Rangkaian tes kesehatan untuk mendeteksi penyakit atau skrining wajib dilakukan pada bayi-bayi prematur. Tak hanya karena organ-organ tubuhnya belum berkembang sempurna, bayi prematur berisiko mengalami kejadian ikutan yang menyertai terapi. Karena itulah, skrining bayi prematur diperlukan agar risiko maupun masalah pada bayi prematur dapat dideteksi dan segera ditangani.
Menurut Dokter Anak Fransisca Handy, skrining untuk bayi prematur melibatkan hampir seluruh bagian tubuhnya.
“Secara umum bayi prematur harus kita USG kepala juga (memberikan skrining) pancaindra seperti mata, telinga dan hidung kemudian paru-paru juga jantung,” jelas dr. Fransisca.
Skrining paru-paru
Skrining paru-paru lewat rontgen bertujuan untuk memeriksa pernapasan Si Kecil. Pasalnya, bayi yang lahir prematur memiliki paru-paru yang belum berkembang dengan baik sehingga berisiko mengalami masalah pernapasan. Khususnya, bayi yang dirawat di NICU untuk jangka waktu lama. Apalagi, menurut dr. Fransisca, bayi yang sempat menggunakan ventilator bisa mengalami masalah di paru-parunya seperti bronchopulmonary dysplasia atau penyakit paru-paru kronis.
Pemeriksaan retinopathy of prematury (ROP)
Menurut dr. Agung Zentyo Wibowo seperti dilansir Detik Health, pemeriksaan mata ini dilakukan secara berkesinambungan dan berdasarkan dua hal. Jika bayi lahir di bawah usia kandungan tiga puluh minggu, pemeriksaan retinopathy of prematury (ROP) berlangsung setelah bayi berusia empat minggu. Sementara pada bayi yang lahir di atas usia kandungan tiga puluh minggu, pemeriksaannya saat ia berusia dua minggu.
Dokter Agung berpendapat, pemeriksaan ini paling penting karena semua bayi prematur terutama bayi yang lahir di usia kandungan kurang dari 28 minggu pasti mengalami ROP. Kondisi ROP dapat menyebabkan retina berkembang abnormal sehingga berisiko kebutaan.
Selain itu, dr. Fransisca mengungkapkan, bayi-bayi yang menerima bantuan oksigen selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu karena belum dapat bernapas berisiko mengalami ROP. Pencetusnya adalah pemberian oksigen pada kadar tertentu pada usia bayi yang sangat muda.
Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dilakukan salah satunya lewat Brain Evoked Response Audiometry (BERA), yakni alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran dan kemungkinan keterlambatan bicara.
Selain BERA, ada juga pemeriksaan Otto Acoustic Emission (OAE). Alatnya dapat mengevaluasi pemeriksaan setelah ditempelkan pada telinga bayi.
Ultrasonography (USG) kepala
Tujuannya untuk memastikan ada atau tidaknya kelainan pada struktur kepala bayi. Selain itu, kepala bayi prematur rentan mengalami perdarahan sehingga pemeriksaan ini harus dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah kelahiran bayi.
Magnetic resonance imaging atau MRI
Jika berbagai pemeriksaan di atas belum meyakinkan, skrining bayi prematur juga dapat ditunjang MRI untuk melihat dan memeriksa bagian organ dalam bayi.
Skrining motorik kasar dan halus
Bayi prematur juga perlu menjalani pemeriksaan motorik kasar dan halusnya. Penilaiannya dapat menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) atau metode Denver Developmental Screening Test (DDST).
Menurut dr. Fransisca, waktu pelaksanaan skrining bayi prematur bergantung pada stabilitas dan tingkatan prematur si bayi. Hampir semua pemeriksaan dilakukan lebih dari sekali karena memantau stabilitas bayi. Meski begitu, ada juga yang hanya sekali di bayi A, tapi dua kali di bayi B, tergantung kondisi bayi.
(Febi/Dok. Shutterstock)