Beberapa waktu lalu, di bioskop-bioskop kesayangan kita, tayang sebuah film yang begitu menguras air mata. Apa lagi kalau bukan How to Make Millions Before Grandma Dies. Di Indonesia sendiri, film ini berhasil menggaet kurang lebih tiga juta penonton. Wah, selamat, ya!
Halo, Parents. Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam kesehatan dan segala urusan dilancarkan, ya.
Well, dari judul dan prolog singkat di atas, sepertinya belum ketahuan nih ya kita akan membahas apa. Jadi begini, Parents – kali ini, kita akan mengulas tentang ‘lupa dengan orang tua’ di beberapa kondisi tertentu.
Kita akan mulai dari hal sederhana yang kerap kita temui ya, Parents.
Lupa dengan orang tua adalah sebuah kondisi di mana hal ini adalah akibat dari sebuah sebab. Misalnya, anak kita yang sudah memasuki fase pre-teen di mana sedang aktif-aktifnya mendapatkan masukan dari luar, dari teman-temannya, atau dari lingkungan sosial lainnya.
Terkadang, mereka pulang ke rumah dengan kondisi yang sudah berbeda. Tentu, karena dari paham-paham dari luar tersebut. Kita sebagai orang tua, sebaiknya tidak asal justifikasi, atau menghukum semena-mena tanpa melihat latar belakang masalahnya.
Mempunyai anak yang sudah ada di fase pre-teen membuat kita sebagai orang tua, perlu mengasah lagi teknik komunikasi. Mereka bukan lagi anak kecil yang hanya menerima perintah saja, tetapi juga sudah bisa mempunyai argumen sendiri.
Sehingga, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, saat berkomunikasi dengan mereka, seperti:
- Berbicara dengan sudah mengetahui kondisi mereka
- Tidak menggunakan nada tinggi
- Jarang membangun quality time dengan anak
- Membuat reaksi yang berlebihan saat anak melakukan kesalahan
- Pola asuh yang otoriter
Nah, Parents – hal-hal di atas adalah beberapa poin yang membuat bekal anak semakin kuat untuk ‘lupa dengan orang tua’. Mereka akan semakin dengan mudah membuat pertimbangan untuk tidak lagi mendengarkan orang tuanya.
Salah satu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah pergeseran posisi secara halus. Masih tetap sebagai orang tua mereka, tetapi dengan kondisi pre-teen, kita juga perlu memposisikan diri sebagai teman mereka.
Harapannya, keterbukaan masih menjadi hal yang penting untuk anak. Apa lagi keterbukaan mereka dengan kita sebagai orang tua. Memahami kondisi mereka yang baru saja mengenal dunia luar adalah kesempatan kita untuk terus belajar.
Parents, untuk mengetahui perspektif lain, yuk kita nonton video di bawah ini ya!