Kali ini Parentalk mengajak kamu untuk mengenal lebih jauh prinsip-prinsip Montessori yang bisa kamu terapkan dalam mengasuh si kecil, lho. Dengan menjalankannya secara konsisten, buah hati pun dapat tumbuh menjadi pribadi pembelajar yang percaya diri, berinisiatif tinggi, mencintai keteraturan, dan peduli dengan lingkungan maupun sesamanya. Berikut rangkumannya dari buku Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori karya Presiden Yayasan Montessori Tim Seldin.
Mengacu pada masa peka untuk belajar
Montessori selalu mengacu pada ahapan-tahapan ketertarikan dan keingintahuan anak pada aspek-aspek khusus dari lingkungan mereka. Montessori mengidentifikasi masa peka yang berbeda sejak anak lahir hingga berusia enam tahun dan tidak akan terulang lagi di masa mendatang. Misal, anak berada dalam masa peka bahasa sejak lahir hingga 6 tahun dan masa peka keteraturan pada usia 2-4 tahun.
Mengamati dan mengikuti anak
Seiring pertumbuhan anak-anak, kesukaan, ketertarikan, dan kemampuan mereka pun berubah melalui cara yang tidak dapat diperkirakan. Oleh karena itu, orang tua perlu mengobservasi anak (tanpa terganggu aktivitas lain) agar dapat mengetahui pola perilakunya pada suatu waktu tertentu.
Dengan begitu, orang tua dapat memikirkan cara-cara untuk mengenalkan beberapa aktivitas baru yang akan memenuhi dan mengembangkan ketertarikan tersebut.
Membangun kepekaan indra
Anak-anak belajar dari hal yang mereka alami sendiri. Karena itulah, latihan-latihan yang dapat mengembangkan keperkaan indra sangat berharga sejak anak lahir hingga usia enam tahun. Pasalnya, pada masa inilah sistem saraf otak anak berkembang. Semakin sering indra terangsang, otak pun dapat berfungsi dengan baik. Orang tua pun bisa menerapkan ragam aktivitas sensoris yang membantu anak belajar.
Berikan kesempatan pada anak-anak untuk melihat, mendengar, menyentuh, merasa, atau mencium bau apapun yang mereka temui dengan penghargaan mendalam. Dalam kelas Montessori, seluruh kurikulumnya ditujukan untuk melatih kesadaran seluruh pancaindra. Contoh aktivitasnya:
- Menemukan pasangan benda berdasarkan ukuran, berat, bau, rasa, suhu, atau suara.
- Menyusun sekelompok benda hingga teratur berdasarkan satu aspek variasi, seperti panjang tinggi, corak warna, bentuk, dan sebagainya.
- Menyusun puzzle geometris.
Bantu anak melakukannya sendiri
Menurut Dr. Maria Montessori, kemandirian merupakan dorongan paling besar seorang anak. Saat mencapainya, mereka menikmati latihan dan penguasaan banyak keterampilan. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perawatan diri sendiri, tugas sehari-hari di rumah, dan keramahan serta sopan santun dapat kamu biasakan pada anak-anak sejak dini.
Sesuai usianya, orang tua dapat membantu anak memakai pakaian, mandi, menuang minuman, dan membuat kudapan. Mereka juga bisa membantu pekerjaan sehari-hari seperti membersihkan kamar sendiri, membantu memotong sayuran, memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci sambil didampingi, menyapu kotoran, mengelap bekas tumpahan di lantai, membantu ibu memasak, sampai membawa makanan ke meja.
Dengan sedikit bimbingan, anak dapat bekerja rapi, berinisiatif membereskan barang-barang, dan membantu tugas-tugas rumah tangga.
Selain keterampilan, kegiatan-kegiatan tadi dapat membantu anak mengembangkan rasa tenang, konsentrasi, kerja sama, disiplin, kepercayaan pada diri sendiri, sampai kepekaan terhadap sesama.
Tak selalu identik dengan sekolah, prinsip-prinsip Montessori tadi pun bisa kita terapkan dalam pola pengasuhan juga keseharian anak di rumah, ya
(Febi/ Dok. Pixabay)