masih polos dan mentalnya belum stabil. Mungkin di depan kita Si Kecil akan diam saja, tapi di balik itu dia justru merasa gagal, kecewa, bahkan nggak berarti.
Bercanda yang menakut-nakuti
“Hiii, Kakak kan suka bobo sendirian nanti muncul monster, lho.”
“Kalau suka main di siang hari nanti diculik sama hantu.”
Namanya ditakutin pasti ngerasa takutt dong. Walaupun memang menakuti anak itu suka efektif bikin Si Kecil nurut, tapi ini bukan cara yang tepat. Akibatnya, dia bisa tumbuh menjadi anak yang penakut. Takut sendirian, takut gelap, jadi kita sendiri deh yang repot menghadapinya.
Parents, yuk kita stop bercandaan seperti tadi pada Si Kecil. Jangan sampai kita malah menyakiti dan membuat sedih anak sendiri karena bercandaan yang nggak baik. Ingat juga bahwa hal ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap sikap Si Kecil.
Mari kita berikan candaan yang membuatnya merasa disayang, dihargai, dan membuat hubungan keluarga menjadi harmonis 🙂