Hidup merantau di California Selatan, Amerika Serikat, bersama suami dan anak yang masih berusia balita membuat Elvina Lim Kusumo alias Vina menerapkan home schooling untuk anaknya, Caleb. Tak hanya biaya yang menjadi pertimbangan, tapi juga jarak yang cukup jauh dari rumah Caleb menuju sekolah idamannya.
Pendiri IndonesiaMontessori.com (IMC) ini pun bertekad membekali diri dengan ragam pengetahuan seputar pendidikan usia dini lewat berbagai buku dan artikel. Bahkan, Vina juga menekuni pendidikan Montessori saat Caleb berusia satu tahun. Semangat belajar pun membuatnya memperoleh gelar sarjana pendidikan dari North American Montessori untuk bidang Montessori Early Childhood Education and Teaching pada 2015.
Vina membuktikan home schooling untuk anak usia dini bisa simpel sekaligus efektif.
Home schooling berbasis hands-on
Dalam menerapkan home schooling pendidikan anak usia dini, Vina tidak pernah memberikan lembar-lembar kegiatan belajar seperti di sekolah pada umumnya. Ia lebih menekankan pada ekplorasi yang membuat Caleb berpartisipasi aktif (hands-on). Salah satunya dengan membawa Caleb ke berbagai tempat untuk belajar dari kehidupan sehari-hari. Misal, untuk mengenalkan aneka binatang, Vina mengajaknya ke sawah.
Jadwal home schooling fleksibel
Vina menyesuaikan jadwal home schooling dengan rutinitas harian Caleb.
“Jadwalnya enggak ketat banget karena saya menyesuaikan dengan usia 2-3 tahun kan masih tidur siang sekali-dua kali. Terus juga ada waktu makannya. Jadi, saya lebih fleksibel aja, tapi yang penting inti-intinya mengena,” jelas Vina kepada Parentalk.
Aktivitas mengacu pada perkembangan anak
Agar pembelajaran lebih efektif, Vina juga memiliki catatan hal-hal yang perlu ia ekspos lebih jauh kepada Caleb. Dengan begitu, ia tinggal menyediakan kegiatan-kegiatan yang bersifat hands-on berdasarkan catatan tersebut.
Dalam menyediakan kegiatan untuk Caleb, ia juga mengacu pada garis-garis besar seputar perkembangan anak.
“Ada garis besar jadi kayak usia segini, tuh, kira-kira mau dikenalkan dengan apa, tapi enggak ketat sekali karena pada metode Montessori, kita mengikuti ketertarikan masing-masing anak pada saat itu,” ujar Vina.
Prioritaskan minat anak
Menurut penulis buku seri Montessori di Rumah ini, pembelajaran menjadi tidak maksimal bila orang tua cenderung mengarahkan anak. Ia menyarankan agar orang tua membiarkan buah hati mereka menjadi inner teacher bagi dirinya sendiri. Inner teacher yang membimbing kehidupan setiap anak pada tumbuh kembang yang berlangsung natural.
Orang tua dapat mengarahkan ketika anak menunjukkan ketertarikan pada aktivitas tertentu.
“Sebenarnya hal paling utama itu kita memberikan dia kesempatan untuk memilih sendiri kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Kadang-kadang tidak semuanya Caleb mau dan tidak semuanya dia pilih juga. Tapi nanti dua minggu kemudian, dia baru mau coba sendiri,” lanjut Vina.
Tetap mengedepankan disiplin
Vina menerapkan home schooling dengan pendekatan Montessori. Maka dari itu, disiplin mengikuti presentasi sebuah kegiatan Montessori sangatlah penting. Namun, ada kalanya Caleb tidak melakukan kegiatan sesuai presentasi.
“Kalau dimain-mainin saya pindahkan, lalu saya tukar dengan mainannya dia. Materialnya saya kembalikan ke tempatnya sambil memberi tahu bahwa ini adalah tempat (material) untuk latihan,” jelas Vina.
Caleb baru saja berulang tahun yang kelima pada awal Januari 2018. Kini ia sudah mengikuti sekolah formal Montessori di Singapura. Pengalaman home schooling bersama sang ibu selama usia dini membuatnya lebih mudah beradaptasi di lingkungan sekolah barunya.
(Febi/ Dok. Instagram/indonesiamontessori)