Halo Parents!
Bagaimana kabar hari ini? Semoga sehat-sehat saja dan lancar semuanya, ya!
Kali ini, kita akan bahas salah satu hal fundamental terkait dengan proses belajar anak.
Pada umumnya, proses belajar anak terkadang suka terlewat begitu saja. Pakem yang selama ini terjadi, ketika anak sudah berada di meja belajar, menghadap buku, dan memegang pensil atau pulpen – orang tua sudah merasa tenang.
Concern-nya mungkin orang tua pun mempunyai kesibukan lain. Sehingga, tidak sempat untuk menemani anak belajar. Terlebih, ada harapan besar pada anak yang sudah bisa belajar sendiri untuk semakin mandiri.
Well, bahasan kali ini tidak menjustifikasi mana keadaan yang benar ataupun salah. Mungkin, kita bersama mencari keadaan yang ideal untuk proses anak belajar.
Secara sejarah, Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan Indonesia, menyebutkan bahwa ada tripusat pendidikan, atau populer juga disebut dengan tiga ruang pergaulan anak.
Tiga ruang pergaulan anak adalah keluarga, perguruan (sekolah), dan pergerakan pemuda (masyarakat). Tiga ruang pergaulan adalah fundamental untuk proses perkembangan belajar anak. Sehingga, Parents diharapkan untuk hadir dalam proses belajar tersebut, begitu juga dengan masyarakat sekitar.
Nah, pertanyaannya – bagaimana orang tua serta masyarakat bisa memaksimalkan kehadiran dan perannya untuk proses belajar anak?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada riset dengan hasil yang dinilai bisa digunakan untuk khalayak banyak. Riset ini dilakukan oleh Research on Improving System Education – RISE-Indonesia dengan kemitraan SMERU Research Institute, dan Oxford Policy Management, serta Blavatnik School Government Universitas Oxford, Inggris selama 2017-2022.
Parents, penelitian ini meneliti peran orang tua dan masyarakat dalam proses belajar anak. Penelitian ini dilakukan di Kebumen – Jawa Tengah, Bukittinggi – Sumatera Barat, dan Yogyakarta. Kemudian, dari penelitian ini – ditemukan dua cara untuk menumbuhkan peran orang tua dan masyakarat dalam proses belajar anak.
Tingkatkan Komunikasi antara Orang Tua dan Guru
Pada periode Februari 2020 sampai April 2021, RISE-Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kebumen, melakukan intervensi yang dilaksanakan setiap bulan satu kali. Intervensi yang dilakukan berbentuk surat evaluasi yang dibuat oleh guru terkait perkembangan belajar anak.
Di dalam surat evaluasi tersebut, ada kolom yang mesti diisi oleh orang tua sebelum dikembalikan ke sekolah/guru. Langkah ini dinilai bisa mengukur bagaimana peran orang tua di rumah dalam perkembangan anak belajar.
Menariknya, program ini membawa hasil yang positif. Periode tersebut adalah waktu Pandemi COVID-19, di mana segala keterbatasan terjadi. Namun, dengan program tersebut – RISE-Indonesia mendapati hasil murid di setiap sekolah yang menjadi responden, berhasil untuk mempertahankan hasil belajarnya. Hal ini diukur juga dengan numerasi dan literasi.
Sehingga, insight yang bisa diambil dari bagian ini adalah komunikasi yang erat antara orang tua dan guru menjadi katalis yang baik untuk proses belajar anak. Ada motivasi yang terbentuk mengakar kuat ketika orang tua mengambil perannya dengan tepat di proses belajar anak.
Tidak hanya di sekolah saja, tetapi di rumah – orang tua, kita sebagai Parents, juga perlukan kehadirannya. Misal, saat menemani anak di rumah – selain memerhatikan segala fasilitas belajar, kita juga perlu menghindari penggunaan gadget atau menonton TV saat anak sedang belajar. Hal ini setidaknya akan memotivasi anak untuk bisa fokus dalam belajarnya.
Sekalinya pun anak perlu menggunakan gadget, pastikan hal ini juga dalam pengawasan Parents. Gadget dan internet bisa digunakan saat memang mencari informasi atau modul belajar. Selain penggunaan tersebut, perlu ditahan sejenak.
Hal penting dari bagian ini adalah sifat disiplin yang perlu dicontohkan ke anak, Parents.
Masyarakat Untuk Kondisi Belajar yang Kondusif
Concern lanjutan dari langkah pertama di atas adalah bagaimana jika orang tua tidak mempunyai kapasitas untuk mengajar?
Pada periode penelitian sebelum Pandemi COVID-19, tahun 2019, RISE-Indonesia telah melakukan penelitian terlebih dahulu di Bukittinggi, Sumatera Barat dan Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan perang orang tua serta masyarakat dalam proses belajar anak.
Hasil penelitian cukup menarik dan insightful. Aksi kolektif jadi insight yang perlu diperhatikan. Menjawab pertanyaan atau concern lanjutan di atas, di Bukittinggi, telah diberlakukan aksi kolektif berbasis komunitas.
Di mana beberapa stakeholders terkait mengambil peran untuk mendirikan Sekolah Keluarga. SK di dalam programnya, membantu orang tua untuk menyampaikan materi belajar anak di sekolah. Mungkin, ini semacam les tapi untuk orang tuanya dulu, Parents.
Dengan harapan, kehadirannya di proses belajar di rumah juga bisa membantu anak jika menemukan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Cukup challenging program ini, tapi para akademisi dan birokrat lokal terus mendorong program ini sampai berjalan lancar.
Hasilnya? Sesuai harapan.
Program dengan aksi kolektif juga terjadi di Yogyakarta. Inisiasi program Jam Belajar Masyarakat atau JBM bertujuan untuk menciptakan suasana belajar di rumah yang nyaman dan tenang. Maka, setiap jam 6 sore sampai jam 8 malam, warga sepakat untuk mematikan gawai, tv, atau bahkan radio – demi proses belajar yang kondusif.
Tidak hanya itu, di bantaran kali Code, Kampung Jogoyudan, komunitas mahasiswa dari berbagai universitas memaksimalkan perannya dengan hadir membantu anak-anak belajar. Hal ini jelas mengakomodir peran keluarga yang mempunyai berbagai keterbatasan.
Insight yang bisa diketahui Parents di bagian kedua ini adalah begitu pentingnya peran masyarakat dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Koordinasi antar lapisan masyarakat adalah hal yang penting dan tidak bisa dilewatkan begitu saja, untuk menciptakan kondisi belajar yang nyaman.
Selain itu, kehadiran masyarakat dalam bentuk komunitas juga ternyata tidak kalah penting. Hal ini ternyata bisa menjadi fasilitas bersama yang menambal segala keterbatasan yang dimiliki oleh Parents untuk suasana yang nyaman di proses belajar anak.
***
Wah, bagaimana nih Parents? Dari penjelasan yang ada di atas – semoga bisa menambah referensi kita semua dalam mewujudkan ruang belajar anak yang kondusif, ya.
Dengan harapan, tidak hanya mengejar angka saja tetapi pemahamandan penerapan terhadap ilmu yang didalami juga meningkat. Jika dilakukan dengan masif, ada keniscayaan bahwasanya pendidikan Indonesia pun akan meningkat signifikan.