Libur sekolah anak sudah selesai. Coba PakDe Min mau absen dulu, siapa yang lagi sibuk-sibuknya menyiapkan segala keperluan sekolah anak?
Keperluan sekolah anak tentunya bermacam-macam. Apalagi, anak yang naik kelas atau naik tingkat – misalnya dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama – tentu, orang tua akan ikut mengurusi keperluannya untuk MPLS.
Buat Parents yang masih awam dengan istilah MPLS, MPLS adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, di mana anak nanti akan dikenalkan dengan berbagai elemen yang ada di sekolah. Harapannya, anak bisa nyaman dan aman belajar di sekolah.
Bicara soal keperluan sekolah anak, selain stationary, buku, atau baju seragam – yang tidak kalah penting untuk disiapkan oleh kita sebagai orang tua untuk anak adalah bekal sekolahnya. Bekal ini tentu untuk disantap di waktu istirahat, ya.
Eits, sebelum kita masuk ke pembahasan, PakDe Min sampai lupa untuk menyapa Parents semua. Halo Parents, apa kabar hari ini? Semoga hari ini dan seterusnya selalu dalam kesehatan yang baik serta segala urusan diperlancar, ya.
Parents, di bahasan kali ini, PakDe Min mau mengulas soal bekal sekolah anak. Bekal sekolah anak jadi salah satu keperluan yang perlu kita siapkan. Tapi, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan nih Parents.
Sebelumnya, beberapa waktu terakhir ini, di media sosial sempat viral konten yang menunjukan bekal anak untuk sekolah yang penuh dengan karbohidrat tanpa jenis gizi tambahan lainnya. Nah, bagian ini yang akan kita bahas ya Parents.
Di Balik Bekal Sekolah Anak
Sebelum kita masuk ke pembahasan inti, ada hal yang perlu sama-sama kita ketahui terlebih dahulu.
Parents, sebaiknya tidak menjustifikasi para orang tua yang sudah berusaha untuk membuat bekal untuk anaknya di sekolah. Kalau kita telisik lebih dalam, salah satu faktor yang memengaruhi persiapan bekal sekolah anak adalah faktor ekonomi.
Mungkin, bekal yang disiapkan tidak akan penuh karbohidrat jika memang mereka bisa menyediakan jenis makanan yang bermacam-macam. But, it is okay and need an improvement. Parents tidak perlu kecil hati, karena hal-hal seperti itu bisa kok untuk ditingkatkan.
Soal Full Karbohidrat
Salah satu contoh bekal makanan yang penuh dengan karbohidrat adalah nasi putih dan mie instan goreng atau rebus. Memang sih, tipe bekal ini adalah tipe bekal paling umum dan paling mudah untuk disiapkan.
Sepertinya, PakDe Min juga merasakan kok pernah dibekali seperti itu oleh orang tua.
Tetapi, untuk kesehatan dan perkembangan anak yang lebih baik, ada hal yang perlu kita ketahui bersama terkait bekal anak. Dr. Jovita Amelia, Sp.GK Pakar Gizi Klinik dari RS Pelni Jakarta, menjelaskan kalau anak itu butuh lebih dari karbohidrat untuk tumbuh sehat.
Untuk mempunyai pertumbuhan yang baik, anak memerlukan dua sumber gizi utama, seperti gizi makro dan gizi mikro. Gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak sehat. Lalu, gizi mikro seperti vitamin dan mineral.
Nah, gizi makro dan mikro tersebut bisa didapatkan dari berbagai bahan makanan. Misalnya, sayur dan buah-buahan. Parents, kalau hanya nasi dan mie instan saja, tentu asupan gizi yang dibutuhkan anak tidak tercukupi.
Efek bola salju yang kerap terjadi adalah asupan gizi tidak dapat terpenuhi, lalu perkembangan fisik serta kognitif anak tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya masa depannya tidak sesuai dengan ekspektasi atau rencana yang sudah ada.
Bahkan, lebih buruknya lagi, efek bola salju ini masih akan berjalan sampai anak dewasa dan siap mempunyai keluarga sendiri – tetapi, hal ini tidak berubah.
Minim Literasi Tentang Gizi
Selain faktor ekonomi yang menjadi salah satu landasan fundamental terjadinya hal-hal seperti ini adalah minimnya literasi tentang gizi. Parents, kita bisa luangkan waktu sejenak untuk mencari tahu gizi yang anak kita butuhkan.
Bahkan, kita juga bisa mengetahui dari mana saja asal gizi yang dibutuhkan oleh anak. Harapannya, dengan mengetahui hal ini, sebagai orang tua kita bisa memberikan bekal anak untuk sekolah yang lebih variatif.
Kita sudah sama-sama mengetahui kalau tumbuh kembang anak tidak hanya membutuhkan karbohidrat, melainkan asupan gizi yang lengkap. Maka, literasi tentang gizi anak dan dewasa juga perlu kita kejar, Parents.