Parents, jangan salah paham dulu nih, mengajarkan sex education bukan berarti kita ngajarin anak soal seks seperti berhubungan intim. Bukan! Tetapi, tentang bagaimana perlindungan anak terhadap dirinya dari pelecehan seksual.
Dalam menerapkan pendidikan seksual harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya saja, anak di bawah satu tahun masih butuh bantuan orang tua dalam merawat tubuhnya. Begitu anak memasuki usia 2 tahun ke atas, orang tua bisa menjelaskan anggota tubuh dan fungsinya, serta area tubuh mana saja yang gak boleh disentuh sembarangan.
Untuk lebih jelasnya lagi, yuk kita simak obrolan sex education pada anak bersama Co-Founder Good-Enough Parents, Damar Wijayanti.
Hai Bu Damar, pendidikan seks sedari dini itu seperti apa, sih? Bumin masih bingung dan kaku banget buat jelasin ke anak, belum biasa, gitu.
Hai Bumin, itu wajar dirasakan, kok. Wajar kalau kita sebagai orang tua ragu gimana cara memulainya karena kita tumbuh bukan dari lingkungan yang mengenal pendidikan seks sedari dini, jadi gak dapat contohnya, tapi kita bisa belajar dari mana aja.
Pendidikan seks bukan mengajarkan anak tentang ‘seks’. Kita pahami pendidikan seksual sejak dini ini penting untuk perlindungan anak. Bagaimana anak bisa melindungi dirinya kalau dia gak tahu tentang bagian tubuh yang perlu dia lindungi, batasannya seperti apa, itu perlu dikomunikasikan sedari anak usia dini.
Gimana cara kita komunikasi ke anak yang masih dini tentang pendidikan seks?
Ada tahapan usianya, gak semua langsung kita buka kasih tahu ke anak. Sejak bayi kita udah mulai bisa menerapkan pendidikan seks, cuma porsinya lebih banyak di orang tua. Misalnya waktu kita bersihin kelaminnya untuk mengganti popok, kita bisa bilang; “Permisi Adik, Ibu bantu ya bersihin vaginanya, dilap anusnya.”
Meminta izin seperti itu sudah mencontohkan bahwa tubuh ini milik dia, bukan kita, jadi orang kalau mau pegang kendali harus sesuai izinku. Sama kalau mandiin anak, kasih tahu bersihin bagian kelaminnya, jadi anak tahu bagian-bagian tubuhnya. Nanti usia 2 tahun kita bisa kasih tahu batasan-batasan tubuh yang gak boleh keliatan orang lain apa aja.
Oh gitu, bagaimana cara memberitahu anak tentang pendidikan seks dengan cara yang sesuai usianya?
Bisa lewat permainan, dong! Permainan pasang baju misalnya, kita cari printables yang menunjukkan tubuh terus kita sambil kasih tahu. Bagian tubuh yang ditutupi pakai baju itu apa aja, bagian yang boleh tampak itu apa saja. Kelihatannya kayak main, tapi itu pendidikan seks sejak dini.
Biasanya kalau anak udah di atas usia 3-5 tahun itu, udah mulai mengajukan pertanyaan yang bikin kita kaget dan bingung jawabnya gimana. Bagaimana cara kita menanggapinya, ya?
Anak usia 3-5 tahunan memang sedang sangat curious memiliki keingintahuan seksual yang cukup tinggi. Salah satu caranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau bisa juga dia melakukan eksplorasi tubuhnya sendiri. Jadi anak laki memainkan penisnya, anak perempuan memegang vaginanya, tapi itu wajar jangan panik.
Ingat gak waktu dia bayi, dia suka ngemut jempol kaki, jempol tangan. Ini sebenarnya aktivitas yang mirip dia sedang eksplorasi bagian tubuhnya. Cuma kalau untuk di area kelamin memang di usia 3-5 tahun ke atas.
Walaupun ini wajar, tetap berikan batasan, ya. Jadi ketika mengetahui anak sedang melakukan eksplorasi itu, jangan marah dulu. Kita dekati dulu, “Kamu lagi apa? Kamu penasaran ya? Ibu kasih tahu ya, kamu punya bagian tubuh itu untuk apa, namanya apa, cara membersihkannya gimana.” Ini menjadi jendela kita untuk mengajarkan anak pendidikan seksual.
Wahhh, mendengarkan penjelasan Bu Damar, Bumin jadi tercerahkan, deh. Parents udah gak bingung lagi ya mengenai mengajarkan pendidikan seksual pada anak. Jadi kita gak perlu tertutup pada anak mengenai topik ini, dibanding anak mencari tahu di luar dan menemukan jawaban yang salah, sebaiknya kita memberitahu yang sebenarnya sedari dini.
Semangat ya, Parents! Ingat, tujuan mengajarkan anak pendidikan seks itu untuk membantu anak melindungi dirinya. Ia mengerti bahwa gak boleh sembarang orang menyentuh tubuhnya terutama area sensitif. Mudah-mudahan anak kita selalu mampu melindungi dirinya, ya!