Di Dunia yang membuat komunikasi adalah sebuah kunci – maka tentu akan selalu ada seni untuk bicara ke semua orang.
Halo, Parents! Apa kabar hari ini? Semoga semuanya sehat dan lancar-lancar saja, ya.
Dari prolog singkat yang ada di atas – sepertinya belum terpikirkan kita akan berdiskusi tentang apa, ya?
Jadi Parents, di kesempatan ini, kita akan membahas bagaimana komunikasi adalah salah satu kunci yang bisa membuat banyak perbedaan di dalam hidup. Tapi, kita akan lebih dalam membahas soal bagaimana seninya bicara ke semua orang.
Bahasan kali ini – anyway – berasal dari sebuah buku dengan judul How to Talk to Anyone yang ditulis oleh Allan Pease, di mana di dalam buku ini diceritakan berbagai macam intrik dari interaksi antar manusia.
Nah, kita akan ekstrak sehingga Parents harapannya dengan mudah untuk mencernanya, ya.
Bahasa Tubuh Bisa Terdengar Keras
Parents tentu pernah mendengar peribahasa “aksi lebih penting dari pada kata-kata” – dan ini ternyata benar adanya, kok!
Secara pragmatik, peribahasa ini mungkin akan mengarahkan kita untuk lebih mementingkan atau memprioritaskan solusi dari pada identifikasi dan diskusi masalah yang tidak mengarah. Nah, terkait konteks komunikasi, aksi yang berbarengan dengan bahasa tubuh adalah hal yang menarik untuk dikupas lebih dalam.
Menurut Pease, ada satu signifikan rumus dalam komunikasi yang terkait dengan organ tubuh kita. Sehingga, postur, gestur, atau bahkan lebih spesifik lagi seperti ekspresi wajah adalah metrik-metrik penting sebagai pembawa pesan yang penting.
Bahasa tubuh bisa terdengar lebih keras dari pada verbal communication – menariknya, Parents. Apalagi dengan beberapa metrik seni lainnya yang bisa ditanamkan di bahasa tubuh tersebut. Misalnya, tatapan mata Parents yang tajam ke anak yang sedang meminta dibelikan mainan – ini salah satu pragmatik yang biasa kita lakukan, ya.
Nah, postur tubuh, gestur, dan ekspresi wajah, tentu akan sangat menentukan saat Parents bertemu dengan berbagai macam orang. Pasti akan berbeda-beda. Misalnya, saat bertemu kolega, atau saudara – bahkan teman gibah di komplek rumah? Mengapa mesti dibeda-bedakan, ya?
Jawabannya: itu adalah seninya! Hehehe.
Tapi, satu hal yang kita sadar adalah bahasa tubuh, langsung atau tidak langsung, adalah hal fundamental yang begitu menarik untuk terus didalami.
Basa-Basi Tapi Gak Basi
Well, kalau kata kebanyakan orang – masyarakat Indonesia jagonya berbasa-basi. Tapi, bisa jadi hal tersebut benar adanya jika kita kaitkan dengan konteks Indonesia adalah salah satu negara yang paling ramah.
Jadi, bisa saja kita ngobrol atau bahkan berdiskusi dengan orang yang kita baru kenal beberapa waktu saja. Nah, menurut Pease – basa-basi atau small talk itu punya kekuatan yang besar sekali untuk membuat interaksi atau komunikasi semakin menarik.
Atau setidaknya, basa-basi jadi lubricant atau pelumas obrolan untuk menjadi semakin menarik. Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berbasa-basi dan inilah seninya, Parents!
Misalnya seperti, pertanyaan sederhana nan simpel seperti mengomentari cuaca, atau bertanya pada lawan bicara bagaimana hari-harinya kemarin. Sesederhana itu namun bisa mengantar kita ke pembicaraan yang menarik.
Buat kita sebagai Parents – basa-basi sih sudah tidak perlu diajari lagi ya? Hahaha, mungkin bisa kita latih lagi agar basa-basinya bisa terjurus dengan orang-orang yang tepat. Untuk ke kolega, contohnya – tentu basa-basinya berbeda dong seperti dengan tetangga samping rumah.
Jadi, basa-basi itu gak basi, tapi seni!
Mendengarkan jadi Fundamentalnya
Parents, terlepas dari dua seni di atas – ada satu hal yang jadi dasar penting: mendengarkan. Dari semua seni dalam berkomunikasi dan berinteraksi, mendengarkan jadi fundamental yang perlu kita kuasai dengan seksama.
Mendengarkan menjadi dasar yang penuh dengan seni. Sebagai catatan nih, Parents – mendengarkan adalah kombinasi antara konsentrasi dan memahami percakapan dengan lawan bicara. Sehingga, kelanjutan dalam komunikasi sebenarnya ditentukan oleh kemampuan mendengarkan dengan baik.
Konteks sederhananya, misal – Parents sedang menghadapi anak yang meminta sesuatu tapi maksa minta ampun, apakah langsung Parents iyakan saja permintaannya? Pasti setidaknya ada hal-hal yang perlu anak perhatikan, dan terjadi dialog antara kita dan anak.
Sukses atau tidaknya dialog tersebut, tergantung bagaimana kita mengomunikasikan dan bagaimana kita mendengarkan permintaan anak. Di sini, kemampuan atau skill negosiasi kita akan terlihat – dan mungkin, anak juga akan tiru Parents, hihihi.
Tapi setidaknya kita jadi sama-sama paham bahwa, mendengarkan adalah dasar yang luar biasa.
Menarik juga bahasan kali ini ya, Parents – padahal ini belum terlalu dalam, lho. Mungkin akan kita bahas jauh lebih dalam di in-depth artikel selanjutnya, ya. Akan tetapi, dari beberapa hal yang sudah kita bicarakan bersama, seni dalam bicara ke semua orang adalah salah satu skill set yang perlu kita pahami dan terapkan dengan tepat.
Sehingga, di dalam dunia yang penuh dengan komunikasi ini – kehidupan kita sebagai sesame mahluk hidup, bisa mencapai ke berbagai tujuan yang sudah ditentukan bersama.