Perlu kita ketahui bersama bahwa seksualitas adalah hal yang akan melekat pada setiap individu dan di semua rentang umur. Sehingga, pendidikan seks sejak dini adalah hal penting dan bukan tabu seperti konstruksi sosial yang sudah terbentuk sebelumnya.
Memang, konstruksi sosial yang sudah terbentuk sebelumnya begitu kuat dipercaya oleh sebagian masyarakat, terutama masyarakat Indonesia. Mungkin, hal ini juga dipengaruhi oleh budaya, di mana seksualitas seharusnya menjadi hal yang tidak bisa dibicarakan sembarangan.
Seksualitas menjadi privasi, sepertinya banyak orang setuju dengan hal ini. Tapi, bagaimana jika anak kita sudah menanyakan hal-hal yang menyangkut seksualitas, ya? Apakah kita juga akan tertutup karena budaya dan konstruksi sosial yang sudah terbangun sebelumnya?
Hai hai Parents, apa kabar hari ini? Semoga hari ini selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusan diperlancar, ya.
Parents, dari judul dan prolog singkat di atas, mungkin kita sekarang menebak-nebak, apa yang akan dibahas di ulasan kali ini ya?
Bahasan kali ini akan mengulas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja keluar dari anak kita yang bersinggungan dengan seksualitas.
Tapi, sebelum kita mulai ulasan kali ini, kita perlu sama-sama setuju terlebih dahulu nih Parents, kalau pendidikan seks adalah salah satu pengetahuan yang penting. Pengetahuan ini tentunya juga menjadi hak anak-anak kita. Sepertinya, pe-er kita untuk memberikan informasi tentang seksualitas ke anak sebaiknya sedikit demi sedikit tergantung rentang umur anak.
Baik, kita mulai ya, Parents.
Memangnya Anak Akan Tanya
Soal Seksualitas, Ya?
Apakah Parents sudah pernah menerima pertanyaan dari anak seperti:
Bu, Pak, aku ini berasal dari mana ya?
Jika kita semua sudah pernah menerima pertanyaan dari anak seperti itu, jelas jawabannya kalau anak mungkin saja bertanya pertanyaan yang bersinggungan dengan seksualitas. Nah, sebelum kita mengetahui jawabannya, sebaiknya kita tahu dulu nih Parents – memangnya pertanyaan seperti apa saja sih yang bisa dilempar oleh anak ke kita?
Dilansir dari healthychildren.org, berikut beberapa pertanyaan yang mungkin ditanyakan ke kita:
Anak Pra-Sekolah
- “Bayi itu asalnya dari mana, sih?”
- “Gimana caranya aku bisa ada di perut Ibu?”
- “Sebelum aku di perut Ibu, aku ada di mana?”
- “Terus gimana aku keluarnya?”
- “Kok perempuan gak punya penis?”
Pertanyaan ini kerap diajukan oleh anak di rentang umur 18 bulan sampai 5 tahun. Nah, penjelasan di bawah ini, yang Parents bisa lakukan:
Hal pertama yang bisa Parents lakukan adalah mengenalkan organ-organ vital terkait seksualitas. Sebaiknya, menggunakan istilah atau nama yang sesungguhnya, ya.
Lalu, Parents bisa beritahu bahwa organ-organ tersebut, tidak boleh disentuh oleh siapapun. Meskipun kita orang tuanya dan anak kita di rentang umur tersebut, pun sebaiknya kita izin ke anak ya Parents saat ingin menyentuh organ-organ tersebut.
Selanjutnya, Parents juga bisa memberitahu kalau bentuk tubuh laki-laki dan perempuan itu berbeda. Perbedaan yang cukup signifikan ada di organ genitalnya.
Respon pertanyaan anak dengan halus ya, Parents. Di proses tanya-jawab ini, daya serap anak begitu cepat, sehingga disarankan untuk kita memberitahunya dengan jelas. Mungkin, tetap akan ada batasan informasi, terkait rentang umur mereka, ya.
Anak Sudah Sekolah
- “Apa sih yang dilakukan orang dewasa untuk punya bayi?”
- “Kenapa ya terjadi ereksi?”
- “Apa sih menstruasi?”
- “Gimana caranya orang dewasa berhubungan seksual?”
Model pertanyaan ini kerap diajukan oleh anak yang berada di rentang umur 7 tahun sampai 13 tahun. Wah, sudah mulai kompleks nih, Parents. Tapi, tenang – kita tetap bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kok. Kurang-lebih, begini caranya:
Hal pertama yang Parents bisa lakukan adalah mengingatkan anak dengan organ genitalnya, kemudian memberitahu fungsi dari organ genital tersebut.
Istilah seperti ereksi, menstruasi, dan sebagainya, bisa dijelaskan secara perlahan namun jelas ya, Parents. Perihal ini berkaitan dengan satu tantangan yang akan semua orang tua hadapi yaitu anak yang akan mengalami pubertas.
Di fase pubertas anak, di waktu inilah pendidikan seks masuk disertai penjelasan batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan.
Parents, banyak sekali pendekatan yang bisa diinjeksi di dalam pendidikan seksual. Mulai dari pendekatan pengetahuan umum, sosial dan budaya, serta agama. Nah, soal pendekatan ini, Parents tentu yang lebih tahu untuk seperti apa melakukannya.
Satu hal lagi yang tidak boleh terlewat adalah tujuan dari pendidikan seks ini. Memberitahu soal pendidikan seks, salah satu tujuannya adalah agar anak tahu bagaimana menjaga kesehatan tubuh, terutama organ genitalnya. Kemudian, tujuan lainnya adalah menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita sama-sama mengetahui Parents, kalau mendengar kabar atau berita soal verbal-physical-sexual abusive itu pasti mengiris hati. Nah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi kepada anak kita, pendidikan seks sejak dini adalah salah satu solusinya.