Anak saya yang kedua (16 bulan) suka sekali dengan makanan gurih dan asin. Mungkin salah satu penyebabnya, saya sendiri senang sekali menyantap makanan bercita rasa tadi. Dokter Spesialis Anak Ranti Astria Hannah pun mengamini pendapat tersebut. Menurutnya, beberapa hal mempengaruhi selera makan anak terhadap makanan tertentu.
Kebiasaan makan ibu saat hamil
Ranti mengungkapkan, makanan yang disantap oleh ibu akan dirasakan oleh anak sejak dalam kandungan. Anak dapat merasakan makanan lewat cairan ketuban ibu. Dengan begitu, kesenangan ibu terhadap makanan tertentu juga terasa oleh janin. Hal ini dibuktikan penelitian berjudul “Pembelajaran Rasa oleh Bayi Manusia pada Masa Kehamilan dan Pascapersalinan” karya Mannella J, dkk. Para ibu hamil dan anak-anak mereka yang masih bayi menjadi subjek penelitian tersebut.
“Ibu-ibu hamil ini terlibat dalam penelitian sejak kehamilan trimester dua. Cairan ketuban mereka diambil (untuk dijadikan sampel) dan dirasakan. Hasilnya, ada rasa vanila, bawang putih, wortel, dan mint pada cairan ketuban,” jelas Ranti.
Kebiasaan makan selama ibu menyusui
Tak hanya saat hamil, kebiasaan makan selama ibu menyusui juga berpengaruh terhadap selera makan anak. Temuan itu juga berdasarkan penelitian yang sama oleh Mannella J, dkk., yang turut membuktikan kesukaan anak-anak terhadap makanan yang mengandung wortel.
Penelitian ini diujikan pada tiga kelompok. Pertama, ibu hamil yang mengonsumsi jus wortel. Kedua, ibu menyusui yang diberikan jus wortel. Ketiga, ibu yang tidak mengonsumsi jus wortel sama sekali saat hamil maupun menyusui.
Hasilnya, anak-anak para ibu yang mengonsumsi jus wortel lebih suka sajian yang mengandung wortel pada tahap pengenalan makanan. Mereka dengan senang hati memilih makanan yang mengandung wortel.
Kesimpulannya, makanan yang dimakan oleh Ibu tak hanya memenuhi zat gizi janin, tetapi juga membentuk preferensi makanan anak. Karena itulah, jika ingin membentuk kebiasaan makan sehat pada anak, Ibu harus mulai menyantap makanan yang sehat pula sejak masa kehamilan dan menyusui.
“Anak-anak yang terpapar buah dan sayuran pada usia balita juga menyukai makanan-makanan ini ketika dewasa,” jelas dr. Ranti mengutip penelitian berjudul “Perkembangan Kebiasaan Makan Sehat pada Awal Kehidupan” oleh Schwartz C, dkk.
Faktor lingkungan anak tumbuh
Faktor lingkungan turut mempengaruhi pilihan atau kesukaan anak terhadap suatu makanan. Contohnya, anak yang dibesarkan oleh orang tua penyuka makanan tertentu akan cenderung menggemarinya pula. Begitu juga sebaliknya.
“Misalnya, ada ibu yang enggak suka makan daun bawang. Kemungkinan besar dia tidak akan memasak dengan daun bawang. Anaknya pun mungkin tidak akan suka juga (dengan daun bawang),” terang dr. Ranti.
Pengalaman makan
Asosiasi pengalaman bayi atau anak saat menyantap suatu makanan juga mempengaruhi selera si kecil, lho.
“Contohnya, ketika anak ingin mencoba buah durian. Sebenarnya dia menyukai rasanya. Tapi tak lama setelah menyantapnya, ia muntah. Padahal, mungkin muntahnya karena dia lari-lari. Dia pun mengasosiasikan pengalaman makan durian itu dengan kejadian enggak enak tadi (muntah). Itu juga membentuk selera atau palate,” jelas dr. Ranti.
Adanya pengalaman seperti itu pun membuat Ibu perlu memberikan makanan tersebut berulang dengan segala kreativitas.
Ada lagi hal lain yang berpengaruh terhadap kesukaan anak terhadap makanan tertentu. Yaitu, faktor alami berupa preferensi rasa manis dan toleransi rasa asin pada anak. Maka tak heran, Selain Sehat, MPASI Juga Harus Lezat.
(Febi/ Dok. Pixabay)