Hai Parents, membicarakan pernikahan itu ada aja masalahnya, ya. Apalagi kalau udah bahas penyebab konflik rumah tangga, langsung penasaran lagi ngalamin atau nggak dan gimana cara antisipasinya.
Banyak banget penyebab konflik dalam rumah tangga mulai dari karakter pasangan yang berbeda sampai soal tradisi dan budaya, lho. Menurut konselor pernikahan Rani Anggraini Dewi, terdapat empat bagian yang kerap memicu konflik rumah tangga.
Lantas, hal apa saja yang sering menjadi percekcokan dalam rumah tangga? Berikut penjelasannya.
Perbedaan values
Ada banyak bagian dari values atau nilai-nilai dalam hidup ini. Nilai yang kita percaya ini memandu kita dalam mengambil keputusan dan bertindak. Tentunya nggak semua orang punya nilai yang sama, semua tergantung dari latar belakang.
Tentu, kita dan pasangan mempunyai value yang tertanam dalam diri masing-masing berdasarkan kepercayaan dan~ pengalaman. Menurut Ibu Rani perbedaan nilai pada tradisi budaya, keyakinan, kebiasaan dalam keluarga, termasuk karakter seseorang, dan ideologi sering jadi pemicu konflik.
Masalah materi
Pengelolaan keuangan, pendapatan, apapun yang bersangkutan dengan ekonomi bisa menjadi sumber konflik rumah tangga. Kayaknya kalau yang ini, udah nggak asing ya? 😀
Untuk istri dan suami yang sama-sama bekerja dan punya penghasilan, juga bisa bermasalah. Biasanya tentang bagaimana mengelola keuangan dari dua sumber penghasilan.
Belum lagi, bila istri memiliki penghasilan yang lebih tinggi, gak semua suami bisa menerima kondisi ini, lho. Terus kalau sumber keuangan hanya dari suami lalu ia merasa memiliki otoritas dalam keuangan keluarga.
Persoalan keintiman
Kurang merasa puas dalam hubungan suami-istri pun bisa menimbulkan permasalahan. Misalnya baik istri dan suami merasa sibuk pada urusannya masing-masing, sehingga lupa untuk berhubungan seks dengan rutin, dan nggak ada komunikasi yang baik antara suami dan istri. Biasanya akan muncul percikan konflik akibat hal tersebut.
Nggak semata hanya hubungan ranjang aja, tapi kedekatan atau intimacy yang mulai hilang karena banyak hal seperti terlalu lelah bekerja, merasa stres, ditambah gak bisa membicarakan masalah kepuasan ranjang atau masalah keintiman pada pasangan.
Memiliki luka batin di masa kecil
Ada kebutuhan emosi yang gak terpenuhi saat kita masih kecil seperti mengalami trauma, kurang diperhatikan, atau merasa gak dihargai. Sehingga kita punya harapan saat menikah, berharap kebutuhan itu bisa dipenuhi dari pasangannya.
Ibu Rani menambahkan, hal ini bisa menjalar ke masalah lain karena secara bawah sadar ia berharap pasangan hidupnya bisa memenuhi apa yang gak terpenuhi di masa kecilnya. Misal kita merasa kurang dihargai saat kecil, bisa jadi itu akan menjadi pemantik konflik dalam rumah tangga.
Parents, dalam rumah tangga memang rasanya seperti ada saja masalah yang bermunculan. Bahkan ada yang membuat sebagian pasangan ingin menyerah dalam pernikahan. Menurut Ibu Rani, gak ada masalah yang gak bisa terpecahkan termasuk dalam rumah tangga.
“Maka sebelum menikah itu kita harus mengetahui visi dan tujuan menikah dengan pasangan. Berbeda tujuan pun gak masalah karena bisa ada kesepakatan, dengan tujuan dan kesepakatan itu kita bisa bekerja sama dengan pasangan untuk mencapai tujuan dalam pernikahan itu,” tutupnya.