Perceraian bukan hal yang ingin dituju dalam pernikahan. Apapun yang terjadi, kita berharap untuk bisa mempertahankan rumah tangga sebaik mungkin. Namun terkadang realita nggak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Sering kali perceraian menjadi jalan keluar bagi sebagian pasangan untuk menyelesaikan masalah mereka. Padahal dengan memperbaiki kualitas komunikasi dan penyelesaian konflik yang efektif, kemungkinan besar bisa menyelamatkan keutuhan rumah tangga.
Mengutip Insider, sebuah studi telah mensurvei 52 orang (31 perempuan dan 21 lelaki) untuk terlibat dalam Prevention and Relationship Education Program, penelitian ini menghasilkan faktor apa saja yang bisa menimbulkan perceraian pada pasangan.
Nyatanya penyebab perceraian yang paling banyak terjadi adalah perselingkuhan dan komitmen pada pasangan. Hmm… ya, kalau sudah selingkuh memang susah ya, Parents. Susah dilupakan dan diobati maksudnya 🙁
Lalu, masalah apa lagi ya, yang paling banyak menyebabkan perceraian? Berikut Bumin rangkum.
- Masalah komitmen
Sebagian orang menganggap pernikahan adalah komitmen utama, tapi ini cukup bertolak belakang dengan kenyataan. Sebanyak 75 persen orang mengungkapkan, komitmen mempunyai peran besar dalam berakhirnya pernikahan.
Komitmen merupakan rasa tanggung jawab untuk kita saling mencintai, bisa menerima apa adanya dalam kondisi apapun, bahkan mendedikasikan diri kita pasangan. Sayang, nggak banyak pasangan yang kuat menjalani komitmen itu.
Seiring bertambahnya usia pernikahan, sebagian orang merasa rasa cintanya semakin luntur bahkan udah nggak ada lagi perasaan spesial untuk pasangannya.
2. Perselingkuhan
Menurut penelitian, perselingkuhan kerap menjadi titik terakhir dalam hubungan. Jadi seringkali pernikahan itu berakhir akibat adanya perselingkuhan. Ada beberapa alasan umum kenapa sih ada pasangan yang bisa selingkuh? Melansir Insider, itu disebabkan oleh merasa diabaikan, nggak merasa nyaman seperti dulu, atau kurang mampu menjalani hubungan yang terikat.
3. Masalah finansial
Mengutip JawaPos pada 2017, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Tasikmalaya, Nunung Nurlela mengungkapkan bahwa sebanyak 80 persen penyebab perceraian adalah masalah ekonomi. Sedangkan di tahun 2020 saat pandemi menerjang, angka perceraian pun meningkat sebanyak 57 ribu kasus.
Sebenarnya masalah ekonomi dalam rumah tangga bukan selalu karena Ayah kurang memberikan nafkah, namun ada juga pengaruh dari penghasilan Ibu yang lebih besar, sehingga membuat Ayah merasa inferior.
Selain itu, kurang terbukanya Ayah dan Ibu terhadap kondisi keuangan rumah tangga. Ditambah dengan adanya penggunaan kartu kredit yang kurang bijak.
4. Terlalu banyak konflik
Konflik dalam rumah tangga memang diperlukan ya, Parents. Kalau nggak ada konflik sama sekali juga jadi aneh dan termasuk dalam hubungan yang nggak sehat. Sebenarnya konflik itu membantu kita dan pasangan untuk saling memperbaiki karakter, perubahan yang lebih positif, hingga bikin kita makin lengket.
Masalahnya konflik yang nggak terselesaikan secara tenang dan efektif, bisa memperburuk keadaan seiring waktu dan menjadi penyebab perceraian. Biasanya masalah komunikasi terjadi secara intens dan makin meningkat, jadinya lama-kelamaan bikin hubungan semakin merenggang dan merasa nggak terikat lagi satu sama lain.
5. Menikah terlalu muda
Emangnya nikah usia muda itu berapa tahun sih? Menurut Badan Kependudukan dari Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pernikahan mudah itu dilakukan pada usia kurang dari 21 tahun.
Melansir Kompas.com, psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, menjelaskan terdapat 4 dampak buruk dari pernikahan dini yaitu fisik, kognitif, emosional, dan sosial.
Di mana dalam pernikahan akan melewati berbagai fase dari mulai penyesuaian karakter, mengandung dan melahirkan, mengurus anak dan rumah tangga, dll. Menjalani hal-hal tersebut diperlukan fisik dan mental yang sudah matang.
Jangankan yang muda ya, Parents. Kita aja kadang suka nangis di pojokan karena hal sepele dalam rumah tangga. Apalagi mengurus anak juga bisa ngaruh ke kesehatan mental.
Nah, karena kita udah tahu nih masalah apa aja yang membuat pernikahan bisa bubar, maka dari itu kita evaluasi lagi, yuk. Urusan finansial kita udah baik belum? Gimana soal komitmen dan penyelesaian masalah saat terjadi konflik? Terus apa itu semua sudah dibahas sama pasangan?
Terpenting, kita dan pasangan sama-sama mau memperbaiki diri untuk kehidupan rumah tangga yang langgeng dan harmonis 🙂