Salah satu upaya dalam menjaga spark atau percikan cinta ibu dan bapak adalah melakukan hubungan seks.
Percaya atau tidak, hal ini memang mempunyai magic tersendiri, as long as dilakukan dengan penuh kesadaran dan kemauan dari masing-masing individu, seks adalah aktivitas normal untuk pasangan suami istri.
Motherly melansir, ada studi terbaru yang dipublikasikan di dalam Journal of Psychosexual Health, yang menunjukan perempuan yang berhubungan seks kurang dari sekali seminggu, berkemungkinan memiliki risiko kematian lebih tinggi, dibandingkan mereka yang lebih sering berhubungan intim.
Kok bisa begitu ya, Parents?
Dilansir dari Kumparan, ada sekelompok peneliti yang menganalisis data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) dari kebiasaan kesehatan orang-orang di Amerika.
Mereka menemukan data bahwa perempuan yang mempunyai frekuensi berhubungan intim dengan pasangannya, mempunyai kemungkinan risiko kematian lebih tinggi. Wanita yang jarang berhubungan seks, menunjukan peradangan yang lebih tinggi – terkait penyakit kronis seperti penyakit jantung.
Lain halnya dengan perempuan yang mempunyai frekuensi berhubungan seks dengan pasangannya yang baik. Mereka mempunyai kesehatan kardiovaskular dan aliran darah yang lebih baik. Sehingga, mereka setidaknya terhindar dari stres.
Hubungan Intim Pengaruhi Kesehatan Mental?
Masih dari Kumparan, jadi hubungan intim atau keintiman fisik bisa memberikan manfaat bagi kesehatan mental. Hormon-homon bahagia akan terpicu saat berhubungan seks dan sesudahnya. Ini yang membuat perasaan Parents senang.
Akan tetapi, ada hal yang perlu digarisbawahi juga. Seperti penting untuk menyadari bahwa kesejahteraan mental seseorang dipengaruhi oleh banyak aspek, misalnya:
Dukungan sosial
Gaya hidup
Latar belakang orang tua
Semuanya memiliki peranan penting dalam kesehatan mental seseorang secara keseluruhan. Parents, temuan di atas cukup berbeda dengan pria, di mana hubungan antara frekuensi seksual dan tingkat kematian masih kurang jelas.
Sehingga, perlu penelitian yang lebih dalam soal bagaimana hubungan seksual bisa memengaruhi kesehatan mental atau bahkan memperpanjang kemungkinan hidup seorang pria.
Poin atau insight yang menarik dari ulasan kali ini adalah seks memang bukan ‘pemeran utama’ untuk kesehatan mental Ibu. Tetapi, hal ini adalah bagian dari keseluruhannya. Jadi seorang suami atau bapak, perlu memprioritaskan sentuhan fisik dan emosional lainnya.
Seperti berpelukan, deep talk, atau meluangkan waktu untuk keintiman lainnya. Sehingga, hal ini mengerucut kepada kehadiran suami atau bapak untuk istrinya. Parents, jangan lupa kalau kehadiran adalah segalanya, baik untuk pasangan ataupun untuk anak.