Tahukah, Parents, kondisi kuning atau jaundince sering ditemukan pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat dengan usia kandungan di atas 35 minggu? Meski mayoritas kuning pada bayi baru lahir tergolong alamiah karena hati bayi masih berkembang, ternyata ada jenis kuning yang abnormal (patologis) dan patut kita waspadai. Ini karena tingginya kandungan bilirubin dalam darah yang menyebabkan kuning pada bayi baru lahir (hiperbilirubinemia) dapat berisiko terhadap kelainan otak alias ensefalopati bilirubin.
Tapi perlu pula kita ketahui pula, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, hanya 10% hiperbilirubinemia yang berpotensi abnormal.
Untuk mengetahui jenis kuning yang abnormal, kamu bisa mencocokkannya dengan faktor-faktor patologis di bawah ini.
- Bayi berusia kurang dari dua hari atau 48 jam dan sudah mengalami kuning.
- Kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat (> 5 mg/dL per hari).
- Bayi mengalami memar karena persalinan. Ia mungkin memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi akibat banyak sel darah merah yang pecah.
- Bayi terlahir prematur. Ini karena bayi yang lahir sebelum 38 minggu belum dapat memproses bilirubin secepat bayi cukup bulan. Bayi prematur juga mungkin menyusu dan buang air besar lebih sedikit. Alhasil, hanya sedikit bilirubin yang dikeluarkan lewat feses.
- Kuning menetap pada usia dua minggu atau lebih.
- Peningkatan bilirubin direk >2 mg/d atau >20% dari total serum bilirubin (BST).
Menurut Dokter Spesialis Anak Arifianto, kuning patologis dapat disebabkan beberapa hal seperti kekurangan enzim G6PD, gangguan pada aliran di saluran empedu (kolestasis) bayi, atau perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi.
Ketidakcocokan golongan darah atau resus
Menurut situs Grup Sehat, jika golongan darah ibu berbeda dari bayinya, sang ibu akan menghasilkan antibodi yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah Si Kecil. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah bayi. Kuning karena ketidakcocokan golongan darah ini dapat terjadi sejak hari pertama (<24 jam).
Selain itu, ketidakcocokan resus menyebabkan kondisi kuning paling berat, namun dapat dicegah dengan pemberian immunoglobin rhesus pada ibu dalam 72 jam setelah persalinan.
Kapan terapi sinar diperlukan?
Untuk menekan risiko kelainan otak, sebagian bayi yang mengalami kuning patologis menjalani terapi sinar. Menurut situs kesehatan Medscape, beberapa aturan praktis yang kerap digunakan NICU untuk menilai kebutuhan terapi sinar adalah ketika total kadar serum bilirubin mencapai atau melebihi lima kali berat lahir bayi. Contohnya, pada bayi dengan berat 1 kilogram, terapi sinar sebaiknya dimulai saat kadar bilirubinnya mencapai 5 mg/dL. Begitu pula pada bayi dengan berat 2 kilogram, terapi sinar sebaiknya dimulai saat kadar bilirubin mencapai 10mg/dL dan seterusnya.
Untuk penilaian yang akurat, orang tua juga dapat mengacu pada Panduan Terapi Sinar Akademi Dokter Anak Amerika (AAP) atau menggunakan kalkulator bilirubin bilitool.org.
Ingat pula bahwa dokter anak juga akan mengacu pada faktor-faktor patologis di atas dalam menilai perlu atau tidaknya terapi sinar.
Referensi:
- Artikel “Kenali Tingkat Bilirubin Normal” pada Bayi Baru Lahir pada Alodokter
- “Ensefalopati” pada Alodokter
(Febi/Dok. Shutterstock)