Parents, capek banget ya rasanya punya pasangan posesif. Mau ini itu dicurigain, mau kesana kemari diikuti, malah sampai nggak dibolehin ketemu teman, lho. Hidup rasanya kayak dikerangkeng nggak bisa bebas ngelakuin banyak hal.
Kalau udah kayak gini, pingin ya si pasangan bisa sadar sama apa yang sebenarnya dia lakuin. Kadang sampai bingung juga, kenapa ya pasangan bisa posesif padahal kita nggak pernah macem-macem?
Dari penjelasan psikolog klinis Ega Alfath, M.Psi, posesif adalah gambaran dari ketakutan akan kehilangan yang kuat. Sifat ini sendiri tercermin dari keinginan untuk memastikan bahwa pasangan nggak akan meninggalkan untuk alasan apapun, terutama alasan perselingkuhan.
Perilaku posesif sebenarnya merupakan ciri relasi yang nggak sehat. Perilaku posesif biasanya terdapat kecemburuan yang tinggi, pikiran paranoid, keinginan untuk mengintai pasangan, mengontrol pasangan, dan perilaku abusive. Jadi terdapat lima sikap yang sering dilakukan orang posesif terhadap pasangannya, yaitu..
Kecemburuan
Rasa nggak suka saat pasangan berinteraksi atau berelasi dengan lawan jenis. Kecemburuan bukan hanya tentang perasaan cemburu, tapi reaksi yang dimunculkan dari perasaan cemburu ini cenderung menyakiti pasangan.
Paranoid
Percaya bahwa pasangan akan mengkhianati kita suatu saat atau akan ada seseorang yang merebutnya. Hal ini akan semakin memicu emosi negatif, seperti cemas, marah, dan sedih.
Mengintai
Terus-menerus mengecek devices atau media sosial pasangan, dimana hal ini dipicu oleh kecurigaan yang nggak logis.
Kontrol
Berusaha membuat pasangan melakukan apapun yang kita minta sebagai bukti kesetiaannya, walaupun nggak relevan dengan masalah. Bagi pasangan yang posesif, kontrol dapat mengurangi perasaan sakit yang dirasakan.
Kekerasan
Membuat pasangan merasa bersalah jika nggak melakukan apa yang diminta, bisa juga muncul kekerasan fisik dan verbal.
Wah, bahaya banget ya, Parents. Perilaku posesif ini tentu nggak muncul begitu aja tanpa alasan, menurut Ega Alfath, pasangan posesif itu karena terlalu takut adanya penolakan pada dirinya.
“Seseorang yang posesif biasanya takut sekali kehilangan pasangannya dan mempunyai ketakutan akan penolakan yang kronis. Kondisi ini membuat dia merasa tidak aman, sakit, dan memberi kontrol yang tinggi pada pasangan,” jelasnya.
Bila Parents memiliki pasangan yang cukup posesif, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan pada pasangan yang disarankan psikolog. Kuncinya adalah berkomunikasi dan terus memberikan pemahaman, seperti berikut ini.
- Meyakinkan secara berulang bahwa kamu mencintainya
- Berikan aksi yang menunjukkan bahwa dirimu layak untuk dipercaya
- Buat kegiatan berkualitas bersama pasanganmu secara rutin
- Dengarkan dan pahami apa yang dia rasakan
- Dalam keadaan tenang, ajak pasangan berdiskusi dan coba jelaskan sudut pandangmu
- Buat komitmen dan kesepakatan bersama yang berkaitan dengan batasan dalam relasi di luar hubungan mu dengan nya
- Ajak untuk bersama-sama melakukan couple counseling
Parents, semoga penjelasan dari psikolog dalam menghadapi pasangan posesif bisa membantu, ya. Pelan-pelan kita yakinkan pasangan untuk memercayai kita dan saling berikan pemahaman tentang perasaan satu sama lain. Mudah-mudahan pasangan bisa mengubah sikapnya, ya 🙂