“Ibunya pastinya jorok nih, pas hamil. Soalnya, ada tanda kehijauan di punggung bayi.”
Tentu kita kesal ketika mendengar komentar atau gurauan bernuansa mom-shaming seperti di atas. Kenyataannya, tanda lahir yang disebut mongolian spots itu bukan berkaitan dengan kebersihan diri sang ibu, melainkan disebabkan pigmen pada kulit bayi. Tanda lahir ini tidak bisa dicegah. Para pakar kesehatan pun belum mengetahui alasan sebagian bayi memilikinya dan bayi lain tidak.
Identik dengan mitos
Enggak hanya di Indonesia, kehadiran mongolian spots juga kerap dikaitkan dengan kepercayaan budaya dan mitos masyarakat berbagai belahan dunia. Misalnya, sebagian orang percaya bahwa tanda lahir tersebut adalah ‘tamparan’ dari dewa atau disebabkan perilaku ibu selama kehamilan seperti berhubungan seksual atau bekerja.
Ciri khas mongolian spots
Kita bisa mendapati mongolian spots atau congenital dermal melanocytosis saat bayi baru lahir atau minggu pertama kehidupannya. Tanda lahir ini biasanya terdapat di punggung dan area pantat bayi laki-laki maupun perempuan. Penampakan mongolian spots, antara lain rata (tidak timbul), polos, dan mungkin terlihat mirip lebam. Tapi, mongolian spots bukan lebam, ya, Ibu-ibu. Soalnya, tanda lahir tersebut tidak menyebabkan rasa sakit dan bukan dampak dari cedera.
Selain itu, mongolian spots tidak menyebabkan masalah pada kulit. Karena itulah, perawatan khusus tidak diperlukan. Terlebih, letaknya sering kali tertutup oleh pakaian.
Penyebab tanda lahir di punggung atau pantat bayi
Mongolian spots muncul ketika beberapa pigmen kulit ‘terperangkap’ pada lapisan kulit yang lebih dalam selama perkembangan bayi. Ketika pigmen tersebut tidak mencapai permukaannya, tanda lahir berwarna abu-abu, kehijauan, biru, atau hitam pun muncul.
Selain itu, bayi-bayi dengan kulit lebih gelap seperti keturunan Asia, Hispanic, penduduk asli Amerika, Afrika, dan India Timur rentan memilikinya.
Mongolian spots tidak berbahaya
Tenang, adanya mongolian spots tidak menimbulkan risiko kesehatan apapun bagi sebagian besar bayi yang mengalaminya. Meski begitu, dokter anakmu sebaiknya mencatat penampakan tanda lahir ini di rekam medis Si Kecil. Tujuannya untuk menghindari kecurigaan terhadap kekerasan fisik di kemudian hari jika mongolian spots disalahartikan sebagai lebam.
Pada kasus yang berjumlah sedikit, mongolian spots dihubungkan dengan penyakit metabolis langka seperti Hurler’s disease. Namun, kondisi tersebut rentan terjadi pada bayi-bayi dengan mongolian spots yang besar, tersebar luas, atau di area selain punggung maupun pantat. Meski begitu, selama Si Kecil diperiksa oleh tenaga medis profesional dan tidak memiliki gangguan kesehatan, orang tua sebaiknya santai saja dengan kehadiran tanda lahir tersebut.
Sebagian besar mongolian spots menghilang
Menurut Akademi Dokter Anak Amerika (AAP), sebagian besar mongolian spots menghilang sama sekali ketika anak menginjak usia lima tahun. Namun, pada beberapa kasus, mongolian spots tidak menghilang sehingga orang tersebut memiliki tanda lahir seumur hidup. Meski begitu, orang-orang yang memiliki mongolian spots ketika kecil maupun hingga dewasa dapat menjalani kehidupan yang normal dan sehat, kok.
Referensi: artikel “Mongolian spots: Causes, pictures, and outlook” pada Medical News Today
(Febi/Dok. Wikimedia Commons/Gzzz)