Sebagai orang tua zaman now, kita pasti sering tergoda untuk membagi segala kelucuan dan perkembangan si kecil dengan posting foto anak di media sosial. Meski begitu, orang tua juga perlu sadar bahwa media sosial dapat menjadi bumerang yang dapat mengancam hak-hak, bahkan keselamatan anak.
Foto anak rentan disalahgunakan
Masih ingat dengan akun @jualbayimurah di Instagram yang sempat menggemparkan publik? Sang pemilik dilaporkan ke polisi setelah seorang ibu mengklaim foto bayinya disalahgunakan dalam akun tersebut. Ada juga akun-akun serupa lainnya yang menggunakan foto-foto anak artis seperti Ruben Onsu, Ayu Tingting, Gading Marten, dan Rafi Ahmad. Pemilik akun pun dikenakan pasal Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atas pencemaran nama baik dan penyebaran informasi yang tidak benar.
Aktris Atiqah Hasiholan pun mengumumkan lewat IG Stories, putrinya yang bernama Salma Jihane Putri Dewanto tidak memiliki akun Instagram pribadi. IG Stories pada 11 Desember 2017 ini dibuat setelah Atiqah mengetahui akun yang mengatasnamakan anaknya melakukan penipuan.
Belum lagi adanya jaringan pedofil online seperti Official Loli Candy’s yang ditangkap oleh kepolisian Maret 2017 karena mengoleksi ratusan video dan foto berunsur ponografi anak.
Bijak menyebarkan foto anak ke dunia maya
Dunia maya memang membahayakan anak bila orang tua tidak bijak menggunakannya. Kita pun harus berpikir dua kali sebelum mengunggah foto-foto anak ke media sosial. Pastikan foto anak tidak menimbulkan kesan vulgar. Bahkan, foto anak yang kita anggap wajar saja bisa menimbulkan kesan berbeda pada pengguna internet lainnya.
Menurut Pendiri Lembaga Literasi Media Sosial Literos.org Nukman Luthfie, para orang tua semestinya paham risiko aktivitas berbagi foto anak di media sosial. Mereka dituntut untuk dapat membedakan foto yang aman atau berbahaya untuk dipublikasikan.
“Kalau kita posting foto anak-anak, kita enggak tahu postingan mana yang dapat merangsang orang-orang dengan kelainan itu. Kalau kita posting dan ada yang terangsang, dia akan mencari di mana anak ini berada. Mereka enggak lihat umur, lho. Dari yang kecil, ada yang baru bayi aja diperlakukan tidak senonoh. Apa kita mau mengekspos anak kita dengan hal-hal begitu?” jelas Nukman kepada Parentalk.
Selain memperhatikan kewajaran busana yang membalut si kecil, orang tua dapat menerapkan sejumlah trik ini untuk menjamin foto anak aman beredar di media sosial.
Menutupi bagian wajah anak
Nukman mencontohkan, hal ini diterapkan oleh Penyanyi Anggun C. Sasmi terhadap foto putrinya, Kirana Cipta Montana, di Instagram. Dalam foto, Kirana sering kali menghadap ke belakang, wajahnya ditutup emoticon, atau ia menutup wajahnya sendiri. Trik ini juga dilakukan oleh Presenter Nadya Hutagalung pada foto anak-anaknya.
Foto fokus pada aktivitas atau karya anak saja
Nukman pun memberikan perumpamaan.
“Misal, aku kan pamer anakku gambar, ya gambarnya yang aku posting. Foto diambil dari belakang anakku,” jelasnya.
Foto bersama lebih baik
Hindari foto anak seorang diri. Foto bersama orang tua akan menyulitkan oknum-oknum yang ingin menyalahgunakannya.
Selain itu, orang tua juga harus konsisten menjamin keamanan foto anak dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum mengunggahnya.
Big no-no: foto tanpa busana dan vulgar
Ingat kan, banyak predator anak di luar sana? Jadi, jangan pernah mengunggah foto anak maupun bayi dalam keadaan telanjang. Hindari ekspos pada area-area yang tidak boleh disentuh orang lain seperti organ vital, paha, dada, dan sebagainya. Busana anak yang mengacu pada norma kesopanan orang Timur dapat dijadikan dasar penilaian kita.
Hindari ekspos wajah anak dengan jelas
Jika Anda ingin mengambil foto wajah anak dari depan, usahakan untuk tidak mengeksposnya secara keseluruhan. Bagian tertentu bisa dipotong untuk mengurangi risiko foto tersebut disalahgunakan oleh orang lain.
Pertimbangkan perasaan anak
Di era digital seperti ini, beberapa tahun lagi si kecil akan menyadari foto dirinya ada di profil akun Instagram orang tuanya. Ia bisa saja tidak senang dengan konten foto tersebut karena dianggap memalukan. Misal, foto anak sedang menangis mungkin dapat mejadi bahan gurauan teman-temannya.
Jangan mencantumkan lokasi foto diambil
Hal in berlaku keras untuk tempat-tempat yang menjadi bagian dari keseharian anak, seperti rumah, sekolah, tempat bermain, dan lainnya.
Nukman sendiri menyarankan orang tua untuk tidak memamerkan anak di media sosial. Jika godaan tersebut sulit untuk dihindari, sebaiknya kurangi porsinya dan bersikap bijaklah dalam mengunggah foto anak. Tugas besar orang tua adalah menjamin foto anak aman beredar di media sosial.
(Febi/ Dok. Pixabay)
1 comment